Wednesday, 4 September 2019

Jangan Menjadi Generasi Lemah


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Teramat banyak yang membuat status atau postingan yang menandakan ketergantungan hidup tinggi kepada orang lain atau pihak lain. Tampak sekali ketergantungannya pada makhluk.

            Tidak punya uang, menyalahkan presiden. Tidak punya pekerjaan, menyalahkan presiden. Di-PHK, menyalahkan presiden. Tidak bisa sekolah, menyalahkan presiden. Putus sekolah/kuliah, menyalahkan presiden. Hidup miskin, menyalahkan presiden. Gagal bisnis, menyalahkan presiden. Bangkrut, menyalahkan presiden. Segala hal, menyalahkan presiden.

            Status-status itu banyak yang berasal dari masa kampanye Pilpres April 2019. Sebetulnya, status seperti itu sudah tidak perlu lagi karena hal itu menunjukkan kelemahan diri.

            Kita kerap menyalahkan pihak lain, presiden, atau pemerintah.

            Akan tetapi, pernahkah kita introspeksi diri?

            Sungguh, kondisi kita hari ini adalah akibat perilaku kita pada masa lalu.

            Kalau kita merasa kesulitan hidup saat ini, apakah kita pernah mengingat bagaimana dulu saat kita sekolah/kuliah?

            Apakah kita rajin, sungguh-sungguh, serius, atau malas-malasan?

            Ketika memiliki pekerjaan, apakah kita disiplin, jujur, baik dalam melayani, dan berusaha keras mengembangkan lembaga tempat kita bekerja?

            Dalam berinteraksi dengan orang lain, apakah kita membuat orang lain nyaman, senang, beruntung, atau malah merugikan hidup orang lain?

            Dalam berhubungan dengan Sang Maha Pencipta, apakah kita bersungguh-sungguh taat mengabdi, berdoa, dan mempersedikit dosa atau justru banyak melakukan dosa?

            Sungguh, banyak hal dari masa lalu yang mempengaruhi hidup kita hari ini.

            Benar bahwa pemerintah atau presiden memiliki kewajiban untuk menyejahterakan rakyatnya. Akan tetapi, kita sebagai rakyat tidak perlu memfokuskan diri bahwa hidup kita bergantung pada orang lain atau penguasa. Hal itu disebabkan kita akan menjadi terlalu lemah  menghadapi hidup. Hal yang paling baik dilakukan adalah introspeksi diri, memperbaiki diri, dan memperbarui diri agar menjadi pribadi-pribadi cerdas, tangguh, takwa yang tidak terpengaruh oleh apa pun dan siapa pun. Kalau mau bergantung, bergantunglah kepada Allah swt, bersandarlah kepada Allah swt.

            Prajurit yang kuat adalah yang mampu bertahan dalam segala cuaca. Tidak peduli panas, hujan, kemarau, dingin, angin, badai besar, orang yang tangguh selalu memiliki cara dan jalan dalam menghadapi tantangan hidup dan tidak cengeng menggantungkan diri kepada orang lain, siapa pun dia. Kita bisa melihat bahwa presiden boleh berganti, penguasa terus berubah, tetapi orang-orang yang tangguh tetap tangguh dan bertahan tetap menjadi orang-orang yang lebih unggul dibandingkan orang lain. Demikian pula sebaliknya, orang yang lemah, malas, tidak disiplin, kurang pengetahuan, selalu berada dalam keadaan lemah dan terpinggirkan. Siapa pun presiden/penguasa yang sedang manggung, keadaan kita adalah tanggung jawab kita sendiri karena pada akhirnya kita dimintai pertanggungjawaban atas perilaku kita sendiri. Penguasa hanyalah fasilitator yang berkewajiban mempermudah kita untuk mendapatkan kemakmuran lahir dan kemakmuran batin. Penguasa atau pemerintah bukanlah donator yang menjadi penyantun kita setiap hari. Kalaupun pemerintah harus sampai mengeluarkan cash money, itu hanya diharapkan untuk sementara dan bukan untuk selamanya.  Kita harus mandiri.

            Mari kita sama-sama introspeksi diri, memperbaiki diri, dan memperbarui diri agar mendapatkan hidup yang lebih baik di dunia dan di akhirat.

            Sampurasun.

2 comments: