Wednesday, 12 January 2022

Jangan Lawan TNI, Amerika Serikat Saja Takut

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Jangan bikin perkara dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), bisa habis dalam sekejap. TNI itu sangat ditakuti dunia. Tentara Amerika Serikat (AS) saja takut jika harus berhadapan dengan TNI. Jenderal-jenderal AS sangat paham terhadap kekuatan TNI.

Jenderal Peter Pace mengatakan bahwa AS sama sekali tidak pernah berniat untuk menyerang Indonesia. Bahkan, sekedar bermimpi untuk melawan Indonesia saja tidak berani.

Amerika Serikat sama sekali tidak bisa mengalahkan Vietnam ketika perang vietnam dan tidak bisa menundukkan Korea Utara ketika terjadi perang korea. AS yang membantu Korea Selatan harus menelan pil pahit kekalahan dalam kedua perang itu. Ketika AS menyerang, Vietnam dan Korea Utara dibantu oleh TNI dalam perang. TNI adalah guru bagi tentara Vietnam dan tentara Korea Utara.

Para jenderal AS dan Inggris sangat mengagumi dua jenderal dari Indonesia, yaitu: Jenderal Sudirman dan Jenderal A.H. Nasution. Bahkan, hingga hari ini, akademi-akademi militer AS di Westpoint dan Fort Bragg menggunakan buku-buku karya Jenderal A.H. Nasution tentang perang gerilya.

Jenderal Tommy Franks dari AS menjelaskan bahwa ada tiga hal yang ditakuti dari tentara Indonesia, yaitu TNI jagoan perang gerilya; memiliki pendidikan menundukkan makhlus halus (debus, kanuragan, dsb.); rakyat Indonesia otomatis akan dengan sukarela bergabung dengan tentara jika terjadi perang. Ketiga hal itu tidak dimiliki negara lain di dunia ini. Hanya ada di Indonesia.

Melihat hal seperti itu, menurut Tommy Franks, pihak Eropa dan barat harus mampu bekerja sama dalam hal ekonomi dengan Indonesia. Kalau tidak mampu bekerja sama ekonomi dengan Indonesia, sangat berbahaya bagi barat karena Indonesia memiliki sikap nonblok, tidak bisa diseret-seret untuk mendukung kekuatan tertentu di dunia ini. Indonesia tetap pada dirinya sendiri. Indonesia tidak ke barat dan tidak ke timur dengan menggunakan politik luar negeri bebas dan aktif.

Di samping itu, menurut Jenderal Jackson, dalam waktu dekat ini militer Indonesia akan menjadi sangat besar dan sulit ditandingi. Pendapat Jackson sangat mudah dipahami karena hampir setiap hari Menhan Prabowo dan Menlu Retno Marsudi berupaya menambah Alutsista, terutama untuk menghadapi situasi yang “panas dingin” dan bisa timbul perang kapan saja di kawasan Laut Natuna Utara yang bersinggungan dengan Laut Cina Selatan. Upaya ini pun mendapatkan dukungan dari Jokowi dan DPR RI karena memang Indonesia sangat membutuhkan militer yang kuat.

Bagaimana dengan penanganan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua yang sebagian orang berpendapat bahwa itu sulit di atasi? Bahkan, Kasad Jenderal Dudung terkesan lunak?

Sebetulnya, dalam hitungan hari kalau mau, TNI bisa menghabisi KKB. Akan tetapi, tidak semudah itu cara berpikirnya. Anggota KKB itu masih rakyat Indonesia, bukan orang asing. Mereka harus didekati, disadarkan untuk sama-sama kembali hidup normal dengan masyarakat, kecuali terhadap orang-orang yang memang sudah langsung berhadapan dengan senjata. Oleh sebab itu, kita banyak mendapatkan informasi mengenai puluhan, bahkan ratusan anggota KKB yang menyerahkan senjata dan kembali hidup normal bersama rakyat Indonesia lainnya. Akan tetapi, ada juga insiden bersenjata yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak. Itu memang risiko yang harus diambil.

Di samping itu, urusan Papua ini sudah menjadi isu internasional sehingga jika salah bertindak, dunia internasional bisa ikut campur. Jika KKB dihabisi seperti perang-perang besar, Indonesia bisa dicap sebagai pelanggar hak azasi manusia (Ham). Hal itu akan mendorong kekuatan militer asing untuk masuk ke Papua, situasi akan menjadi lebih rumit. Kita bisa lihat Muamar Khadafi dan Libya yang diserang pasukan gabungan Nato yang dipimpin AS hingga hancur berantakan sampai hari ini dan sulit bangkit. Hal itu gara-gara Khadafi dituding melakukan kekejaman atau pelanggaran Ham terhadap rakyatnya sendiri, rakyat Libya.

Tidak heran jika Jenderal Dudung mengatakan bahwa KKB adalah saudara kita juga. Hal itu merupakan cara pendekatan untuk dapat menghentikan pertempuran dan mengajak saudara-saudara Papua yang masih ada di KKB untuk kembali hidup dengan masyarakat membangun dan menikmati pembangunan.

Tertahannya pasukan asing masuk ke Indonesia, salah satunya karena tentara Indonesia tetap dapat melakukan penanganan bertahap dalam menghentikan KKB. Di samping itu, Menlu RI Retno Marsudi mengirimkan anak-anak muda Indonesia sekitar lima s.d. sepuluh orang menjadi delegasi di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melawan para pemimpin negara lain yang selalu berupaya menjatuhkan Indonesia dengan isu-isu pelanggaran Ham di Papua. Hingga saat ini anak-anak muda yang sebagian besar perempuan itu mampu mempertahankan NKRI di dunia internasional, bahkan cerdas menyerang balik negara-negara lain yang mencoba menganggu kedaulatan Indonesia melalui meja perundingan.

Begitu, Bro kejadiannya. Jadi, sebagai rakyat kita harus bantu TNI untuk menjadi lebih kuat menjaga kedaulatan NKRI dan jangan cari perkara terhadap TNI karena itu adalah tindakan konyol dan bodoh untuk saat ini.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment