Monday, 31 January 2022

Pasang Baligo Enggak Ada Kerjaan

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Ada pemasangan Baligo bergambar Rizieq Shihab disertai tulisan “Usut Tuntas Tragedi KM 50”. Baligo ini diduga dipasang di Pamekasan, Madura dan dijaga siang malam oleh para pendukung Rizieq sambil bertakbir dan mengacung-acungkan celurit.

            Bagi saya, isi baligo itu biasa saja, tidak ada yang aneh, sesuatu yang wajar jika masyarakat ingin kejelasan tentang tragedi km 50 yang menewaskan enam laskar FPI yang sudah dibubarkan itu. Saya juga ingin ada kejelasan tentang hal itu. Rakyat menunggu beritanya.


Sumber Foto: Suara Jatim


            Akan tetapi, saya merasa kasihan kepada orang-orang yang memasang baligo itu. Kelihatan sekali mereka tidak tahu apa-apa, polos, kosong dari informasi.

            Bukankah sekarang sidang tragedi km 50 itu sedang berjalan?

            Perkara itu sedang diusut hingga tuntas di pengadilan.

            Lalu, apa gunanya baligo tuntutan itu dipasang?

            Memang sedang diusut tuntas, bukan?

            Menurut saya, pemasangan baligo itu nggak ada kerjaan karena memang sedang diupayakan tuntas perkaranya hingga terbuka dengan sangat jelas. Tidak perlu dituntut dan dipaksa juga memang sedang dituntaskan. Pengadilannya terbuka kok, siapa pun boleh menyaksikan.

            Saya tidak tahu mereka disuruh sama siapa atau mereka sendiri yang berinisiatif. Hal yang jelas adalah baligo itu tidak ada gunanya, bahkan menjelaskan bahwa mereka mungkin tidak tahu bahwa kasus itu sedang diusut tuntas di pengadilan.

            Mumpung kasusnya sedang ada di pengadilan, seharusnya segera saja siapa pun, seluruh rakyat Indonesia, bisa memberikan keterangan, kesaksian, membawa bukti-bukti baru tentang kasus itu ke pengacara atau jaksa untuk dihadirkan di hadapan hakim. Itu sangat bagus untuk membuat terang segalanya. Kemudian, bertanggung jawab penuh atas informasi yang dibawanya itu adalah benar, bukan palsu karena memberikan kepalsuan adalah tindakan kriminal tersendiri. Silakan kalau ada yang punya rekaman CCTV, mendapatkan informasi, atau menyaksikan kejadian itu untuk melengkapi data-data di pengadilan, itu sangat bagus dan jangan ditutup-tutupi.

            Hal yang dilarang itu adalah menyampaikan berita dusta hasil melamun yang dikarang-karang sendiri, lalu disebarkan sehingga masyarakat tertipu dan menimbulkan huru-hara hingga korban jiwa. Dosa besar itu. Segala hal yang terjadi di persidangan adalah fakta persidangan yang jelas menjadi dasar dari pengambilan keputusan hakim. Jangan mengarang bebas karena ini bukan karangan, melainkan kejadian nyata. Bukti nyata itulah yang harus disampaikan.

            Keinginan untuk diusut tuntas adalah bagus. Cuma nggak ada kerjaan saja kalau harus dipasang tuntutan di baligo karena memang sedang diusut tuntas.

            Kasihan orang-orang itu, kurang informasi shahih.

            Sampurasun.

Sunday, 30 January 2022

Pecah Belah Bangsa

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Indonesia ini seksi, selalu menggiurkan banyak orang. Oleh sebab itu, berbagai bangsa rebutan untuk mendapatkan sumber daya alam Indonesia sekaligus sumber daya manusia Indonesia. Sumber daya alam jelas melimpah, sumber daya manusia jelas bersedia untuk diberi upah murah meskipun melakukan pekerjaan kasar yang berat-berat. Dengan demikian, banyak kekuatan asing dari luar Indonesia, baik berupa negara ataupun swasta/perusahaan/perorangan yang berupaya membuat Indonesia tidak maju atau tidak berdaya. Ketika bangsa Indonesia berusaha memperbaiki dirinya, selalu saja diganggu dan diupayakan untuk terpecah belah, baik melalui jalan kesukuan ataupun keagamaan. Kekuatan asing ini selalu menggunakan orang-orang bodoh, orang-orang yang kalah dalam politik, mereka yang tidak sabaran mendapatkan keuntungan ekonomi, pihak-pihak yang ingin berkuasa secara instan, dan para pengkhayal yang ingin mengubah sistem negara sesuai dengan lamunan mereka sendiri yang tidak jelas itu. Selalu begitu.

Hal yang tidak boleh dilupakan adalah tidak ada sebuah negara pun yang menginginkan Indonesia maju, kaya raya, dan berkuasa di dunia. Mereka yang ingin Indonesia maju adalah rakyatnya sendiri yang tentunya waras dan bersedia untuk belajar keras dan bekerja keras. Adapun rakyat yang tidak waras adalah mereka yang tertipu oleh kekuatan asing dan merasa dirinya yang paling benar.

            Kalau mau dipelajari atau diteliti lebih dalam, silakan saja. Sejarah sudah mencatat kok. Sejak Indonesia berdiri saja, kesatuan Indonesia diganggu sehingga pada 1949 bentuknya menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS).

            Siapa yang membuat Indonesia menjadi RIS?

            Tentu saja Belanda yang tidak ingin Indonesia benar-benar merdeka seutuhnya. Dengan RIS mereka berharap masih bisa mengontrol Indonesia. Untungnya, rakyat Indonesia cerdas dan kembali berjuang untuk kembali ke negara kesatuan dengan cara membubarkan RIS. Dari peristiwa inilah dimulainya istilah “NKRI Harga Mati”. Kini RIS bubar, hanya bertahan satu tahun, dan kembali menjadi NKRI pada 1950.

            Pemberontakan-pemberontakan di daerah pada masa kepresidenan Ir. Soekarno pun ada kekuatan asing di situ. Salah satu buktinya adalah pesawat pembom AS yang dipiloti CIA Alan Pope ditembak jatuh oleh Mayor Udara Dewanto. Amerika Serikat jelas bermain di situ.

Demikian pula, huru-hara G-30-S PKI, ada Inggris dan Amerika Serikat bikin kisruh suasana. Setelah Soekarno jatuh, banyak modal kapitalis masuk dan menguasai berbagai sumber daya Indonesia, termasuk Freeport yang hanya menyisakan sedikit keuntungan untuk Indonesia, hanya 9%. Adapun pihak asing mendapatkan 91%. Baru pada era Jokowi ini Indonesia mengambi alih saham terbesar PT Freeport menjadi 51% dan pihak asing diwajibkan membuat smelter bahan setengah jadi di Indonesia untuk mendapatkan nilai tambah bagi Indonesia dan membuka lapangan kerja bagi rakyat.

Kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ada banyak senjata buatan AS yang digunakan pihak GAM. Itu asing. Demikian juga dalam kasus Ambon Poso yang diawali dengan keinginan membuat Republik Maluku Selatan (RMS), ada Belanda dan Amerika Serikat yang ikut bikin runyam. Timor Timur lepas dari Indonesia menjadi Timor Leste, ada Australia yang ngotot untuk pemisahan itu.

