Saturday, 1 January 2022

TNI Jangan Ikut Campur

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Saya bisa memahami kemarahan dan kekesalan para prajurit TNI AD yang merasa dihina pemimpinnya, Jenderal Dudung Abdurachman. Akan tetapi, kita semua harus menahan diri, bersabar, dan mengikuti aturan yang berlaku. Jika melakukan sesuatu yang di luar jalur, pasti terjadi kesalahan. Bukan hanya TNI yang harus sabar, melainkan masyarakat juga harus bersabar.

            Kejadian Kamis, 30 Desember 2021, sungguh keliru. TNI melakukan kesalahan yang tidak perlu. TNI penguasa setempat mendatangi rumah Bahar bin Smith, lalu menyampaikan nasihat dan pesan agar Bahar tidak lagi berceramah dengan kasar dan menghina orang lain. Di samping itu, ada sedikit ancaman memang dari TNI yang saya perhatikan bahwa jika tidak memenuhi panggilan kepolisian, Bahar akan dijemput langsung.  

            Maksud TNI sebetulnya bagus, tetapi itu berada di luar batas kewenangannya dan mengagetkan banyak orang. Akibatnya, terjadi perdebatan antara Bahar dan TNI. Harus saya akui bahwa kali ini Bahar menang karena TNI offside, kelebihan tindakan. Kini Bahar berada di atas angin dan memperluas fenomena seolah-olah TNI menakut-nakuti rakyat. Akibatnya, TNI harus pergi dari kediaman Bahar karena memang tidak bisa apa-apa.

            Seharusnya, TNI lebih tenang karena kasus ujaran kebencian Bahar sudah ditangani kepolisian dan polisi memang sudah memanggil Bahar untuk datang pada Senin, 3 Januari 2022, tiga hari dari kejadian perdebatan itu, untuk diperiksa kasusnya. Tinggal tunggu saja pemeriksaan itu. Kalau pun Bahar tidak datang, masih urusan polisi juga untuk kembali memanggilnya. Kalau sudah tidak datang lagi, polisi dapat menjemputnya. Bukan TNI yang menjemputnya.

            Mungkin TNI dapat membantu kepolisian jika isu-isu yang beredar membahayakan terjadi. Memang ada isu yang beredar bahwa akan ada pengerahan massa untuk mengawal Bahar ketika diperiksa polisi. Jika itu terjadi dan polisi memerlukannya, TNI bisa dengan sigap mengamankan situasi seperti ketika menurunkan dan merobek baliho Rizieq Shihab karena Satpol PP sangat memerlukan tambahan kekuatan. Hal ini memang pernah terjadi ketika Rizieq dipanggil Polda Jabar, mengerahkan massa sehingga terjadi bentrokan dengan Ormas anti-Rizieq, anak buah Kang Dedi Mulyadi mantan Bupati Purwakarta itu. Beruntung, polisi  bisa mengamankan situasi dan bentrokan bisa diredam. Dalam situasi seperti itu, kemungkinan TNI diperlukan kalau polisi memerlukan bantuan itu juga. Kalau tidak perlu, ya TNI tidak perlu ikut campur.

            Meskipun TNI telah melakukan kesalahan, minimal ada pesan yang tersampaikan kepada Bahar dan para pengikutnya, yaitu TNI selalu memperhatikan mereka di mana saja dan tidak segan-segan melakukan tindakan yang sangat tegas jika situasi mengharuskan TNI turun tangan. Jangan macam-macam dengan TNI AD. Begitu kira-kira pesan yang pasti tersampaikan.

            Oh iya, buat mereka yang sedang terlibat ancam-mengancam duel, adu fisik gara-gara Bahar, segera hentikan, polisi sudah menanganinya, tinggal kita lihat saja seserius apa polisi menanganinya. Sudah tidak perlu lagi saling ancam untuk saling bunuh. Hukum sedang dijalankan.

            Lagian, duelnya juga nggak jadi-jadi. Berantemnya cuma di Medsos. Ketika sudah disepakati tempat dan waktunya untuk ketemu duel, nggak ketemu juga. Yang satu bilangnya sudah nungguin, musuhnya bilang sudah ngontak lewat Hp buat memastikan, tetapi nggak diangkat, nggak dibalas pesannya. “Pasalingsingan” terus. Akhirnya, mereka balik lagi saling serang di Youtube.

            “Gua tungguin duel luh, nggak nongol-nongol, pengecut luh!”

            “Apa? Gua pastiin lewat telepon, kamu nggak angkat teleponnya. Ditanya lewat WA, nggak ngejawab-jawab. Dasar Pansos luh!”

            “Kapan kamu nelepon? Kapan kirim WA? Nomor Gua ganti tahu!”

            “Bacot Lu!”

            Wah, moal baleg-baleg, kitu jeung kitu we terus. Kucing-kucingan.

            Padahal mah tinggal ngomong, “Mun eudeuk, eudeuk. Mun moal, urang rek dicalana deui!”

            Sudahlah. Sekarang sedang ditangani polisi.

“Dicalana deui we kabeh, tong dituluykeun! Moal baleg!”

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment