oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Salah satu faktor pendorong
yang menjadi landasan psikologis terjadinya interaksi sosial adalah
“identifikasi”. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dibandingkan imitasi.
Kalau imitasi hanyalah tindakan meniru orang lain yang menjadi pusat
perhatiannya, tetapi tidak menyeluruh dalam segala kehidupannya. Adapun
identifikasi adalah kecenderungan untuk mencontoh orang lain yang sangat
diidolakan dan menginginkan menjadi sama dengan orang yang menjadi pusat
perhatiannya.
Seorang anak bisa mengidentifikasi ibunya atau ayahnya
karena dipandang sebagai sosok yang sangat ideal baginya. Segala yang dilakukan
ayah atau ibunya dia tiru dengan sepenuh hati. Bisa juga tokoh lain, seperti,
artis, atlet, guru, ulama, dan tokoh pejabat tinggi. Seseorang akan meniru
pakaian, sikap, cara bicara, cara bertindak, hingga mengupayakan kesamaan suara
dan wajah terhadap tokoh yang diidentifikasinya.
Seorang santri yang sangat mengidolakan kiyainya,
berupaya menjadi sama dengan kiyainya. Ia akan menggunakan pakaian yang sama,
sikap yang sama, cara bicara yang sama, dan lain sebagainya.
Proses identifikasi bisa terjadi dengan sengaja maupun
tidak sengaja. Meskipun terjadi dengan tidak sengaja, seseorang yang melakukan
identifikasi harus memahami dan mengenal orang yang diidentifikasinya sedetail
mungkin. Dengan demikian, ia akan menjadi semakin mirip dengan orang yang
sangat diidolakannya tersebut.
Demikian penjelasan singkat mengenai identifikasi.
Sampurasun
Sumber
Pustaka
Irawan,
Hanif; Rahmawati, Farida; Febriyanto, Alfian; Muhammad Kusumantoro, Sri, Sosiologi: Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1
No comments:
Post a Comment