Hal yang sama pun terjadi di Papua yang masih bergejolak. Di sana ada banyak senjata dari AS dan ada gerakan-gerakan aneh yang muncul oleh orang-orang Inggris dan Australia. Dalam diplomasi luar negeri, ada negara konyol tidak beken bernama Vanuatu yang masih merongrong Indonesia.

Pendeknya, Indonesia selalu diganggu karena tidak boleh maju, tidak boleh berpendidikan, dan tidak boleh makmur. Indonesia harus selalu berada dalam kekuasaan mereka.

Saat ini mereka menggunakan agama untuk membuat kusut Indonesia. Mereka menggunakan orang-orang bodoh yang bisa bicara ngawur seolah-olah dakwah untuk dijadikan ulama agar dapat membodohi orang-orang bodoh juga. Oleh sebab itu, tidak perlu heran jika ada orang yang disebut ulama, tetapi perilakunya jauh dari perilaku Nabi Muhammad saw. Mereka selalu berbicara kepada orang-orang bodoh karena orang pintar selalu tahu kebohongan dan kebodohan mereka.

Kekuatan asing itu menggunakan isu-isu agama di Indonesia karena melihat keberhasilan mereka yang telah memporak-porandakan Libya, Irak, Afghanistan, dan Suriah. Mungkin juga Yaman karena Houthi terus-menerus memerangi pemerintahnya yang dibantu Arab Saudi. Di negara-negara itu isu agama telah membelah mereka dan membuat mereka semakin terbelakang. Ketika negaranya terbelah, kekuatan asing semakin kuat dan rusaklah negara itu.

Jika negaranya kuat seperti Iran atau Arab Saudi, kekuatan asing tidak bisa masuk karena rakyat dan negaranya solid dan kuat. Adapun negara lainnya rusak karena selalu berkhayal tentang kekhalifahan yang sudah runtuh itu sehingga terjadi pembunuhan di antara mereka sendiri.

Mereka berusaha mati-matian membuat Indonesia rusak melalui isu agama sehingga melahirkan intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Hal itu terjadi karena mereka berhasil menipu sebagian orang-orang Indonesia. Mereka punya banyak uang, senjata, dan organisasi untuk melakukannya. Beruntunglah Allah swt selalu menjaga Indonesia sehingga tetap utuh hingga hari ini, bahkan semakin kuat dan semakin mampu mengatur negara lain karena kita memiliki banyak sumber daya yang diperlukan orang lain. Hasilnya, insyaallah dalam beberapa tahun lagi, apalagi 2045 akan lebih terasa karena ada bonus demografi dengan syarat kita sama-sama bergotong royong untuk mencapainya. Kalau kitanya selalu tertipu dan bertengkar di antara kita sendiri, kita tetap sengsara dan orang asing yang untung.

Cek perasaan kalian. Kalau di dalam diri kalian ada istilah atau keyakinan “ulama kami, ulama kalian; ulamaku, ulamamu; kaum sini, kaum sana; aku masuk surga, kamu masuk neraka; kalian adalah musuhku”, berarti kalian sudah tertipu. Kalian sibuk memikirkan saudara kalian sendiri untuk jatuh, bukannya bekerja bersama sebagai saudara untuk mencapai kemajuan bersama. Kalian sudah jauh tersesat dan itu diperhatikan oleh pihak-pihak asing yang ingin segera menerkam Indonesia dan menikmati kelezatan Indonesia. Mereka punya banyak uang, banyak teknologi, banyak senjata, mudah sekali menguasai Indonesia yang masih miskin, bodoh, dan kurang senjata.

Kuncinya ada di kebersamaan. Semua orang Indonesia matanya harus mengarah ke satu tujuan yang sama, tujuan nasional Indonesia. Tujuan Indonesia itu hanya satu kalimat kok, yaitu “Mewujudkan Manusia Indonesia Seutuhnya yang Makmur Lahir dan Makmur Batin Berdasarkan Pancasila”.

Pengen maju?

Bareng dalam kebersamaan dan tolak perpecahan walaupun itu menggunakan isu-isu murahan yang katanya ajaran agama, padahal ngarang sendiri tidak jelas sumbernya.

Hayu ah.

Sampurasun

Wednesday, 26 January 2022

Singapura Tak Lagi Jadi Surga Koruptor

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Orde baru atau zamannya Presiden Soeharto dijatuhkan oleh gerakan reformasi karena di dalam pemerintahannya terjadi pembungkaman suara-suara kritis dan teror terhadap aktivis. Di samping itu, masa itu adalah masa maraknya perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme yang disingkat KKN.

            Ketika orde baru jatuh, muncul orde reformasi pada 1998 yang berupaya memburu para koruptor dan penjahat negara. Upaya perburuan para koruptor beserta uang hasil korupsinya itu mendapatkan halangan atau batu sandungan yang sangat besar dan menyulitkan hingga saat ini. Hal itu disebabkan para koruptor mendapatkan surga yang indah, yaitu Negara Singapura. Para koruptor berlarian ke Singapura bersama uang-uangnya, sementara pemerintah Indonesia kesulitan menangkap mereka karena Singapura bukanlah wilayah hukum Indonesia dan tidak mempunyai perjanjian ekstradisi dengan Indonesia. Para koruptor nyaman di Singapura sambil merancang langkah-langkah berikutnya untuk menghindari dan melawan hukum Indonesia.

            Akan tetapi, mulai tahun ini, 2022, para koruptor tidak lagi dapat menjadikan Singapura sebagai surga karena sudah sepakat menandatangani perjanjian ekstradisi. Indonesia bisa meminta Singapura untuk menyerahkan para koruptor yang bersembunyi untuk ditangkap dan diadili di Indonesia. Demikian pula sebaliknya, Singapura dapat meminta Indonesia untuk menangkap dan menyerahkan koruptor Singapura yang bersembunyi di Indonesia. Kini kedua negara sudah sangat paham bahwa keterbukaan dan perang melawan koruptor harus dilakukan bersama-sama.

            Kita harus angkat dua jempol buat Indonesia dan Singapura untuk bersama-sama memerangi tindakan korupsi sehinngga kemajuan negara dapat lebih cepat lagi dapat dirasakan rakyat. Saya sangat percaya pendapat Menteri Keuangan RI Sri Mulyani bahwa ada dua hal yang menghambat Indonesia mencapai kemakmurannya, yaitu korupsi dan pendidikan yang buruk. Jika korupsi dapat terus diberantas hingga minimal, langkah untuk menjadi negara yang sukses dengan rakyat yang bahagia dapat lebih mudah untuk dicapai. Indonesia-Singapura harus terus bersahabat memakmurkan negaranya masing-masing.

            Sampurasun

Wednesday, 19 January 2022

Soal Bahasa Sunda, Arteria Tidak Jelas

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Baru-baru ini anggota DPR RI dari PDIP Arteria Dahlan meminta Jaksa Agung ST Burhanuddin untuk mencopot atau memecat salah seorang Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) yang menggunakan bahasa Sunda dalam rapat kerja. Permintaannya itu membingungkan, tidak lengkap, dan tidak jelas.

            Kajati mana yang dia maksud? Siapa?

            Soalnya, ada empat orang Sunda yang menjadi Kajati di Indonesia ini. Kalau disebut Kajati Jawa Barat Asep Nana Mulyana, masih sulit juga. Hal itu disebabkan Asep tidak merasa bahwa dirinya yang jadi target Arteria Dahlan. Bahkan, Arteria memuji-muji Asep sebagai pengacara negara yang telah menuntut Si Ustadz Cabul Herry Wirawan yang memperkosa banyak santriwatinya dengan hukuman mati. Belum jelas Kajati mana yang dimaksud Arteria Dahlan.

