oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Jangan bikin perkara dengan
Tentara Nasional Indonesia (TNI), bisa habis dalam sekejap. TNI itu sangat
ditakuti dunia. Tentara Amerika Serikat (AS) saja takut jika harus berhadapan
dengan TNI. Jenderal-jenderal AS sangat paham terhadap kekuatan TNI.
Jenderal
Peter Pace mengatakan bahwa AS sama sekali tidak pernah berniat untuk menyerang
Indonesia. Bahkan, sekedar bermimpi untuk melawan Indonesia saja tidak berani.
Amerika
Serikat sama sekali tidak bisa mengalahkan Vietnam ketika perang vietnam dan
tidak bisa menundukkan Korea Utara ketika terjadi perang korea. AS yang
membantu Korea Selatan harus menelan pil pahit kekalahan dalam kedua perang
itu. Ketika AS menyerang, Vietnam dan Korea Utara dibantu oleh TNI dalam
perang. TNI adalah guru bagi tentara Vietnam dan tentara Korea Utara.
Para
jenderal AS dan Inggris sangat mengagumi dua jenderal dari Indonesia, yaitu:
Jenderal Sudirman dan Jenderal A.H. Nasution. Bahkan, hingga hari ini,
akademi-akademi militer AS di Westpoint dan Fort Bragg menggunakan buku-buku
karya Jenderal A.H. Nasution tentang perang gerilya.
Jenderal
Tommy Franks dari AS menjelaskan bahwa ada tiga hal yang ditakuti dari tentara
Indonesia, yaitu TNI jagoan perang gerilya; memiliki pendidikan menundukkan
makhlus halus (debus, kanuragan, dsb.); rakyat Indonesia otomatis akan dengan
sukarela bergabung dengan tentara jika terjadi perang. Ketiga hal itu tidak
dimiliki negara lain di dunia ini. Hanya ada di Indonesia.
Melihat
hal seperti itu, menurut Tommy Franks, pihak Eropa dan barat harus mampu
bekerja sama dalam hal ekonomi dengan Indonesia. Kalau tidak mampu bekerja sama
ekonomi dengan Indonesia, sangat berbahaya bagi barat karena Indonesia memiliki
sikap nonblok, tidak bisa diseret-seret untuk mendukung kekuatan tertentu di
dunia ini. Indonesia tetap pada dirinya sendiri. Indonesia tidak ke barat dan
tidak ke timur dengan menggunakan politik luar negeri bebas dan aktif.
Di
samping itu, menurut Jenderal Jackson, dalam waktu dekat ini militer Indonesia
akan menjadi sangat besar dan sulit ditandingi. Pendapat Jackson sangat mudah
dipahami karena hampir setiap hari Menhan Prabowo dan Menlu Retno Marsudi
berupaya menambah Alutsista, terutama untuk menghadapi situasi yang “panas
dingin” dan bisa timbul perang kapan saja di kawasan Laut Natuna Utara yang
bersinggungan dengan Laut Cina Selatan. Upaya ini pun mendapatkan dukungan dari
Jokowi dan DPR RI karena memang Indonesia sangat membutuhkan militer yang kuat.
Bagaimana
dengan penanganan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua yang sebagian orang
berpendapat bahwa itu sulit di atasi? Bahkan, Kasad Jenderal Dudung terkesan
lunak?
Sebetulnya,
dalam hitungan hari kalau mau, TNI bisa menghabisi KKB. Akan tetapi, tidak
semudah itu cara berpikirnya. Anggota KKB itu masih rakyat Indonesia, bukan
orang asing. Mereka harus didekati, disadarkan untuk sama-sama kembali hidup
normal dengan masyarakat, kecuali terhadap orang-orang yang memang sudah
langsung berhadapan dengan senjata. Oleh sebab itu, kita banyak mendapatkan
informasi mengenai puluhan, bahkan ratusan anggota KKB yang menyerahkan senjata
dan kembali hidup normal bersama rakyat Indonesia lainnya. Akan tetapi, ada
juga insiden bersenjata yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak. Itu
memang risiko yang harus diambil.
Di
samping itu, urusan Papua ini sudah menjadi isu internasional sehingga jika
salah bertindak, dunia internasional bisa ikut campur. Jika KKB dihabisi
seperti perang-perang besar, Indonesia bisa dicap sebagai pelanggar hak azasi
manusia (Ham). Hal itu akan mendorong kekuatan militer asing untuk masuk ke Papua,
situasi akan menjadi lebih rumit. Kita bisa lihat Muamar Khadafi dan Libya yang
diserang pasukan gabungan Nato yang dipimpin AS hingga hancur berantakan sampai
hari ini dan sulit bangkit. Hal itu gara-gara Khadafi dituding melakukan
kekejaman atau pelanggaran Ham terhadap rakyatnya sendiri, rakyat Libya.
Tidak
heran jika Jenderal Dudung mengatakan bahwa KKB adalah saudara kita juga. Hal
itu merupakan cara pendekatan untuk dapat menghentikan pertempuran dan mengajak
saudara-saudara Papua yang masih ada di KKB untuk kembali hidup dengan
masyarakat membangun dan menikmati pembangunan.
Tertahannya
pasukan asing masuk ke Indonesia, salah satunya karena tentara Indonesia tetap
dapat melakukan penanganan bertahap dalam menghentikan KKB. Di samping itu,
Menlu RI Retno Marsudi mengirimkan anak-anak muda Indonesia sekitar lima s.d.
sepuluh orang menjadi delegasi di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melawan
para pemimpin negara lain yang selalu berupaya menjatuhkan Indonesia dengan
isu-isu pelanggaran Ham di Papua. Hingga saat ini anak-anak muda yang sebagian
besar perempuan itu mampu mempertahankan NKRI di dunia internasional, bahkan cerdas
menyerang balik negara-negara lain yang mencoba menganggu kedaulatan Indonesia
melalui meja perundingan.
Begitu,
Bro kejadiannya. Jadi, sebagai rakyat kita harus bantu TNI untuk menjadi lebih
kuat menjaga kedaulatan NKRI dan jangan cari perkara terhadap TNI karena itu
adalah tindakan konyol dan bodoh untuk saat ini.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment