oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Teramat banyak yang membuat
status atau postingan yang menandakan ketergantungan hidup tinggi kepada orang
lain atau pihak lain. Tampak sekali ketergantungannya pada makhluk.
Tidak punya uang, menyalahkan presiden. Tidak punya
pekerjaan, menyalahkan presiden. Di-PHK, menyalahkan presiden. Tidak bisa
sekolah, menyalahkan presiden. Putus sekolah/kuliah, menyalahkan presiden.
Hidup miskin, menyalahkan presiden. Gagal bisnis, menyalahkan presiden.
Bangkrut, menyalahkan presiden. Segala hal, menyalahkan presiden.
Status-status itu banyak yang berasal dari masa kampanye
Pilpres April 2019. Sebetulnya, status seperti itu sudah tidak perlu lagi
karena hal itu menunjukkan kelemahan diri.
Kita kerap menyalahkan pihak lain, presiden, atau
pemerintah.
Akan tetapi, pernahkah kita introspeksi diri?
Sungguh, kondisi kita hari ini adalah akibat perilaku
kita pada masa lalu.
Kalau kita merasa kesulitan hidup saat ini, apakah kita
pernah mengingat bagaimana dulu saat kita sekolah/kuliah?
Apakah kita rajin, sungguh-sungguh, serius, atau
malas-malasan?
Ketika memiliki pekerjaan, apakah kita disiplin, jujur,
baik dalam melayani, dan berusaha keras mengembangkan lembaga tempat kita
bekerja?
Dalam berinteraksi dengan orang lain, apakah kita membuat
orang lain nyaman, senang, beruntung, atau malah merugikan hidup orang lain?
Dalam berhubungan dengan Sang Maha Pencipta, apakah kita
bersungguh-sungguh taat mengabdi, berdoa, dan mempersedikit dosa atau justru
banyak melakukan dosa?
Sungguh, banyak hal dari masa lalu yang mempengaruhi
hidup kita hari ini.
Benar bahwa pemerintah atau presiden memiliki kewajiban
untuk menyejahterakan rakyatnya. Akan tetapi, kita sebagai rakyat tidak perlu
memfokuskan diri bahwa hidup kita bergantung pada orang lain atau penguasa. Hal
itu disebabkan kita akan menjadi terlalu lemah
menghadapi hidup. Hal yang paling baik dilakukan adalah introspeksi
diri, memperbaiki diri, dan memperbarui diri agar menjadi pribadi-pribadi
cerdas, tangguh, takwa yang tidak terpengaruh oleh apa pun dan siapa pun. Kalau
mau bergantung, bergantunglah kepada Allah swt, bersandarlah kepada Allah swt.
Prajurit yang kuat adalah yang mampu bertahan dalam
segala cuaca. Tidak peduli panas, hujan, kemarau, dingin, angin, badai besar,
orang yang tangguh selalu memiliki cara dan jalan dalam menghadapi tantangan
hidup dan tidak cengeng menggantungkan diri kepada orang lain, siapa pun dia.
Kita bisa melihat bahwa presiden boleh berganti, penguasa terus berubah, tetapi
orang-orang yang tangguh tetap tangguh dan bertahan tetap menjadi orang-orang
yang lebih unggul dibandingkan orang lain. Demikian pula sebaliknya, orang yang
lemah, malas, tidak disiplin, kurang pengetahuan, selalu berada dalam keadaan
lemah dan terpinggirkan. Siapa pun presiden/penguasa yang sedang manggung,
keadaan kita adalah tanggung jawab kita sendiri karena pada akhirnya kita
dimintai pertanggungjawaban atas perilaku kita sendiri. Penguasa hanyalah
fasilitator yang berkewajiban mempermudah kita untuk mendapatkan kemakmuran
lahir dan kemakmuran batin. Penguasa atau pemerintah bukanlah donator yang
menjadi penyantun kita setiap hari. Kalaupun pemerintah harus sampai
mengeluarkan cash money, itu hanya
diharapkan untuk sementara dan bukan untuk selamanya. Kita harus mandiri.
Mari kita sama-sama introspeksi diri, memperbaiki diri,
dan memperbarui diri agar mendapatkan hidup yang lebih baik di dunia dan di
akhirat.
Sampurasun.
Thanks for share, sukses selalu..
ReplyDeleteThanks for your atention
ReplyDelete