            Di mana Kajati berbahasa Sunda itu melakukan rapat kerja? Di Bandung? Garut? Jakarta? Medan? Makasar?

            Rapat kerja apa yang dia maksud?

            Kapan kejadiannya?

            Sepanjang apa bahasa Sunda yang digunakan Kajati tersebut?

            Dari awal sampai akhir rapat? Hanya setengah rapat? Satu atau dua kalimat saja? Bentuknya hanya peribahasa atau narasi panjang?

            Sepanjang yang saya tahu, selama bekerja di Gedung Kura-Kura Senayan itu selama empat tahun, tidak pernah ada yang menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sepanjang rapat. Paling juga satu atau dua kalimat, sebuah peribahasa, atau memang harus menggunakan bahasa Sunda karena belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Bahkan, beberapa kata atau peribahasa Sunda sering digunakan oleh anggota DPR RI dari suku mana pun. Misalnya, kata “tembang, anyar, baheula, miris,” atau “ngabuburit”. Peribahasa Sunda pun sering dipakai seperti “laukna beunang caina herang”, ‘ikannya dapat, airnya tidak keruh’, maksudnya masalah terselesaikan tanpa harus menimbulkan kekisruhan.




            Kalau para anggota DPR RI yang bukan Sunda ingin menggunakan bahasa atau peribahasa Sunda, suka bertanya dulu kepada orang Sunda.

            “Dek, apa itu artinya ‘fardhu kasunat’?”

            Dia memanggil saya adik maksudnya. Otak saya meloading dulu sebentar karena kalimat itu tidak pernah ada.

            “Mungkin maksudnya ‘fardhu kasambut, sunat kalampah’, begitu, Pak?”

            “Iya, iya itu.”

            “Itu seperti peribahasa Indonesia, ‘sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui’. Sekali bekerja dalam waktu yang sama beberapa pekerjaan terselesaikan.”

            Dia manggut-manggut.

            “Lebih tepatnya begini, pekerjaan yang wajib atau yang pokok terselesaikan, bersamaan dengan itu pekerjaan tambahan pun terselesaikan.”

            “Oh, begitu ya?”

            Kembali ke soal Arteria Dahlan. Karena tidak jelas, orang pun bereaksi dengan rupa-rupa tanggapan dan tidak jelas juga. Hal itu disebabkan Arteria sendiri yang salah, tidak lengkap penjelasannya. Kalau tidak paham beberapa kalimat dalam bahasa Sunda, ya tanya saja  sama orang Sunda. Gitu aja kok repot. Saya juga begitu kok kalau ada di tempat lain atau lingkungan berbeda, ya wajar saja kalau bertanya tentang beberapa kata dalam bahasa setempat.

            Apapun alasannya, Arteria Dahlan berlebihan jika harus meminta Jaksa Agung untuk mencopot Kajati yang menggunakan bahasa Sunda. Dia harus ingat dan paham bahwa bahasa Indonesia itu sampai sekarang terus diperkaya, dipermewah oleh bahasa daerah di seluruh Indonesia dan oleh bahasa asing yang memang sudah akrab di telinga orang Indonesia atau memang belum ada kata padanannya dalam bahasa Indonesia.

Harus disadari bahwa bahasa Indonesia itu masih miskin dan memerlukan tambahan dari bahasa daerah dan bahasa asing untuk melengkapinya sehingga semakin kaya untuk digunakan berkomunikasi. Bahasa asing yang sering masuk menjadi bahasa Indonesia adalah bahasa Arab, Inggris, dan Belanda.

            Arteria Dahlan atau siapa pun jangan berlebihan, hanya karena tidak paham, minta orang dipecat. Kalau enggak ngerti, nanya, bukan marah.

            Sampurasun.

            Arteria Dahlan pasti ngerti sampurasun. Kalau enggak ngerti, terlalu.

            Sampurasun.

Tuesday, 18 January 2022

Ahok Calon Kepala Otorita Ibu Kota Negara Nusantara

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kalau mendengar nama Ahok atau Basuki Tjahaya Purnama, saya suka pengen ketawa sekaligus sedih. Nama Ahok itu selalu tidak terpisah dari DKI Jakarta, orang tahu hal itu. Ahok sekarang itu namanya disebut menjadi salah satu calon Kepala Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baru itu sudah disetujui oleh Presiden RI Jokowi bernama “Nusantara” yang letaknya di Kalimantan Timur. Kalau sekarang kan namanya Jakarta, yang baru namanya Nusantara.

            Para pendukung Ahok ini tampaknya rajin mencatat siapa saja orang-orang yang dianggap telah menjerumuskan Ahok ke penjara. Setiap ada yang mendapatkan masalah atau meninggal, selalu dikaitkan dengan kutukan Ahok atau karma Ahok. Saya pernah menulis dengan judul “Kutukan Ahok” yang di dalamnya ada banyak nama orang yang terjungkal bernasib malang hingga meninggal. Mereka itu dianggap musuh-musuh Ahok. Sebetulnya, daftar nama itu masih sedikit, ada banyak orang yang bisa dicatat yang mengalami hal menyedihkan.

            Baru-baru ini mencuat lagi nama-nama orang yang terjungkir dan dianggap terkena kutukan Ahok. Mantan Gubernur Jambi Zumi Zola ditangkap KPK, mantan Bupati Lampung Selatan Zainudin Hasan dihukum 12 tahun gara-gara korupsi, mantan Ketua BPK Harry Azhari Azis yang juga kader Partai Golkar meninggal dunia. Berita paling anyar malah mengagetkan masih muda usia Bupati Panajam Paser Utara Abdul Gafur Masud bersama bendaharanya Nur Afifah ditangkap KPK karena jelas korupsi. Mereka berdua adalah kader Partai Demokrat.

            Orang-orang menyebutnya sebagai “karma Ahok mengerikan”.

            Sekarang santer Ahok dicalonkan memimpin IKN Nusantara. Sementara itu, Anies Baswedan harus berhenti sebagai gubernur bulan Oktober tahun ini. Kalau memang Ahok telah dipastikan menjadi pemimpin IKN Nusantara, berarti dia terdepak dari ibu kota lama, tetapi bersinar terang di ibu kota baru. Sementara itu, Anies Baswedan belum diketahui mau ngapain setelah berhenti sebagai gubernur. Untuk nyapres saja masih sulit tampaknya karena harus ngumpulin suara partai hingga 20%.

            Kalau memang Ahok jadi, tetapi Anies justru berhenti, orang-orang akan bilang lagi bahwa ini adalah kutukan Ahok atau karma Ahok.

            Saya sendiri enggan ngomongin karma. Akan tetapi, hal yang saya yakini adalah “keadaan kita hari ini adalah akibat perilaku kita pada masa lalu dan perilaku kita pada masa sekarang ini menentukan keadaan kita pada masa depan”.

            Oh iya, ada yang lucu soal nama ibu kota negara baru itu. Namanya sudah disetujui presiden, yaitu Nusantara, tetapi Fadli Zon tidak setuju. Dia ingin nama ibu kota baru itu adalah “Jokowi”. Saya tidak tahu apakah dia itu sedang mengejek atau memang ngefans sama Jokowi. Akan tetapi, saya yakin Jokowi bukan orang seperti itu yang gila hormat. Kalau Jokowi mau, pakai saja nama istrinya “Iriana”. Sudah betul itu namanya Nusantara, jangan aneh-aneh.

