oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Berlebihan itu dalam bahasa
Sunda adalah “leuwih teuing”. Segala
sesuatu yang berlebihan itu jelek. Dalam hal apa pun tetap jelek. Segala yang
berlebihan itu berarti melewati batas yang telah ditentukan.
Dalam hal agama pun demikian, tidak boleh melebihi batas
yang telah ditentukan.
Siapa yang menentukan batas-batas itu?
Tidak ada yang lain yang menentukannya, kecuali Allah swt
dan Rasulullah saw sendiri. Semua orang harus berpegang pada keduanya jika
tidak ingin tersesat.
Mari kita perhatikan QS Al Maidah, 5 : 77:
“Katakanlah, ‘Wahai Ahli Kitab!
Janganlah kamu berlebih-lebihan dengan cara tidak benar dalam agamamu.
Janganlah kamu mengikuti keinginan orang-orang yang telah tersesat dahulu dan
(telah) menyesatkan banyak (manusia). Mereka sendiri telah tersesat dari jalan
yang lurus.”
Itu firman Allah swt,
bukan kata-kata Nabi Muhammad saw, bukan pendapat ulama, apalagi pendapat saya.
Begitulah larangan dari Allah swt. Kita tidak boleh berlebihan dalam hal agama
seperti umat-umat dahulu yang telah tersesat karena sikapnya yang berlebihan.
Itu memang ayat tersebut pada saat lalu diarahkan kepada
para ahli kitab, tetapi kita dapat mengambil pelajaran dari hal itu.
Kalau bingung dengan ayat ini, tanyakan dan diskusikan
dengan ulama, para ahli, dan cendekiawan muslim. Tugas merekalah untuk
menerangkan ayat tersebut. Saya sangat senang mendapatkan pengetahuan dari para
ahli. Kalau dari para pembaca ada yang memiliki pemahaman tentang ayat ini,
saya sangat senang mengetahuinya. Saya akan sangat berterima kasih.
Kalau kita mencintai Allah swt, perilaku kita harus
sesuai dengan yang diajarkan, jangan berlebihan. Misalnya, shalat wajib itu
sudah ditentukan lima waktu, selebihnya sunat. Ya sudah, harus begitu. Kalau
bersikap lain, itu menjadi berlebihan, misalnya, menentukan sendiri shalat
wajib itu tujuh atau sebelas waktu. Itu berlebihan. Bisa juga dengan
melebih-lebihkan firman Allah swt atau bahkan menguranginya. Itu juga
berlebihan.
Contoh lain, ada sekelompok orang yang mewajibkan shalat
malam sambil mematikan lampu, lalu sesudahnya membakar alat kelaminnya sendiri,
baik pria maupun wanita. Hal itu dilakukan mereka untuk merasakan panasnya api
neraka. Itu berlebihan.
Kalau ditanya, apakah mereka mencintai Allah swt?
Jawaban mereka pasti sangat mencintai Allah swt karena
mereka melakukan itu atas dasar cintanya kepada Allah swt. Akan tetapi, itu
berlebihan, tidak sesuai aturan dan standar. Akibatnya, mereka menjadi kelompok
sesat, lalu ditangkap polisi. Ini terjadi di Indonesia beberapa tahun lalu,
beritanya ada di TV.
Cinta kepada Nabi Muhammad saw juga jangan menimbulkan
perilaku berlebihan, harus sesuai dengan ajaran Muhammad saw sendiri. Tidak
boleh melewati batas yang ditentukan.
Rasul Muhammad saw tidak boleh digambarkan itu adalah
batas yang ditentukan agar umat Islam tidak berlebihan berperilaku dalam
mencintai Nabi saw. Mayoritas ulama sepakat untuk mengharamkan perilaku
menggambar atau melukis Nabi Muhammad saw. Hal itu disebabkan umat-umat
terdahulu telah menggambar para nabi, murid-muridnya, orang-orang sholeh, dan
orang-orang bijaknya. Awalnya, baik-baik saja. Generasi pertama sepeninggal
para nabi itu menggunakan lukisan-lukisan itu untuk mengingatkan keluhuran,
kemuliaan, dan keshalehan orang-orang suci itu. Akan tetapi, setelah berganti
generasi, terjadi penyimpangan akidah. Mereka mulai sangat menghormati dan
mensucikan gambar-gambar itu hingga akhirnya menyembah lukisan-lukisan itu.
