Sunday, 29 May 2022

 

Gus Dur-nya Muhammadiyah, Buya-nya NU

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Saya masih belum bisa konsentrasi menulis yang lain karena masih mengingat almarhum Buya Syafii Maarif. Tiba-tiba saja mengingat pula Gus Dur (alm.) pemimpin Nahdlatul Ulama (NU). Mereka berdua adalah sahabat akrab, malah seperti saudara. Melalui mereka berdua perbedaan Muhammadiyah dan NU bisa diredam, baik perbedaan pandangan dan pilihan politik, maupun perbedaan amaliyah dan ritual-ritual keagamaan. Mereka berdualah yang meminimalisasi konflik-konflik keras yang pada masa lalu kerap terjadi antara Muhammadiyah dan NU.

            Di tingkat bawahnya pun mayoritas mengikuti mereka, mulai dewasa untuk saling menghargai perbedaan. NU dan Muhammadiyah tetap berbeda, tetapi sudah saling memahami dan menghormati.

            Kesamaan Gus Dur dan Buya Syafii Maarif adalah dalam hal kemanusiaan dan kebangsaan. Mereka sama-sama mencintai bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seberat apa pun, sesulit apa pun, sekotor apa pun fitnahan, mereka tetap pada pendiriannya untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. Dalam hal hubungan keakraban, keduanya sering saling mengunjungi. Tak heran jika Syafii Maarif disebut sebagai Gus Dur-nya Muhammadiyah, sedangkan Gus Dur disebut Buya-nya NU. Foto Syafii Maarif dan Gus Dur saya dapatkan dari Kurusetra-Republika.


Buya Syafii Maarif dan Gus Dur (Foto: Kurusetra-Republika)


            Ketika Gus Dur wafat, para pemikir NU banyak yang menyandarkan pendapatnya pada pemikiran Buya Syafii Maarif. Demikian pula anak-anak Gus Dur yang sering menelepon Buya untuk meminta nasihat setelah Gus Dur wafat. Sebaliknya, Buya sering mengontak anak-anak Gus Dur seperti Yenny Wahid untuk berdiskusi tentang masa depan bangsa Indonesia seperti kepada ayahnya dulu. Bahkan, menurut Yenny Wahid, Buya sering merindukan Gus Dur, terutama saat merasa kesepian dalam menegakkan toleransi. Tak heran, pada hari Buya wafat banyak pengurus NU dari tingkat pusat hingga tingkat kelurahan yang menyatakan belasungkawa di akun Medsos masing-masing.

            Mereka berdua sangat konsisten dalam menjaga Indonesia. Hal ini pun membuat organisasi Muhammadiyah dan NU berada dalam jalan yang sama untuk menjaga Indonesia. Saking konsistennya, ada yang bilang bahwa Indonesia seharusnya sudah dari dulu hancur berantakan seperti Suriah jika tak ada Muhammadiyah dan NU. Keduanya telah nyata menjaga keutuhan Indonesia.

            Saya sendiri pun sesungguhnya terpengaruhi oleh kedua organisasi itu. Saya belajar berpikir modern tentang Islam dari teman-teman saya yang berada di Muhammadiyah. Saya juga belajar banyak tentang hal ihwal dzikir dan kesabaran dari saudara-saudara di NU. Dari merekalah saya banyak belajar dan bertahap menjalankan ajaran Islam.

            Kini kedua tokoh pilar kebangsaan yang memimpin dua organisasi besar itu telah tiada. Semoga mereka berdua ada yang menggantikannya dari Muhammadiyah dan NU agar cita-cita dan kerja keras mereka tetap berlanjut dalam menjaga keutuhan bangsa dan Negara Indonesia. Jangan sampai dua organisasi besar ini tergoda untuk jatuh dalam konflik yang diakibatkan hal-hal sepele, kecil. Allah swt telah memberikan banyak anugerah untuk Indonesia dan itu harus dijaga, jangan sampai rusak karena dimasuki gagasan-gagasan lain yang sudah membusuk dan dapat menghancurkan kebersamaan hidup di Indonesia.