            Hal yang lebih lucu adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak setuju dengan nama Nusantara. Akan tetapi, anehnya mereka tidak mengusulkan nama untuk mengganti nama Nusantara. Menurut saya, agak lebih baik Fadli Zon dibandingkan PKS. Fadli memberikan usulan nama baru, PKS mah tidak.

            Saya usul saja buat PKS. Kalau tidak suka nama Nusantara karena bahasa asli pribumi, tetapi nggak punya ide buat nama baru, usulkan saja namanya supaya ada suara-suara arabnya, yaitu “Al Nusantaraiyah”.

Hayu ah. Jangan bikin ketawa terus atuh. Berpolitiklah yang cerdas dan membangun, jangan ngomongin yang ecek remeh, bikin lucu, dan buat orang tertawa.

Sampurasun

Sunday, 16 January 2022

Musuh Jokowi Makin Banyak

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Sepak terjang Jokowi memang sering mengagetkan. Presiden kerempeng yang katanya planga plongo kayak Pinokio ini memang bernyali besar bikin orang ketar-ketir. Dia bisa bikin sebuah negara bangkrut beneran. Oleh sebab itu, Jokowi makin banyak musuhnya.

            Di dalam negeri musuh Jokowi adalah para koruptor; mereka yang punya banyak hutang ke negara, tetapi tidak mau bayar; orang-orang sakit hati yang kalah dalam kontestasi politik; mereka yang ingin berkuasa setelah Jokowi berhenti menjadi presiden. Jokowi tetap dimusuhi meskipun pada 2024 harus tidak lagi menjadi presiden. Jokowi tetap masih punya pengaruh kuat dalam politik di Indonesia meskipun nanti tidak lagi ikutan pemilihan presiden. Hal itu disebabkan dia akan menjadi “The King Maker”, ‘pencipta presiden masa depan’. Dia akan mengarahkan para pendukungnya untuk memilih sosok yang dia pilih sendiri dan pengikutnya itu semakin hari semakin banyak. Oleh sebab itu, tak heran jika hingga hari ini Jokowi terus-terusan diserang dengan berbagai isu. Musuhnya tidak mau jagoannya dikalahkan oleh jagoan yang diusung Jokowi.

            Sebetulnya, kalau masih sesama warga bangsa, tidak perlu saling bermusuhan. Soal politik, ikuti saja aturan dan raih kepercayaan rakyat dengan kerja keras dan prestasi nyata. Bersainglah dalam suasana kekeluargaan. Menang atau kalah, itu hal biasa dalam sebuah pertandingan. Akan tetapi, disebabkan banyak orang berkepala batu, berhati kaku, berlandaskan nafsu, mereka anggap Jokowi dan pendukungnya adalah musuh. Karena minim prestasi, narasi yang mereka gunakan adalah kafir, murtad, dajjal, zalim, PKI, sorga, neraka, syafaat nabi, dan lain sebagainya yang semuanya ecek-ecek, remeh temeh, tidak bernilai, serta tidak ada hubungannya dengan kemampuan membangun bangsa. Hanya orang-orang bodoh yang bisa dipengaruhi oleh narasi semacam itu. 

            Beruntung, Indonesia tidak hancur karena hal-hal bodoh seperti itu. Berbeda dengan Libya, Afghanistan, Suriah, dan Irak yang mudah diadu domba karena isu-isu agama. Kini mereka berantakan, nggak karu-karuan, dan terus saling bunuh hingga hari ini.

            Di dalam pergaulan dunia, Jokowi tambah banyak musuhnya karena mulai berani menantang berbagai negara. Dia memang menantang negara lain, bahkan negara-negara maju. Hal yang sangat mengagetkan adalah dia telah mengambil alih kepemilikan saham terbesar Freeport dan mewajibkan pembangunan smelter di Gresik. Dia tidak mau lagi jual bahan emas mentah ke luar negeri, tetapi harus dibuat dulu menjadi bahan setengah jadi di Indonesia. Demikian juga soal nikel, Jokowi menghentikan penjualan bahan mentah nikel ke luar negeri, tetapi harus dibuat dulu menjad barang setengah jadi atau barang jadi di Indonesia, seperti, baja atau baterai litium.

            Sederhananya seperti ini. Saya pernah diundang diskusi di rumah dinas Gubernur Jawa Barat semasa Ahmad Heryawan. Aher Curhat bahwa biji kopi dari Garut dijual ke luar negeri hanya Rp10.000,- per kilo, lalu diolah menjadi kopi jadi di luar negeri, kemudian dibeli lagi oleh Indonesia dengan harga Rp75.000,- per gelas seduh di Star Buck.

            Keuntungan yang didapat negara asing dari kopi jauh berkali-kali lipat dibandingkan keuntungan orang Indonesia yang sangat kecil. Itu disebabkan kita hanya menjual barang mentah. Padahal, biji kopinya dari Garut, tetapi yang kaya raya orang luar negeri. Kalau bahan setengah jadi dan barang jadinya dibuat di Indonesia, orang Indonesia akan menjadi lebih kaya raya dan akan banyak orang yang bekerja sehingga mengurangi pengangguran.

            Seperti itulah yang dilakukan Jokowi. Dia ingin bahan setengah jadi dan barang jadi dari nikel itu dibuat di Indonesia sehingga memakmurkan rakyat Indonesia. Bukan lagi orang lain yang untung, melainkan rakyat sendiri. Akan tetapi, kebijakan Jokowi itu jelas merugikan negara lain, pabrik-pabrik baja, baterai, atau barang lain yang berasal dari nikel di luar negeri bisa bangkrut karena bahan mentahnya tidak ada lagi, harus dibuat di Indonesia. Oleh sebab itu, Unieropa menggugat Indonesia di sidang WTO karena mereka rugi. Akan tetapi, Jokowi tidak takut dan menghadapinya dengan menggunakan pengacara berskala internasional dalam sidang.

            Itu kan barang milik Indonesia, mau diapain juga terserah Indonesia, begitu kan?

            Inilah yang membuat salah satunya orang-orang ingin Jokowi tiga periode. Banyak yang tidak yakin jika bukan Jokowi yang menjadi presiden, Indonesia tidak punya keberanian untuk melindungi sumber daya alamnya untuk kemakmuran rakyat.

            Bukankah kita sering mendengar ceritera bahwa Indonesia adalah negara kaya raya, tetapi kapan kita bisa merasakan kekayaan alam itu?

            Kita tidak akan pernah kaya jika terus-terusan jual barang mentah. Kita harus inovasi agar bisa mengolahnya menjadi barang setengah jadi dan barang jadi.

            Salah satunya, ya harus mempertahankan sumber daya kekayaan itu untuk diri kita sendiri, bukan untuk memperkaya negara orang lain.

            Bukan cuma penjualan nikel yang dihentikan Jokowi, melainkan pula pada tahun-tahun ke depan akan menghentikan penjualan bauksit, timah, tembaga, dan lain-lain. Semuanya tidak boleh dijual mentah, tetapi boleh dijual ketika sudah menjadi barang setengah jadi dan barang jadi.

