Thursday, 13 August 2020

Mempertahankan Nilai Lama dalam Arus Perubahan

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Perubahan adalah suatu keniscayaan karena pada dasarnya dunia selalu berkembang. Hal itu pun mempengaruhi kehidupan masyarakat. Ada yang mengikuti arus perubahan dan hidup sesuai dengan perubahan tersebut, termasuk perubahan nilai-nilai. Ada pula masyarakat yang cenderung mempertahankan nilai-nilai lama dan mempertahankannya sehingga perubahan tidak mengubah keseluruhan nilai yang terdapat di masyarakat.

            Kecenderungan untuk mempertahankan nilai-nilai lama tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya:

            Pertama, adanya unsur-unsur yang berfungsi sangat penting di tengah masyarakat. Misalnya, sistem kekerabatan dan soliditas kesukuan pada suku tertentu. Meskipun perubahan cenderung menawarkan persaingan hidup yang keras dan individualistis, masyarakat tetap mempertahankan nilai-nilai kekerabatan sehingga menghalangi efek negatif dari individualistis.

            Kedua, adanya unsur-unsur yang sudah sangat kuat tertanam sejak kecil. Contohnya, orang Indonesia makan pokoknya adalah nasi. Makanan pokok sesungguhnya dapat berubah menjadi mie, gandum, jagung, roti, dan sebagainya. Akan tetapi, orang Indonesia tetap memilih nasi sebagai makanan pokok dengan sayur dan lauknya yang lebih lezat dibandingkan dengan makanan yang berasal dari negara lain.

            Ketiga, adanya unsur-unsur yang hadir dalam kehidupan beragama. Agama adalah nilai yang sangat kuat dalam diri seseorang yang sudah meyakininya. Dia akan sangat sulit meninggalkan tatacara ibadat, ritual, ajaran, dan tradisi keagamaannya. Apabila tidak melaksanakan hal-hal itu, seseorang akan merasa sangat bersalah. Contohnya, di Indonesia yang mayoritas Islam kerap mengadakan berbagai hajatan syukuran atas kenikmatan yang diperolehnya. Bahkan, untuk mengenang orang yang sudah wafat pun, kerap berkumpul berdoa dan makan bersama. Hal-hal itu mengikat banyak orang untuk melaksanakannya. Jika tidak, orang bisa merasa sangat bersalah atau merasa diri kurang dalam hidupnya.

            Keempat, terdapat unsur ideologi dan falsafah hidup bangsa yang sangat diyakini dan dijaga agar perubahan-perubahan yang terjadi di dunia tidak membuat keyakinan terhadap bangsanya rusak yang pada gilirannya akan mengubah hidup masyarakat dengan nilai-nilai asing yang tidak dikenalnya dengan baik. Misalnya, Indonesia memiliki falsafah hidup Pancasila. Dengan falsafah itulah masyarakat menyaring segala perubahan sehingga nilai-nilai baru harus menyesuaikan dirinya dengan nilai-nilai Pancasila.

            Demikian faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat tetap bertahan pada nilai-nilainya sendiri dalam menghadapi berbagai perubahan di dunia.

            Sampurasun.

 

Sumber Pustaka

Maryati, Kun; Suryawati, Juju, 2013, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII Kurikulum 2013: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial, Penerbit Erlangga: Jakarta

 

Wijayanti, Fitria; Kusumantoro, Sri Muhammad; Irawan, Hanif, Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial

No comments:

Post a Comment