            Buya dan Gus Dur adalah orang-orang hebat, memiliki banyak umat, dan pemahaman keagamaan yang tinggi. Mereka adalah dua sahabat yang harus terus dilanjutkan cita-citanya untuk keberkahan, keharmonisan, dan kemakmuran Indonesia.

            Sampurasun.

Saturday, 28 May 2022

Menolak Kemewahan

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Masih sedih rasanya atas wafatnya Buya Syafii Maarif, orang cerdas, pemimpin organisasi besar Islam di Indonesia, Muhammadiyah, serta orang penting di dalam dan di luar negeri. Jika dia mau, mudah sekali baginya untuk menjadi orang yang kaya raya, semudah dia menjentikkan jari. Sudah banyak pihak yang menawarinya kekayaan dan jabatan tinggi, tetapi dia menolaknya. Presiden RI Jokowi pun pernah menawarinya jabatan yang sangat tinggi, tetapi Buya menolaknya. Dia tidak ingin menempati jabatan itu, tetapi tetap membantu memecahkan berbagai permasalahan di Indonesia.

            Dia orang yang sangat pintar.  Gelar master dia peroleh dari Departemen Sejarah Universitas Ohio, Amerika Serikat. Adapun gelar doktornya dia raih dari Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat, Universitas Chicago, AS dengan disertasinya yang berjudul “Islam as the Basis of State: A Study of The Islamic Political Idead as Reflected in the Constituent Assembli Debates in Indonesia”, ‘Islam sebagai Basis Negara: Kajian Ide Politik Islam yang Tercermin dalam Debat Majelis Konstituante di Indonesia’.

            Orang sehebat dia mudah saja menjadi kaya raya, tetapi dia memilih untuk hidup sederhana. Dia ingin menjalankan ajaran Islam secara membumi dengan caranya sendiri. Dia ingin tetap menjadi rakyat biasa. Meskipun berbagai jabatan dan kekayaan mudah didapatnya, dia menghindarinya. Dia senang menyapu sendiri di rumahnya, belanja ke warung menggunakan sepeda dengan kantong kresek menggantung di stang, mengantri di rumah sakit untuk memeriksa kesehatannya, kadang menggunakan celana yang ada tambalannya, makan nasi bungkus di masjid bersama jamaah, menggunakan topi ke mana-mana, mungkin di samping menghindari panas, juga agar tidak mudah dikenali. Kalau pergi ke Istana Negara menemui Jokowi, meskipun disediakan mobil, dia memilih untuk menggunakan kereta api, duduk berdesakan bersama penumpang lain. Kalau diundang untuk berceramah atau menjadi pembicara dalam pertemuan ilmiah, dia selalu memilih penginapan sangat murah yang kasurnya biasa saja dan kamar mandinya menggunakan gayung, padahal disediakan hotel mewah dengan fasilitas luar biasa. Foto Buya Syafii Maarif saya dapatkan dari Suara com.


Kesederhanaan Syafii Maarif (Foto: Suara.com)


            Jika berkaca kepadanya, malu diri ini rasanya. Banyak orang yang jauh lebih bodoh dibandingkan dia dalam hal akademis, jauh lebih rendah pengetahuan agamanya dibandingkan dia, tetapi begitu sibuk ingin jadi orang kaya, banyak uang, selalu ingin dihormati. Dalam kenyataannya, kekayaan itu tidak pernah didapatnya dan kehormatan itu juga tak didapatnya. Sibuk sendiri, kecewa sendiri. Rendah sekali diri ini yang sering ketakutan kehilangan duniawi yang rendah ini.

            Kesederhanaan Buya adalah kemewahan teladan bagi Indonesia, minimal bagi pengagumnya seperti saya ini.

            Saya bersaksi dia adalah orang baik dan banyak manfaatnya bagi negara dan rakyat Indonesia.

            Sampurasun.

Wednesday, 25 May 2022

Mana Link Asli Para Buzzer Itu?

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Sudah dua belas jam lebih sejak saya membuat status pendek berisi permintaan link asli para buzzer untuk saya kritik. Akan tetapi, tak seorang pun yang memberikan link itu hingga tulisan ini ditulis.

            Saya jadi curiga memang kalian sebetulnya tidak punya. Kalian hanya punya link dari orang lain yang mengomentari para buzzer yang biasanya screen shoot yang ditambah-tambahi narasi buruk penuh kebencian dan kebohongan; potongan video yang sudah ditambah dan dikurangi, diedit sesuai hawa nafsu negatif; potongan video yang di-dubbing yang isinya video para buzzer sedang berbicara buruk, padahal tidak, antara bibir dan suara terdapat perbedaan yang jelas. Itu yang saya tahu. Entah yang lainnya.

            Kalian menuduh saya buzzerRp, kafir, murtad, zhalim, tetapi ketika saya meminta link para buzzer yang katanya menistakan agama, menodai agama, mengkriminalisasi ulama, dan hal buruk lainnya, tidak ada. Hal itu menyulitkan saya untuk mengkritik para buzzer itu.

            Bagaimana kalian tahu pendapat saya yang mengkritik para buzzer, link-nya juga tidak ada?

            Kalau hanya screen shoot atau potongan video yang ditambah-tambahi narasi orang lain, itu sangat berbahaya.

            Bagaimana kalau yang kalian miliki itu adalah kedustaan, kebencian, dan fitnah?

            Kalian berarti telah ditipu. Kalian berdosa jika menyebarkan hal itu karena dusta dan fitnah itu jelas dosa. Dosa kalian tidak akan hilang hingga orang yang kalian fitnah memaafkan kalian.

            Dosa kalian bertambah besar jika kalianlah yang justru membuat kebohongan dan fitnah itu. Kalian sudah memproduksi kejahatan, menyebarkan kebohongan, menebarkan kebencian, dan melakukan fitnah yang keji. Astaghfirullah.

            Orang-orang awam terpengaruhi secara buruk oleh kalian hingga melakukan tindakan-tindakan brutal. Bahkan, sampai memelorotkan celana orang lain. Itu bukan jihad di jalan Allah swt, melainkan brutal di jalan umum depan gedung DPR/MPR RI.

            Hal yang lebih mengerikan adalah jika kalian justru mengklaim perilaku jahat itu sebagai perjuangan menegakkan Islam.

            Bagaimana mungkin Allah swt ridho dengan perilaku semacam itu?

            Saya tidak ingin tertipu. Makanya, saya membutuhkan link asli milik para buzzer itu. Jika link-nya asli, kalau bentuknya tulisan, kita bisa lihat pada paragraf mana para buzzer itu melakukan kejahatan dan penistaan. Lalu, hubungkan konteksnya dengan paragraf sebelumnya dan setelahnya. Kalau bentuknya video, bisa kita lihat pada menit ke berapa dan detik ke berapa mereka melakukan kesalahan atau penodaan. Setelah itu, baru kita berikan kritikan.

            Memang saya juga beberapa kali melihat tulisan dan tayangan video mereka dari link asli milik mereka. Akan tetapi, saya bingung, video yang mana yang dipermasalahkan itu. Orang-orang yang disebut-sebut sebagai buzzer itu biasanya Ade Armando, Denny Siregar, Abu Janda. Dari ketiganya, hanya Ade Armando yang pernah saya kritik, itu juga soal perbedaan pendapat, bukan penghinaan. Denny Siregar saya belum bisa mengkritiknya karena saya tidak tahu link yang bermasalah itu yang mana. Abu Janda malah saya hampir tidak pernah memperhatikannya. Sekali-kali saja memperhatikan mereka kalau sedang ada waktu.

            Saya sebetulnya tidak tahu apa yang dimaksud buzzer menurut kalian. Hal yang saya tahu buzzer itu artinya pendengung yang mendengungkan sebuah isu, isu apa saja. Kita semua bisa menjadi buzzer jika mendengungkan isu tertentu. Saya hanya mencoba memahami bahwa para buzzer yang sangat aktif ada sembilan orang. Seorang saja dari mereka sudah memproduksi ratusan video yang diupload di Youtube. Ada yang 150 video, 200, 450, 500, 700, malah lebih. Kalau digabungkan, ada ribuan video yang artinya ada ribuan link.

Hal yang membuat sulit bagi saya untuk mengkritik mereka adalah saya tidak tahu video mana yang kalian permasalahkan sebagai kejahatan itu?

Jangankan punya orang lain, punya saya sendiri pun kerap bingung karena punya 930-an tulisan lebih. Untuk melihat tulisan saya sendiri, harus membuka arsip yang menumpuk dan harus dilihat satu-satu. Saya tidak hapal menulis sesuatu itu pada tahun berapa, bulan berapa, dan tanggal berapa. Saya harus memeriksanya satu-satu dan itu butuh waktu lama. Apalagi punya orang lain seperti milik para buzzer itu yang jumlahnya ribuan. Oleh sebab itu, saya meminta tolong kepada para pembaca sekalian jika ingin saya mengkritik habis para buzzer itu, berikan saya link asli mereka supaya dapat kita perhatikan bersama serta terlepas dari kedustaan dan fitnah. Kita serang mereka dengan kritik yang benar dan mudah-mudahan tanpa dosa.

Dari yang pernah saya perhatikan tentang tulisan atau video orang-orang yang katanya buzzer itu, saya berpendapat biasa saja. Ini kan negara demokrasi, semua orang bebas berpendapat asalkan tidak melanggar hukum. Paling juga mungkin dan hampir pasti, pendukung Anies Baswedan banyak yang gerah oleh mereka. Para buzzer itu memang sering mengkritik kebijakan Anies soal rumah DP 0%, Formula E, pembatas jalan, lubang resapan air, macet, banjir, penggunaan politik identitas, dsb.. Kalau soal Anies mah, ya tinggal dijawab saja kritikan mereka dengan data dan fakta yang dimiliki Anies. Kalau para buzzer itu melakukan fitnah, jebloskan saja ke penjara.

Sekali lagi, coba tolong kasih saya link asli para buzzer yang bermasalah itu agar saya bisa mengkritiknya. Kalau tidak punya, saya hanya ingin menutup tulisan ini dengan firman Allah swt dalam QS Al Isra, 17 : 81.

“Katakanlah, ‘Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.’ Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.”

Sampurasun.

Ceramah Itu yang Bener, Jangan Menghina Orang Lain

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kejadiannya sudah setahun lalu, tetapi orang-orang selalu mengupload videonya dengan narasi kemarahan dan sakit hati. Saya juga mendapatkannya lagi pada 24 Mei 2022. Itu tandanya memang banyak orang yang kecewa. Nama penceramahnya tidak akan saya sebutkan karena dia menghina fisik orang lain yang bisa mengakibatkan saya pun bisa sedikit membuli dia. Dosa itu. Kalau mau tahu, cari saja sendiri, mudah kok. Klik saja di Youtube.

            Mungkin sudah banyak yang tahu karena sudah lama juga, tetapi mungkin juga banyak yang belum tahu. Saya sengaja menulisnya agar para penceramah lain dan siapa pun yang sedang belajar ceramah tidak meniru perilaku dia yang menyakiti orang lain.

            Di dalam ceramahnya, dia mendapatkan pertanyaan dari salah seorang jamaah tentang “fenomena Rina Nose”. Sang penceramah tidak segera menjawab, tetapi melakukan dulu penghinaan kepada Rina Nose.

            “Rina Nose ini siapa? Artis? Yang Pesek? Saya kalau artis-artis yang jelek kurang meminat saya. Apa kelebihan dia? Pesek, buruk, gitu lho.”

            Begitu hinaan dia.

            Pantaskah seorang penceramah berbicara seperti itu di depan para jamaah?

            Apa kesalahan Rina Nose kepadanya?

            Dibuat videonya, diupload di youtube, Viral lagi.

            Wajar kalau menimbulkan banyak kemarahan karena Viral. Kalau tidak mau dikritik, ya jangan diupload videonya. Kalau diupload, wajar dong kalau mendapatkan kritikan dan kemarahan karena semua orang tahu.

            Dia menghina fisik orang. Rina Nose itu seorang anak dari ibu yang melahirkannya.

            Apakah dia tidak berpikir bahwa ibunya akan sakit hati mendengar anak yang dilahirkan dan diurusnya dihina seperti itu?

            Apakah dia tidak berpikir bahwa ayah, keluarganya, dan kerabatnya akan sakit hati dan tersinggung bahwa orang yang dicintai dan dibanggakannya dipermalukan?

            Apakah dia tidak berpikir bahwa orang-orang yang bekerja padanya dan bergantung nafkah padanya marah melihat bosnya dihina?

Apakah dia tidak berpikir bahwa para penggemarnya kecewa, marah, dan sakit hati?

Kalau mengomentari perilaku Rina Nose yang buruk, sikap yang salah, okelah itu wajar untuk dikritik, diingatkan, dan dinasihati. Itu memang tugas penceramah.

Akan tetapi, kalau kelemahan fisik?

Apa urusannya dengan fisik pesek, mancung, pendek, kurus, atau yang lainnya?

Saya sendiri yang bukan ustadz, bukan ulama, tidak pernah berani menghina fisik orang lain. Itu dosa. Rina Nose dan kita semua adalah diciptakan oleh Allah swt sesuai dengan kehendak-Nya. Perilaku menghina fisik orang lain adalah sama dengan menghina Allah swt sebagai penciptanya. Sudah seharusnya penceramah tahu hal itu.

Karena Si Penceramah berbicara seperti itu, lalu dianggap biasa, kemudian jamaahnya tertawa ha ha hi hi. Itu perilaku buruk yang terjadi dalam suatu majelis yang katanya majelis ilmu.

Saya punya banyak murid dari tsanawiyah, aliyah, dan perguruan tinggi, tidak pernah berani mengatakan sesuatu yang jelek tentang fisik mereka karena di samping akan menyakitinya, itu adalah dosa karena menghina Allah swt.

Kalaulah Rina Nose kadang terlihat di televisi seperti dihina orang lain, itu kan acara televisi yang sudah mendapatkan persetujuan dari Rina Nose sendiri. Kalau tidak kenal, lalu tiba-tiba menghina tanpa persetujuan, itu beneran penghinaan namanya.

Kalaulah dianggap sebagai humor, gurauan, lelucon, coba cari lelucon yang tidak menyakiti perasaan orang lain dan tidak bikin dosa. Ulama terkenal seharusnya bisa dan kreatif tentang hal itu. Jangan karena ingin menyenangkan jamaah, ingin diundang lagi, ingin laku, ingin terkenal, tetapi membuat pernyataan yang menghina orang lain. Saya tidak tahu apakah uang hasil ceramahnya itu berkah atau tidak karena didapat dari menghina orang lain. Lalu, uang hasil hinaan itu diberikan kepada keluarganya, bisa berantakan keluarganya kalau begitu. Mungkin juga memang sudah berantakan, tidak tahulah. Mudah-mudahan sih tidak. Enggak tahu juga sih.

Bagaimana bisa memberikan contoh yang baik jika jamaahnya disuguhi penghinaan seperti itu?

Akibatnya, para jamaah akan menganggap perilaku seperti itu adalah benar dan itu berbahaya, sangat buruk.

Rina Nose pun tahu bahwa dirinya dihina.

Dia pun memberikan jawaban yang santun dan anggun meskipun ada sindiran di dalamnya, “Saya memang jelek, pesek, buruk, tidak memiliki kelebihan apa-apa, saya sudah tahu sebelum Anda mengatakannya. Tapi, dengan segala keterbatasan dan kelemahan ilmu, saya tak sampai hati mengatakan hal yang buruk tentang orang lain.”