            Dunia memang sangat bergantung pada Indonesia. Buktinya, baru-baru ini Jokowi menghentikan penjualan batu bara selama satu bulan ke luar negeri karena pasokan untuk PLN di dalam negeri kurang. Jokowi ingin kebutuhan batu bara untuk di dalam negeri dulu tercukupi, baru untuk luar negeri. Hal itu membuat dunia berteriak karena jika tak mendapatkan batu bara dari Indonesia, mereka akan gelap gulita dan banyak industri yang macet karena daya listrik mereka terhenti. Jepang, Korea Selatan, Filipina, Cina sampai memohon-mohon untuk bisa membeli lagi batu bara dari Indonesia. Jokowi tetap pada kebijakannya untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya dulu.

            Keberanian Jokowi menantang dunia ini tentu saja menambah jumlah musuh-musuhnya. Bisa saja negara asing, pengusaha asing, para eksportir, para importir barang-barang mentah dari Indonesia yang dihentikan Jokowi dan membuat mereka rugi ini membiayai orang-orang berkepala batu dan berhati kusut untuk membuat huru-hara dengan menggunakan orang-orang bodoh di Indonesia. Musuh Jokowi memang menjadi makin banyak.

            Kunci untuk mempertahankan kekayaan alam Indonesia dan mengamankan kebijakan Jokowi adalah dengan memiliki militer yang kuat sehingga mampu melawan negara mana pun yang coba-coba merampok lagi Indonesia seperti pada masa penjajahan. Di samping itu, rakyat pun harus bersama-sama secara sadar paham bahwa kekayaan alam Indonesia itu harus dinikmati oleh rakyat sendiri dengan mendukung setiap upaya pemerintah yang bertujuan untuk kepentingan rakyatnya, bukan bikin isu-isu negatif murahan yang membodohi diri sendiri dan menyesatkan orang lain.

            Bukankah negara kita kaya dan kita ingin ingin makmur?

            Mari lawan bersama siapa pun yang merugikan kita dengan kesungguhan kita dalam belajar, berinovasi, bersatu, bekerja keras, dan berwibawa dalam angkatan bersenjata.

            Sampurasun.

Saturday, 15 January 2022

Para Perempuan Muda Cantik Pelindung Indonesia

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Pada tulisan yang lalu saya pernah menulis bahwa kedaulatan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dijaga oleh anak-anak muda Indonesia yang sebagian besar perempuan di forum-forum internasional semacam Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka mempertahankan NKRI dari fitnah, serangan, dan serbuan negara-negara asing yang ingin membuat Indonesia terjatuh dengan menggunakan berbagai isu, terutama isu-isu hak azasi manusia (Ham) di Papua. Merekalah yang sesungguhnya melindungi para ulama, para kiyai, para ustadz, para pendeta, para biksu, para pedanda, para pemimpin agama dan keyakinan, para pemeluk agama, serta seluruh rakyat Indonesia di forum-forum dunia. Jika mereka gagal berdiplomasi dalam melindungi kedaulatan negara, pasukan dan kekuatan asing bisa masuk ke Indonesia, kemudian merusakkan tanah, tatanan, dan sistem sosial di Indonesia seperti yang terjadi di Timur Tengah. Besar sekali jasa mereka dan sungguh berat tugas mereka. Karya mereka mendunia karena berulang-ulang melakukan serangan mematikan terhadap para presiden, perdana menteri, dan pemimpin negara asing yang ingin mencoba meruntuhkan Indonesia.

            Dalam tulisan kali ini, saya tulis tiga perempuan muda cantik yang dengan cerdas mempertahankan kehormatan NKRI di dunia. Saya sertakan foto dan sumbernya dengan beberapa kalimat serangan mereka pada negara-negara lain yang kerap menganggu Indonesia. Sengaja saya potong dan sedikit ubah kalimat mereka karena terlalu panjang serta agar lebih jelas suara mereka ditujukan bukan hanya untuk satu negara, melainkan ke negara mana pun yang mencoba menyerang Indonesia.

            Sesuai urutan foto, pertama, diplomat muda ini bernama “Silvany Austin Pasaribu” (sumber foto: Kpop Squad Media). Dia mendapat serangan dari Presiden Vanuatu yang mencoba menceramahi Indonesia tentang Ham. Kemudian, Silvany balas menyerang. Seperti saya bilang, saya potong dan saya ubah kalimatnya bukan hanya untuk Vanuatu, melainkan untuk negara mana pun yang mencoba menyerang Indonesia.


Silvany Austin Pasaribu (Foto: KPOP SQUAD MEDIA)


Silvany berbicara seperti ini, “Simpan ceramah kalian untuk kalian sendiri! Presiden Indonesia Jokowi menyerukan untuk mencari solusi yang menguntungkan antarnegara, tetapi negara bodoh seperti kalian justru menentangnya. Di tengah krisis kesehatan dan ekonomi yang harus dihadapi, negara bodoh kalian justru menyerukan memecah belah dengan mendukung separatisme dengan dalih Ham. Indonesia sudah setuju dan menandatangani untuk penghapusan diskriminasi, penyiksaan, dan kekejaman, tetapi negara kalian belum menyetujuinya. Bagaimana mungkin kalian mengajari kami tentang Ham sementara kalian sendiri belum menandatangani penghapusan perilaku yang merendahkan martabat manusia? Kalian harus urus rakyat kalian sendiri! Kalian bukan wakil rakyat Papua dan berhentilah bersikap seperti itu! Papua adalah Indonesia!”

Luar biasa bukan serangan Silvany terhadap pemimpin negara asing?

Kedua, “Nara Masista Rakhmatia” (sumber foto: Okezone News), lagi-lagi dia menyerang banyak negara lain dari kawasan Asia Pasifik yang menuduh Indonesia melanggar Ham.


Nara Masista Rakhmatia (Foto: Okezone News)


 Kalimat Nara Masista seperti ini, “Indonesia berkomitmen untuk menghormati Ham. Pada zaman ini semuanya harus terbuka dan sulit menyembunyikan pelanggaran Ham. Ketika kalian menunjuk-nunjuk kami dengan jari telunjuk, sesungguhnya ada empat jari kalian yang menunjuk pada wajah kalian sendiri!”

Kalimat Nara Masista Rakhmatia sangat lugas dan menohok pada negara lain yang mengusik Indonesia.

Ketiga, “Sindy Nur Fitri” (sumber foto: Kuyou id). Dia dengan keras menyerang negara-negara bodoh itu.


Sindy Nur Fitri (Foto: KUYOU.id)

Kalimat Sindy semacam ini, “Kalian terus-terusan menyerang dan melanggar kedaulatan Indonesia. Kami melawan informasi palsu yang kalian sebarkan! Kalian hanya menyebarkan harapan palsu yang menyulut konflik dan mengorbankan banyak nyawa orang tak berdosa. Kalian hanya berdiam diri ketika KKB membunuh guru, perawat, pekerja kesehatan, pekerja konstruksi, menghancurkan fasilitas kesehatan, dan aparat penegak hukum. Mengapa kalian berdiam diri ketika orang-orang yang mengabdi untuk rakyat Papua dibunuh secara brutal? Kenyataannya, kalian hanya menganjurkan separatisme agar Papua berpisah dari Indonesia. Indonesia adalah negara demokrasi yang menghormati Ham dan hukum!”  

