oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Berfoto-foto selfie itu hak
setiap orang sepanjang tidak bertentangan dengan nilai dan norma sosial atau
norma hukum. Meskipun hak setiap orang, tetapi ada batasannya, misalnya, tidak
berfoto bugil, cenderung seksual, kekerasan, atau penipuan. Kalau untuk tujuan
normal yang bisa diterima masyarakat, boleh-boleh saja, misalnya, untuk
memberitakan kondisi dirinya, aktivitasnya, menjaga hubungan silaturahmi,
termasuk mencitrakan dirinya. Semua orang boleh melakukan hal itu. Mau
presiden, menteri, gubernur, walikota, bupati, camat, lurah, Kades, RW, RT,
bahkan masyarakat biasa berhak berfoto selfie.
Terkait dengan hal itu, tidak perlu nyinyir dengan
foto-foto orang lain, biasa-biasa saja. Kalau para pejabat difoto dalam melakukan
tugasnya, itu biasa dan normal. Mereka punya Humas, public relation, atau Jubir yang menyebarkan foto, video, rekaman
suara, termasuk press release ke
tengah masyarakat sebagai cara untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Jangankan
presiden, direktur swasta, bahkan tokoh agama juga banyak yang memiliki petugas
khusus untuk menyebarluaskan kegiatannya ke masyarakat. Hal itu normal saja.
Bahkan, bisa menjadi wajib bagi kegiatan-kegiatan yang menyangkut kenegaraan
disebarkan ke masyarakat luas.
Tidak perlu nyinyir dengan hasil kerja para staf presiden
atau pejabat lainnya, itu hak mereka dan hak masyarakat juga untuk mengetahui
aktivitas mereka. Kalau selalu nyinyir, jadi sangat lucu melihatnya.
Bagaimana tidak lucu?
Kepada orang lain nyinyir karena orang lain menyebarkan
banyak foto tentang aktivitasnya sebagai pencitraan, padahal dirinya sendiri
sering melakukan pencitraan di media sosial miliknya, misalnya, pura-pura
bahagia, pura-pura kaya raya, pura-pura shaleh, pura-pura dibutuhkan orang
lain, dan seabrek kepura-puraan lainnya.
Lucu, kan?
Sama orang lain meledek, nyinyir, dirinya sendiri kerap
melakukan pencitraan. Bahkan, mungkin lebih banyak hasil foto selfie dirinya yang
penuh kepura-puraan dan pencitraan dibandingkan orang yang dia ledek dan
nyinyiri.
Kalem aja, Bro. Santai aja.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment