Tuesday, 18 January 2022

Ahok Calon Kepala Otorita Ibu Kota Negara Nusantara

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kalau mendengar nama Ahok atau Basuki Tjahaya Purnama, saya suka pengen ketawa sekaligus sedih. Nama Ahok itu selalu tidak terpisah dari DKI Jakarta, orang tahu hal itu. Ahok sekarang itu namanya disebut menjadi salah satu calon Kepala Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baru itu sudah disetujui oleh Presiden RI Jokowi bernama “Nusantara” yang letaknya di Kalimantan Timur. Kalau sekarang kan namanya Jakarta, yang baru namanya Nusantara.

            Para pendukung Ahok ini tampaknya rajin mencatat siapa saja orang-orang yang dianggap telah menjerumuskan Ahok ke penjara. Setiap ada yang mendapatkan masalah atau meninggal, selalu dikaitkan dengan kutukan Ahok atau karma Ahok. Saya pernah menulis dengan judul “Kutukan Ahok” yang di dalamnya ada banyak nama orang yang terjungkal bernasib malang hingga meninggal. Mereka itu dianggap musuh-musuh Ahok. Sebetulnya, daftar nama itu masih sedikit, ada banyak orang yang bisa dicatat yang mengalami hal menyedihkan.

            Baru-baru ini mencuat lagi nama-nama orang yang terjungkir dan dianggap terkena kutukan Ahok. Mantan Gubernur Jambi Zumi Zola ditangkap KPK, mantan Bupati Lampung Selatan Zainudin Hasan dihukum 12 tahun gara-gara korupsi, mantan Ketua BPK Harry Azhari Azis yang juga kader Partai Golkar meninggal dunia. Berita paling anyar malah mengagetkan masih muda usia Bupati Panajam Paser Utara Abdul Gafur Masud bersama bendaharanya Nur Afifah ditangkap KPK karena jelas korupsi. Mereka berdua adalah kader Partai Demokrat.

            Orang-orang menyebutnya sebagai “karma Ahok mengerikan”.

            Sekarang santer Ahok dicalonkan memimpin IKN Nusantara. Sementara itu, Anies Baswedan harus berhenti sebagai gubernur bulan Oktober tahun ini. Kalau memang Ahok telah dipastikan menjadi pemimpin IKN Nusantara, berarti dia terdepak dari ibu kota lama, tetapi bersinar terang di ibu kota baru. Sementara itu, Anies Baswedan belum diketahui mau ngapain setelah berhenti sebagai gubernur. Untuk nyapres saja masih sulit tampaknya karena harus ngumpulin suara partai hingga 20%.

            Kalau memang Ahok jadi, tetapi Anies justru berhenti, orang-orang akan bilang lagi bahwa ini adalah kutukan Ahok atau karma Ahok.

            Saya sendiri enggan ngomongin karma. Akan tetapi, hal yang saya yakini adalah “keadaan kita hari ini adalah akibat perilaku kita pada masa lalu dan perilaku kita pada masa sekarang ini menentukan keadaan kita pada masa depan”.

            Oh iya, ada yang lucu soal nama ibu kota negara baru itu. Namanya sudah disetujui presiden, yaitu Nusantara, tetapi Fadli Zon tidak setuju. Dia ingin nama ibu kota baru itu adalah “Jokowi”. Saya tidak tahu apakah dia itu sedang mengejek atau memang ngefans sama Jokowi. Akan tetapi, saya yakin Jokowi bukan orang seperti itu yang gila hormat. Kalau Jokowi mau, pakai saja nama istrinya “Iriana”. Sudah betul itu namanya Nusantara, jangan aneh-aneh.

            Hal yang lebih lucu adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak setuju dengan nama Nusantara. Akan tetapi, anehnya mereka tidak mengusulkan nama untuk mengganti nama Nusantara. Menurut saya, agak lebih baik Fadli Zon dibandingkan PKS. Fadli memberikan usulan nama baru, PKS mah tidak.

            Saya usul saja buat PKS. Kalau tidak suka nama Nusantara karena bahasa asli pribumi, tetapi nggak punya ide buat nama baru, usulkan saja namanya supaya ada suara-suara arabnya, yaitu “Al Nusantaraiyah”.

Hayu ah. Jangan bikin ketawa terus atuh. Berpolitiklah yang cerdas dan membangun, jangan ngomongin yang ecek remeh, bikin lucu, dan buat orang tertawa.

Sampurasun

No comments:

Post a Comment