Silvany, Nara, dan Sindy adalah para perempuan cerdas yang melindungi NKRI dari serangan negara lain. Padahal, mereka adalah perempuan yang sering dianggap warga negara kelas dua dan harus selalu dianggap lebih rendah dibandingkan laki-laki. Kenyataannya, merekalah yang melindungi para lelaki dan perempuan di seluruh Indonesia ini dari kemungkinan adanya invasi atau campur tangan asing terhadap kehidupan di Indonesia. Insyaallah, upaya mereka mendapatkan pahala yang sangat besar dari sisi Allah swt.

Mereka adalah para lulusan program studi Hubungan Internasional universitas terkemuka di Indonesia ini, semoga pada masa depan murid-murid dan atau mahasiswa-mahasiswa saya di Program Studi Hubungan Internasional, Fisip, Unviersitas Al Ghifari, banyak yang sehebat atau bahkan lebih hebat dibandingkan mereka untuk membela Indonesia.

Sampurasun.

Wednesday, 12 January 2022

Jangan Lawan TNI, Amerika Serikat Saja Takut

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Jangan bikin perkara dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), bisa habis dalam sekejap. TNI itu sangat ditakuti dunia. Tentara Amerika Serikat (AS) saja takut jika harus berhadapan dengan TNI. Jenderal-jenderal AS sangat paham terhadap kekuatan TNI.

Jenderal Peter Pace mengatakan bahwa AS sama sekali tidak pernah berniat untuk menyerang Indonesia. Bahkan, sekedar bermimpi untuk melawan Indonesia saja tidak berani.

Amerika Serikat sama sekali tidak bisa mengalahkan Vietnam ketika perang vietnam dan tidak bisa menundukkan Korea Utara ketika terjadi perang korea. AS yang membantu Korea Selatan harus menelan pil pahit kekalahan dalam kedua perang itu. Ketika AS menyerang, Vietnam dan Korea Utara dibantu oleh TNI dalam perang. TNI adalah guru bagi tentara Vietnam dan tentara Korea Utara.

Para jenderal AS dan Inggris sangat mengagumi dua jenderal dari Indonesia, yaitu: Jenderal Sudirman dan Jenderal A.H. Nasution. Bahkan, hingga hari ini, akademi-akademi militer AS di Westpoint dan Fort Bragg menggunakan buku-buku karya Jenderal A.H. Nasution tentang perang gerilya.

Jenderal Tommy Franks dari AS menjelaskan bahwa ada tiga hal yang ditakuti dari tentara Indonesia, yaitu TNI jagoan perang gerilya; memiliki pendidikan menundukkan makhlus halus (debus, kanuragan, dsb.); rakyat Indonesia otomatis akan dengan sukarela bergabung dengan tentara jika terjadi perang. Ketiga hal itu tidak dimiliki negara lain di dunia ini. Hanya ada di Indonesia.

Melihat hal seperti itu, menurut Tommy Franks, pihak Eropa dan barat harus mampu bekerja sama dalam hal ekonomi dengan Indonesia. Kalau tidak mampu bekerja sama ekonomi dengan Indonesia, sangat berbahaya bagi barat karena Indonesia memiliki sikap nonblok, tidak bisa diseret-seret untuk mendukung kekuatan tertentu di dunia ini. Indonesia tetap pada dirinya sendiri. Indonesia tidak ke barat dan tidak ke timur dengan menggunakan politik luar negeri bebas dan aktif.

Di samping itu, menurut Jenderal Jackson, dalam waktu dekat ini militer Indonesia akan menjadi sangat besar dan sulit ditandingi. Pendapat Jackson sangat mudah dipahami karena hampir setiap hari Menhan Prabowo dan Menlu Retno Marsudi berupaya menambah Alutsista, terutama untuk menghadapi situasi yang “panas dingin” dan bisa timbul perang kapan saja di kawasan Laut Natuna Utara yang bersinggungan dengan Laut Cina Selatan. Upaya ini pun mendapatkan dukungan dari Jokowi dan DPR RI karena memang Indonesia sangat membutuhkan militer yang kuat.

Bagaimana dengan penanganan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua yang sebagian orang berpendapat bahwa itu sulit di atasi? Bahkan, Kasad Jenderal Dudung terkesan lunak?

Sebetulnya, dalam hitungan hari kalau mau, TNI bisa menghabisi KKB. Akan tetapi, tidak semudah itu cara berpikirnya. Anggota KKB itu masih rakyat Indonesia, bukan orang asing. Mereka harus didekati, disadarkan untuk sama-sama kembali hidup normal dengan masyarakat, kecuali terhadap orang-orang yang memang sudah langsung berhadapan dengan senjata. Oleh sebab itu, kita banyak mendapatkan informasi mengenai puluhan, bahkan ratusan anggota KKB yang menyerahkan senjata dan kembali hidup normal bersama rakyat Indonesia lainnya. Akan tetapi, ada juga insiden bersenjata yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak. Itu memang risiko yang harus diambil.

Di samping itu, urusan Papua ini sudah menjadi isu internasional sehingga jika salah bertindak, dunia internasional bisa ikut campur. Jika KKB dihabisi seperti perang-perang besar, Indonesia bisa dicap sebagai pelanggar hak azasi manusia (Ham). Hal itu akan mendorong kekuatan militer asing untuk masuk ke Papua, situasi akan menjadi lebih rumit. Kita bisa lihat Muamar Khadafi dan Libya yang diserang pasukan gabungan Nato yang dipimpin AS hingga hancur berantakan sampai hari ini dan sulit bangkit. Hal itu gara-gara Khadafi dituding melakukan kekejaman atau pelanggaran Ham terhadap rakyatnya sendiri, rakyat Libya.

Tidak heran jika Jenderal Dudung mengatakan bahwa KKB adalah saudara kita juga. Hal itu merupakan cara pendekatan untuk dapat menghentikan pertempuran dan mengajak saudara-saudara Papua yang masih ada di KKB untuk kembali hidup dengan masyarakat membangun dan menikmati pembangunan.

Tertahannya pasukan asing masuk ke Indonesia, salah satunya karena tentara Indonesia tetap dapat melakukan penanganan bertahap dalam menghentikan KKB. Di samping itu, Menlu RI Retno Marsudi mengirimkan anak-anak muda Indonesia sekitar lima s.d. sepuluh orang menjadi delegasi di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melawan para pemimpin negara lain yang selalu berupaya menjatuhkan Indonesia dengan isu-isu pelanggaran Ham di Papua. Hingga saat ini anak-anak muda yang sebagian besar perempuan itu mampu mempertahankan NKRI di dunia internasional, bahkan cerdas menyerang balik negara-negara lain yang mencoba menganggu kedaulatan Indonesia melalui meja perundingan.

Begitu, Bro kejadiannya. Jadi, sebagai rakyat kita harus bantu TNI untuk menjadi lebih kuat menjaga kedaulatan NKRI dan jangan cari perkara terhadap TNI karena itu adalah tindakan konyol dan bodoh untuk saat ini.

Sampurasun.

Friday, 7 January 2022

Tak Semua Laporan Diproses Lanjut Polisi

 

oleh Tom Finaldin

                                                

Bandung, Putera Sang Surya

Aksi saling lapor kepada polisi sebetulnya ada bagusnya karena masyarakat sudah paham untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan hukum yang berlaku dan menghindari penyelesaian dengan cara main hakim sendiri atau aksi jalanan. Akan tetapi, ada yang salah dalam pemikiran masyarakat bahwa seluruh laporan ke polisi itu harus lanjut diproses polisi. Memang setiap laporan itu apa pun bentuknya harus diproses polisi dan itu adalah perintah undang-undang. Salah besar jika polisi tidak memprosesnya. Akan tetapi, ada yang berlanjut dan ada yang tidak berlanjut. Hal itu disebabkan polisi harus memiliki petunjuk dan bukti untuk melanjutkan prosesnya. Polisi pun harus yakin bahwa masalah yang dilaporkan itu memang merupakan pelanggaran terhadap hukum.

            Banyak orang yang melaporkan kepada polisi, tetapi tidak ada pelanggaran hukumnya. Oleh sebab itu, polisi selalu memanggil pelapor agar menunjukkan hal mana yang dianggap pelapor sebagai pelanggaran hukumnya. Kalau ada, lanjut. Kalau tidak ada, tidak akan berlanjut. Polisi harus berhati-hati karena bisa dituntut balik oleh masyarakat jika merasa dirugikan kepolisian. Selain itu, polisi pun harus melimpahkan berkas-berkas perkara yang dilaporkan masyarakat ke kejaksaan. Jaksa pun tidak akan menerima begitu saja jika tidak lengkap dan tidak yakin bakal menang di pengadilan.

            Saya berkali-kali mendengar keluhan dari jaksa yang sudah capek-capek menyusun konstruksi hukum, membuktikan adanya pelanggaran hukum, tetapi di pengadilan mereka dikalahkan. Hakim membebaskan terdakwa. Hal itu disebabkan salah satunya hakim memandang bahwa tidak ada pelanggaran hukum di sana. Hal itu sangat merugikan kepolisian dan kejaksaan. Oleh sebab itu, setiap laporan harus jelas bukti dan petunjuknya. Tidak asal lapor, lalu harus diproses.

Kalau laporan tidak diproses, protes dianggap tebang pilih, tidak adil, kriminalisasi, dan sebagainya. Protes boleh, bahkan harus, tetapi harus jelas bahwa ada pelanggaran hukum yang tidak diproses polisi. Bukan asal protes.

            Sekarang ini kan banyak yang lapor, tetapi tidak diproses lanjut.

            Kenapa Si A ditahan, tetapi Si B tidak?

            Ini kriminalisasi ulama!

            Sering dengar hal seperti itu kan?

            Penyebabnya, ya itu tadi, salah satunya adalah tidak ada bukti atau petunjuk yang mengarah pada pelanggaran hukum. Kalau diteruskan pun, bisa ditolak jaksa dan mentah di pengadilan oleh hakim. Itu membuat citra polisi buruk dan tidak profesional. Pasti polisi tidak mau hal itu terjadi.

            Saya ingat ketika anak bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, mengupload video di Youtube yang isinya mengkritik orang-orang yang suka bikin gaduh di Indonesia dengan nada yang sedikit kesal. Orang-orang seperti itu dianggapnya tidak produktif.

            Dia bilang, “Kerja! Dasar Ndeso! Ndeso!”

            Begitu kira-kira.

            Video yang viral itu kemudian dilaporkan ke polisi oleh seseorang dengan tuduhan penistaan agama. Polisi menerima laporan itu. Akan tetapi, pada hari yang lain  ketika laporan akan diproses lanjut, pelapor itu dipanggil polisi untuk menunjukkan hal mana yang merupakan penistaan agama. Pelapor itu tidak pernah datang memenuhi panggilan polisi. Kasus itu tidak berlanjut karena memang tidak ada bukti yang bisa dihadirkan sebagai kasus penistaan agama. Sayangnya, di luaran berkembang isu bahwa polisi telah bertindak tidak adil karena Kaesang adalah anak Presiden.

            Isu itu jelas menyesatkan. Memang polisi tidak melanjutkan prosesnya karena buktinya pun tidak ada. Laporan itu hanya didasarkan pada kebencian dan emosional tanpa menggunakan pikiran sehat.

            Sekarang juga sama, banyak laporan yang tidak bisa diteruskan karena tidak ada pelanggaran hukum itu. Akan tetapi, diisukan sebagai polisi tidak adil dan hanya memproses laporan orang-orang dari kelompok tertentu, sedangkan kelompok lainnya tidak diproses. Bukan soal kelompok sebetulnya, masalahnya bukti yang mengarah pada pelanggaran hukumnya tidak ada.

            Kepolisian memang tidak sempurna 100% dan tetap harus diingatkan jika mereka melakukan kesalahan atau tebang pilih. Polisi pun harus mendengar protes masyarakat itu. Akan tetapi, harus ada bukti yang masuk akal untuk melakukan protes pada polisi itu. Jangan sampai asal bunyi alias “Asbun”.

            Sampurasun.

Thursday, 6 January 2022

Bahar Nggak Harus Dipenjara Sebetulnya

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Bahar bin Smith sebetulnya tidak harus masuk penjara. Di dalam tatacara penanganan hukum di Indonesia sebetulnya ada yang disebut “restorative justice”. Bahasa awamnya adalah cara-cara “kekeluargaan” sehingga bisa diselesaikan tanpa harus masuk ke ruang pengadilan. Masalah bisa diselesaikan di luar pengadilan jika terjadi kesepahaman antara pelaku dengan orang yang merasa dirugikan, terutama terhadap kasus-kasus yang terkait UU ITE, seperti, fitnah, ujaran kebencian, dan kebohongan. Dengan demikian, tidak perlu ada pemenjaraan terhadap pelaku, tetapi yang tercipta adalah adanya kesadaran bersama. Cara-cara ini sangat dianjurkan oleh Kapolri Sigit Listyanto sehingga keharmonisan dapat lebih terjaga dan kearifan lokal masyarakat dapat lebih berkembang.

            Untuk dapat tercapai penyelesaian restorative justice, seluruh pihak harus saling memahami dan menahan diri agar terbuka dan tidak memperuncing masalah, apalagi meneruskan perilaku-perilaku yang merugikan orang lain dan melanggar hukum. Sayangnya, Bahar tidak mampu menahan dirinya, tidak terbuka untuk penyelesaian kekeluargaan, bahkan berulang-ulang bersikap arogan dan angkuh seolah-olah dirinya benar. Dia tetap melakukan penghinaan kepada presiden, pejabat negara, dan menantang aparat keamanan. Inilah yang menutup jalan bagi terlaksananya restorative justice. Jika saja sikap Bahar  melunak, tak perlu masuk penjara. Semua bisa saling memahami dan membuka jembatan untuk lebih baik dalam berkomunikasi. Akibatnya, cara-cara kekerasan dilakukan aparat keamanan, memasukannya ke penjara agar tidak lagi mengulangi perbuatan-perbuatan yang serupa.

            Saya heran apakah memang ini sikap Bahar yang asli atau memang dikompori oleh orang-orang sekitarnya?

            Mengapa tidak ada yang menasihatinya?

            Hal yang terjadi malah orang-orang sekitarnya dan pengikutnya mendukung perilaku-perilaku buruk itu. Bahkan, mencoba membolak-balikan fakta  bahwa Bahar itu mengkritik.

            Kritikan apa?

            Dia itu memaki, menghina, dan menyebarkan berita dusta.

            Apakah memang sengaja dikompori dan orang-orang sekitarnya mendapatkan keuntungan dari perilaku Bahar?

