oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kalau mendengar nama Ahok
atau Basuki Tjahaya Purnama, saya suka pengen ketawa sekaligus sedih. Nama Ahok
itu selalu tidak terpisah dari DKI Jakarta, orang tahu hal itu. Ahok sekarang
itu namanya disebut menjadi salah satu calon Kepala Otorita Ibu Kota Negara
(IKN) Nusantara. Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baru itu sudah
disetujui oleh Presiden RI Jokowi bernama “Nusantara”
yang letaknya di Kalimantan Timur. Kalau sekarang kan namanya Jakarta, yang
baru namanya Nusantara.
Para pendukung Ahok ini tampaknya rajin mencatat siapa
saja orang-orang yang dianggap telah menjerumuskan Ahok ke penjara. Setiap ada
yang mendapatkan masalah atau meninggal, selalu dikaitkan dengan kutukan Ahok
atau karma Ahok. Saya pernah menulis dengan judul “Kutukan Ahok” yang di dalamnya ada banyak nama orang yang
terjungkal bernasib malang hingga meninggal. Mereka itu dianggap musuh-musuh
Ahok. Sebetulnya, daftar nama itu masih sedikit, ada banyak orang yang bisa
dicatat yang mengalami hal menyedihkan.
Baru-baru ini mencuat lagi nama-nama orang yang terjungkir
dan dianggap terkena kutukan Ahok. Mantan Gubernur Jambi Zumi Zola ditangkap
KPK, mantan Bupati Lampung Selatan Zainudin Hasan dihukum 12 tahun gara-gara
korupsi, mantan Ketua BPK Harry Azhari Azis yang juga kader Partai Golkar meninggal
dunia. Berita paling anyar malah mengagetkan masih muda usia Bupati Panajam
Paser Utara Abdul Gafur Masud bersama bendaharanya Nur Afifah ditangkap KPK
karena jelas korupsi. Mereka berdua adalah kader Partai Demokrat.
Orang-orang menyebutnya sebagai “karma Ahok mengerikan”.
Sekarang santer Ahok dicalonkan memimpin IKN Nusantara.
Sementara itu, Anies Baswedan harus berhenti sebagai gubernur bulan Oktober tahun
ini. Kalau memang Ahok telah dipastikan menjadi pemimpin IKN Nusantara, berarti
dia terdepak dari ibu kota lama, tetapi bersinar terang di ibu kota baru. Sementara
itu, Anies Baswedan belum diketahui mau ngapain setelah berhenti sebagai gubernur.
Untuk nyapres saja masih sulit tampaknya karena harus ngumpulin suara partai
hingga 20%.
Kalau memang Ahok jadi, tetapi Anies justru berhenti,
orang-orang akan bilang lagi bahwa ini adalah kutukan Ahok atau karma Ahok.
Saya sendiri enggan ngomongin karma. Akan tetapi, hal
yang saya yakini adalah “keadaan kita
hari ini adalah akibat perilaku kita pada masa lalu dan perilaku kita pada masa
sekarang ini menentukan keadaan kita pada masa depan”.
Oh iya, ada yang lucu soal nama ibu kota negara baru itu.
Namanya sudah disetujui presiden, yaitu Nusantara, tetapi Fadli Zon tidak
setuju. Dia ingin nama ibu kota baru itu adalah “Jokowi”. Saya tidak tahu apakah dia itu sedang mengejek atau
memang ngefans sama Jokowi. Akan tetapi, saya yakin Jokowi bukan orang seperti
itu yang gila hormat. Kalau Jokowi mau, pakai saja nama istrinya “Iriana”. Sudah betul itu namanya
Nusantara, jangan aneh-aneh.
Hal yang lebih lucu adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
tidak setuju dengan nama Nusantara. Akan tetapi, anehnya mereka tidak
mengusulkan nama untuk mengganti nama Nusantara. Menurut saya, agak lebih baik
Fadli Zon dibandingkan PKS. Fadli memberikan usulan nama baru, PKS mah tidak.
Saya usul saja buat PKS. Kalau tidak suka nama Nusantara
karena bahasa asli pribumi, tetapi nggak punya ide buat nama baru, usulkan saja
namanya supaya ada suara-suara arabnya, yaitu “Al Nusantaraiyah”.
Hayu
ah. Jangan bikin ketawa terus atuh. Berpolitiklah yang cerdas dan membangun,
jangan ngomongin yang ecek remeh, bikin lucu, dan buat orang tertawa.
Sampurasun
No comments:
Post a Comment