oleh
Tom Finadin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kalau nggak salah,
sebelumnya Rizieq Shihab sudah tujuh kali berencana pulang dari Arab ke
Indonesia, tetapi tidak juga pulang. Pada November 2020 ini kembali
mengutarakan niatnya untuk pulang ke Indonesia.
Dalam menghadapi kepulangannya, sebaiknya bersikap biasa
saja, tidak perlu berlebihan. Hal ini kan biasa terjadi setiap detik; ada orang
yang pergi dan pulang dari dan ke Indonesia. Kalaulah disebut pemimpin Ormas,
ya tetap biasa saja. Ormas di Indonesia itu banyak, misalnya, NU, Muhammadiyah,
Persis, HMI, GMNI, Pemuda Pancasila, dsb.. Kalau ketuanya atau pemimpinnya
pergi dan pulang Indonesia-luar negeri, biasa saja, tidak heboh. Begitu pula
dengan kepulangan Rizieq ke Indonesia, biasa sajalah, jangan diheboh-hebohin.
Bagi para pendukungnya, pecintanya, kalau menyambut,
biasa saja bersikap, tidak perlu berlebihan, tenang saja. Demikian pula
pihak-pihak yang ingin memenjarakan Rizieq, biasa saja bersikap. Ini negara
hukum, segera proses dan konfirmasi ulang laporan-laporan kepada polisi tentang
hal-hal yang diakibatkan ulah Rizieq dan belum diproses.
Hadapi dan selesaikan kasus-kasus hukum yang tertunda.
Tidak perlu bertingkah aneh-aneh, biasa saja. Kalau memang tidak bersalah,
bebas. Kalau ternyata bersalah, ya harus menerima konsekwensinya untuk
menjalani hukuman. Begitulah hidup sebagai manusia beradab pada zaman ini.
Rizieq sudah terbukti tidak bersalah dalam dua kasus,
yaitu “chat pornografi” dan “penghinaan
terhadap Pancasila”. Kedua hal itu sudah selesai dan dihentikan penyidikannya
oleh Polri. Sisanya, hadapi dan selesaikan, misalnya, soal “campur racun”, soal tanah, dan soal tuduhan penghinaan agama yang
dilaporkan oleh kelompok pemuda Katolik.
Kalau sudah selesai dan dihadapi secara beradab, bareng
membangun Indonesia.
Kabarnya dia akan memimpin revolusi?
Baguslah, bareng-bareng dengan pemerintah Jokowi memimpin
revolusi mental, revolusi akhlak, atau revolusi lainnya yang mengisi
kemerdekaan dengan beragam pembangunan, baik lahir maupun batin. Gotong royong
jauh lebih baik dibandingkan gontok-gontokan. Kerja sama jauh lebih positif
dibandingkan berkonflik. Menciptakan suasana sejuk jauh lebih baik dibandingkan
menciptakan suasana panas dan emosional.
Di hadapan kita ada banyak yang harus dihadapi bersama,
seperti, Covid-19, kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, dan ketertinggalan
teknologi yang harus dikejar. Bekerja bersama jauh lebih baik.
No comments:
Post a Comment