            Dengan melihat perilaku Bahar seperti itu, tak heran jika Habib Abdillah Toha mengusulkan agar Bahar dipasung di rumah sakit jiwa hingga sembuh. Artinya, dia menganggap Bahar memiliki gangguan kejiwaan. Sebelumnya, Politisi PSI Dede Uki menilai Bahar memiliki kelainan kejiwaan yang disebutnya “superiority complex”, yaitu merasa diri paling mulia, paling tinggi, dan paling berkuasa karena merasa cucu Nabi Muhammad saw. Padahal, silsilahnya ini harus diperiksa ulang karena Bahar yang masih sangat muda itu kata Gus Nuril mengaku keturunan Nabi saw yang ke-26, sementara itu Habib Luthfi bin Yahya saja yang usianya lebih tua adalah keturunan Nabi saw yang ke-40. Ini memang meragukan.

            Apalagi setelah didatangi Danrem Surya Kencana Jenderal Ahmad Fauzi, Bahar bersikap tidak sopan, padahal TNI mendatanginya untuk mengingatkannya agar lebih terjadi ketertiban dan ketenangan di daerah kekuasaannya. Para netizen menyebut Bahar sebagai Megalomania. Ini adalah gangguan kejiwaan yang merasa diri lebih berkuasa, selalu benar, paling cerdas, dan tidak mau mendengarkan nasihat orang lain. Penyakit Megalomania ini bisa dilihat dari cara berpikir orang-orang yang ngawur dan tidak tersusun dengan baik sehingga tidak bisa membedakan mana kenyataan dan mana khayalan.

            Kalau memang Bahar tidak mampu mengendalikan dirinya seperti yang diakui dirinya sendiri bahwa dia temperamental dan orang-orang di sekitarnya tidak mampu mengendalikannya dengan berbagai nasihat yang baik, Bahar memang harus dikendalikan negara dengan menggunakan para dokter ahli jiwa yang dapat memberikannya obat dan bimbingan untuk mengatasi berbagai kelainan dalam jiwanya.

            Kalau dirawat di rumah sakit jiwa, jangan selalu membayangkan orang gila di jalanan yang kumal dan gembel itu. Banyak kok pejabat, orang kaya, masyarakat yang berobat ke rumah sakit jiwa untuk memperbaiki kejiwaannya. Misalnya, mereka yang kalah dalam Pilkada, Pileg, atau Pilkades sudah memesan duluan kamar di rumah sakit jiwa untuk memulihkan tekanan, stres, atau depresi akibat kekalahannya. Banyak juga masyarakat yang memasukan anak-anaknya ke rumah sakit jiwa karena kecanduan game online yang merusakkan perilakunya sendiri.

            Mudah-mudahan, Bahar atau siapa pun dapat lebih baik lagi hidup bersama dengan masyarakat secara baik selepas menjalani hukumannya. Dengan demikian, tercipta kehidupan yang lebih harmonis serta dapat bersama-sama membangun diri dan masyarakat untuk lebih maju dan berkembang.

            Sampurasun.

Tuesday, 4 January 2022

Rasanya Polisi Nge-Prank Deh

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Soal Bahar bin Smith ini bikin saya kaget, tetapi juga pengen ketawa. Ini polisi memang agak mengherankan dari awal. Banyak yang mereka tutupi soal Bahar ini. Mereka memang bekerja keras, tetapi tidak jelas apa yang sebenarnya mereka selidiki dan sidik. Orang-orang, TNI, termasuk saya banyak membicarakan soal penghinaan atau ujaran kebencian Bahar kepada Kasad Jenderal Dudung Abdurahman. Bahar, teman-temannya, termasuk para pengacaranya pun banyak berbicara tentang hal itu. Saya juga coba memahami kasus “Tuhan bukan orang Arab” dan kalimat pelintiran Bahar dari segi bahasa. Maklum, saya kan lulusan bahasa Indonesia dari Universitas Padjadjaran, Bandung. Semua energi tersedot ke arah masalah itu. Polisi mendiamkan berita dan diskursus soal ujaran kebencian itu.

            Tak tahunya, ketika Bahar ditahan Polda Jabar, polisi menjelaskan bahwa kasus Bahar adalah soal penyebaran berita bohong. Kaget saya.

            Berita bohong yang mana?

            Saya pikir soal kebohongan Bahar yang bilang dalam ceramahnya  bahwa TNI tidak ada di bencana Semeru, padahal TNI adalah yang pertama datang dan sampai sekarang pun masih ada di Semeru. Eh, ternyata yang dikerjakan polisi itu adalah dugaan penyebaran berita bohong soal kasus penembakan di jalan tol km 50 itu.

            Gusti, yang itu?

            Itu mah kasus lama. Jadi, salah kalau ada orang yang bilang bahwa polisi secepat kilat mengurus soal Bahar, padahal kasusnya baru saja terjadi. Berbeda dengan kasus lain yang diurus atau ditanggapi polisi tidak cepat alias dalam waktu lama. Kasus di jalan tol itu kan kasus yang lama, baru diurus sekarang karena ada beberapa hal yang harus dipersiapkan.

            Hal itulah yang membuat saya pengen tertawa.

            Saya tidak tahu Bahar berbohong apa pada ceramah 11 Desember 2021 di Margaasih, Kabupaten Bandung karena saya tidak menontonnya. Akan tetapi, ada beberapa sumber yang menjelaskan bahwa dalam ceramahnya Bahar mengatakan bahwa enam FPI yang mati di tol km 50 itu dicabuti kuku-kukunya, lalu kemaluannya dibakar, dan ada beberapa kalimat lainnya. Karena kebohongan itulah Bahar ditahan. Jadi, bukan soal ujaran kebencian kepada Dudung.

            Karena kebohongan itu, Bahar terancam lima tahun penjara. Hal itu bisa menjadi tambah panjang jika ditambah kasus ujaran kebencian kepada Dudung, penghinaan kepada presiden, ancaman kekerasan, dan lain sebagainya. Banyak sekali tabungan kasus yang dapat menjerat Bahar pada masa depan.

            Bahar pernah sesumbar bahwa dirinya pantang meminta maaf dan lebih suka membusuk dalam penjara. Selain itu, dia menantang Jokowi dan polisi untuk menangkapnya. Itulah yang membuat saya sangat ragu bahwa dia adalah seorang ulama.

            Tidakkah dia tahu bahwa Imam Al Ghazali pernah memberikan nasihat agar berhati-hati berbicara?

            Tidakkah dia paham bahwa ketika kita berbicara dan masa itu adalah dalam masa kabul doa, kata-kata kita itu bisa menjadi kenyataan?

            Jika kita berbicara hal yang baik, kebaikan itu menjadi kenyataan. Sebaliknya, jika kita berbicara buruk, keburukan itu bisa menjadi kenyataan. Hal itu disebabkan ketika kita mengatakan hal-hal itu, mau kebaikan atau keburukan, sedang berada dalam masa kabul doa. Begitulah yang diajarkan Imam Al Ghazali.

            Karena kita tidak tahu kapan masa kabul doa itu, berbicaralah hal-hal yang baik sehingga kebaikan itu menjadi kenyataan bagi kita. Hindari berbicara buruk sehingga keburukan itu tidak terjadi kepada kita.

            Lebih baik membusuk dalam penjara!

            Kalau itu terucap dalam masa kabul doa, ya … nikmatilah.

            Allah swt Mahakasih, Maha Pengampun. Dia sangat sayang kepada seluruh ciptaan-Nya.

            Sampurasun.