Itulah yang namanya berlebihan. Peristiwa-peristiwa itulah yang menyebabkan
para ulama mengharamkan Nabi Muhammad saw untuk digambarkan. Para ulama sangat
khawatir akidah umat menyimpang karena sangat cinta kepada Rasulullah saw
melebihi cintanya kepada manusia, nabi lain, bahkan malaikat sekalipun. Karena
cinta umat yang sangat tinggi itu dikhawatirkan umat akan berperilaku seperti
umat yang terdahulu, yaitu menyembah lukisan Nabi Muhammad saw.
Hal itu pun dikuatkan oleh peristiwa ketika Nabi Muhammad
saw sakit, para istri beliau membicarakan gereja yang di dalamnya ada
patung-patung orang-orang sucinya, seperti, Nabi Isa as, Siti Maryam, dll..
Mendengar hal itu, Nabi saw menjelaskan bahwa baik para isterinya maupun kaum
muslimin untuk tidak berlebihan dalam mencintai dirinya. Maksudnya, meskipun sangat
mencintai Nabi saw, kita tidak boleh membuat patung dirinya, apalagi di dalam
masjid. Itulah batas perilaku kita dalam mencintai Nabi Muhammad saw.
Meskipun sangat cinta, kita tidak boleh membuat patung
dan gambar Nabi saw. Beliau sendiri yang membatasinya. Meskipun bagus dan indah
manusia bisa membuat patung dan lukisan Nabi Muhammad saw, bagi mayoritas
ulama, itu adalah berlebihan. Bagus dan indah saja tidak boleh, apalagi jelek.
Itu bagi mayoritas ulama, bagi ulama yang lainnya, tidak
begitu. Mereka membolehkan gambar dan lukisan Nabi Muhammad saw dibuat dan
dipajang. Saya sendiri beberapa kali melihat lukisan itu. Banyak sekali dan
rupa-rupa gambarnya. Ada yang masih kecil, masih remaja, serta dewasa dan
matang. Akan tetapi, saya tidak melihat para pemilik lukisan itu menyembahnya,
biasa saja. Akan tetapi, itu minoritas. Kalau dibagikan ke khalayak ramai,
khawatir orang-orang akan menyembahnya seperti waktu lalu.
Semua lukisan itu bagus, indah meskipun beda-beda,
dinyatakan bahwa itu lukisan Nabi Muhammad saw. Kalau karikatur Nabi saw,
banyak dibuat para ateis dan selalu buruk.
Begitulah sikap-sikap berlebihan yang harus dihindari
dari rasa cinta. Itu terjadi pada masa yang lalu.
Pada masa sekarang, saya melihatnya lebih pada fanatisme
organisasi. Mungkin ada ratusan, bahkan ribuan kelompok di kalangan kaum
muslimin yang bersikap berlebihan ini. Mereka menganggap bahwa golongannyalah,
kelompoknyalah yang paling benar, pemimpinnyalah yang paling suci. Kelompok
yang berada di luar mereka, salah. Hampir tidak ada ayat-ayat Al Quran maupun
hadits yang keluar dari mulut mereka, kecuali sedikit. Kalaupun ada, kebanyakan
tentang perang. Hal yang banyak diucapkan mereka adalah kata-kata para
pemimpinnya saja. Mereka berbanga-bangga dengan kelompoknya dan cenderung
kasar, bahkan ekstrim. Jika punya senjata, mereka bisa menjadi pengacau. Ini
sudah terjadi, pertarungan senjata di antara kelompok-kelompok itu sering
sekali terjadi. Kita masih ingat ada pembunuhan ulama di Suriah yang dilakukan
oleh kelompok Islam tertentu. Di Timur Tengah dan juga beberapa bagian dunia
lain, kelompok-kelompok berlebihan ini bertebaran dan mengacaukan situasi.
Jika ditanyakan kepada mereka apakah mereka mencintai
Allah swt dan Rasulullah Muhammad saw?
Jawabannya, pasti sangat mencintai. Akan tetapi, rasa
cinta mereka itu diwujudkan dengan perilaku yang sangat berlebihan.
Jangan berlebihan dalam hal apa pun jika kita tidak ingin
hidup tersesat. Soal rasa cinta boleh seluas samudera dan setinggi langit, bahkan
harus menembus lautan dan angkasa, tetapi dalam mewujudkannya harus ada dalam
koridor perilaku-perilaku yang sesuai dengan Al Quran dan hadits.
Sampurasun
No comments:
Post a Comment