Friday, 20 November 2020

Identifikasi

 

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Salah satu faktor pendorong yang menjadi landasan psikologis terjadinya interaksi sosial adalah “identifikasi”. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dibandingkan imitasi. Kalau imitasi hanyalah tindakan meniru orang lain yang menjadi pusat perhatiannya, tetapi tidak menyeluruh dalam segala kehidupannya. Adapun identifikasi adalah kecenderungan untuk mencontoh orang lain yang sangat diidolakan dan menginginkan menjadi sama dengan orang yang menjadi pusat perhatiannya.

            Seorang anak bisa mengidentifikasi ibunya atau ayahnya karena dipandang sebagai sosok yang sangat ideal baginya. Segala yang dilakukan ayah atau ibunya dia tiru dengan sepenuh hati. Bisa juga tokoh lain, seperti, artis, atlet, guru, ulama, dan tokoh pejabat tinggi. Seseorang akan meniru pakaian, sikap, cara bicara, cara bertindak, hingga mengupayakan kesamaan suara dan wajah terhadap tokoh yang diidentifikasinya.

            Seorang santri yang sangat mengidolakan kiyainya, berupaya menjadi sama dengan kiyainya. Ia akan menggunakan pakaian yang sama, sikap yang sama, cara bicara yang sama, dan lain sebagainya.

            Proses identifikasi bisa terjadi dengan sengaja maupun tidak sengaja. Meskipun terjadi dengan tidak sengaja, seseorang yang melakukan identifikasi harus memahami dan mengenal orang yang diidentifikasinya sedetail mungkin. Dengan demikian, ia akan menjadi semakin mirip dengan orang yang sangat diidolakannya tersebut.

            Demikian penjelasan singkat mengenai identifikasi.

            Sampurasun

 

 

Sumber Pustaka

Irawan, Hanif; Rahmawati, Farida; Febriyanto, Alfian; Muhammad Kusumantoro, Sri, Sosiologi: Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1

Maryati, Kun; Suryawati, Juju, 2013, Sosiologi: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial; untuk SMA dan MA Kelas X Kurikulum 2013, Penerbit Erlangga: Jakarta

No comments:

Post a Comment