Tuesday 10 September 2019

Manusia Makhluk Otonom

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Manusia adalah makhluk otonom. Artinya, manusia memiliki kebebasan menentukan sikap, pikiran, dan memiliki perasaannya sendiri. Dia bertanggung jawab sendiri atas pilihannya sendiri. Mau hidupnya bahagia atau susah, bergantung perilaku yang dia pilih sendiri.

            Setiap manusia adalah unik. Tidak ada manusia yang 100% sama, baik fisiknya maupun batinnya. Meskipun ada istilah “kembar identik”, manusia selalu berbeda, selalu ada ketidaksamaan. Selintas memang bisa tampak mirip, persis, tetapi sesungguhnya tidak pernah ada yang sama. Perbedaan ini pada zaman modern ini digunakan pemerintah dan aparat kepolisian untuk mendeteksi dan mendata manusia. Contohnya, sidik jari tidak ada yang sama di dunia ini, selalu berbeda. Meskipun kembar, bahkan namanya sama, misalnya, sama-sama bernama “Sidik”, tetap saja sidik jarinya berbeda. Jari-jari orang-orang yang bernama Sidik, pasti beda sidik jarinya. Disidik-sidik juga jari Si Sidik jelas berbeda dengan Si Sidik lainnya. Sidik jari para Si Sidik, sidik beda.  Demikian pula kondisi batin dan isi otaknya berbeda antara setiap orang. Latar belakang, lingkungan, sifat bawaan, pendidikan, dan kreativitas setiap orang berbeda.

            Hal itu mengharuskan kita untuk lebih “wise”, ‘bijak’ dalam bersikap kepada sesama manusia. Tidak boleh kita memperlakukan tindakan sama persis kepada setiap orang karena setiap orang memiliki perbedaan. Orang bijak akan memperlakukan orang sesuai dengan kondisi orang tersebut. Tidak boleh kita memaksakan kehendak kepada orang lain sebelum ada pemahaman dan kesepakatan untuk melaksanakan kehendak tersebut. Sebelum orang lain paham dan sepakat untuk melakukan sesuatu, tak boleh kita memaksakan sesuatu yang kita inginkan kepada orang lain. Pemaksaan hanya melahirkan konflik di antara manusia dan jauh dari rahmat Allah swt.

            Akan tetapi, jika sudah sampai pada pemahaman dan kesepakatan bersama, pemaksaan itu harus dilakukan karena pelanggaran terhadap kesepakatan adalah keburukan. Contohnya, manusia waras akal sudah sepakat bahwa yang namanya pembunuhan, pencurian, penganiayaan, dan pemerkosaan adalah kejahatan. Jika ada yang melanggar kesepakatan itu, pemaksaan untuk mematuhi kesepakatan itu harus dilakukan. Dalam dunia modern sekarang ini pemaksaan tersebut dilakukan dengan cara penegakkan hukum.

            Manusia adalah makhluk otonom yang bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Oleh sebab itu, hargailah manusia dengan segala perbedaannya dengan manusia lainnya. Untuk dapat berhubungan dengan baik di antara manusia, makhluk-makhluk otonom itu harus mengadakan kesepakatan sehingga atas dasar tanggung jawab pribadinya bersedia untuk hidup bersama atas dasar kesepakatan tersebut. Dengan demikian, dapat terjadi ketertiban dan keharmonisan dalam hidup asal patuh pada kesepakatan bersama.

            Sampurasun

No comments:

Post a Comment