Dia bisa saja membalas menghina fisik Sang Penceramah dengan membandingkannya dengan Primus Yustisio atau Baim Wong, tetapi tidak dia lakukan karena tidak mau mengatakan hal buruk tentang fisik orang lain. Dia memilih bersikap tenang dan dewasa. Balasan Rina Nose pun menunjukkan bahwa dia sebenarnya marah dan sakit hati karena tanpa seizinnya Sang Penceramah menghina dirinya.

Sekali lagi, bagi para penceramah, tidak perlu menghina orang lain untuk membuat humor hanya untuk menyenangkan jamaah. Kreatiflah dengan mencari humor yang tidak melukai orang lain karena itu adalah dosa.

Kalau mau tahu, cari sendiri ya videonya.

Sampurasun.

Tuesday, 24 May 2022

Empat Karakter Sahabat Nabi Muhammad saw

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Para khalifah yang besar itu ada empat. Mereka dikenal sebagai khulafaur rasyidin yang artinya “pengganti yang mendapat petunjuk”, terdiri atas dua kata, yaitu khulafa dan rasyidin. Bisa juga kita menyebutnya khalifah yang mendapat petunjuk. Khalifah itu artinya bukan pemimpin, melainkan pengganti.

            Pengganti siapa?

            Pengganti Muhammad saw.

            Petunjuk dari siapa?

            Dari Allah swt.

            Mereka semua orang baik, adil, dan sangat bijaksana dalam membina umat. Akan tetapi, saya tidak ingin menulis hal itu. Saya tertarik terhadap karakter mereka yang berbeda-beda. Mereka adalah Abu Bakar as Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

            Abu Bakar adalah orang yang sangat lembut dan selalu meminta koreksi dari orang lain. Dia tidak ingin dirinya salah. Ketika diangkat menjadi khalifah pun, beliau mengatakan bahwa seluruh umat Islam harus taat kepadanya, tetapi dilarang taat jika dirinya salah. Bahkan, beliau sempat ingin mengundurkan diri dari jabatannya karena merasa malu tidak melakukan apa pun selama dua tahun, seluruh umat tertib dan tidak pernah ada masalah.

            Utsman bin Affan lebih lembut lagi dibandingkan Abu Bakar. Dia penyayang kepada umatnya dan selalu memperhatikan berbagai kesulitan yang menimpa umatnya. Beliau bahkan mengeluarkan harta pribadinya untuk kepentingan umat.

            Ali bin Abi Thalib adalah orang yang cerdas, bijaksana, dan tegas. Seluruh kebijakannya didasarkan pada pengetahuannya. Dia juga yang menjadi sumber pengetahuan para khalifah sebelumnya. Jadi, ketika dia berperilaku, sumbernya selalu Al Quran dan As Sunnah. Lembut, tegas, dan kerasnya Ali dasarnya adalah pengetahuan dari Al Quran.

            Umar bin Khattab adalah orang yang sangat keras dan cenderung kasar dalam arti positif. Pernah ketika berdakwah pun beliau mematahkan tulang, kemudian dia kirimkan ke pihak lain. Itu isyarat keras yang bisa ditafsirkan “kamu harus mematuhiku atau aku patahkan tulangmu”. Demikian pula ketika seseorang mengadu kepadanya telah ditempeleng oleh seorang gubernur. Umar memanggil gubernur itu di depan Kabah, kemudian menyuruh orang yang menjadi korban penempelengan untuk menempeleng balik gubernur itu.

            Tentu saja, perilaku Umar bin Khattab tidak perlu dilakukan zaman ini karena kita memiliki hukum dan undang-undang. Semua urusan harus melalui pengadilan untuk kemudian diputuskan hukumannya. Saya hanya ingin menerangkan saja bahwa Umar bin Khattab itu orang yang sangat keras.

            So, tidak perlu heran dan tidak perlu aneh jika ada orang yang berdakwah atau membina umat dengan cara yang berbeda-beda karena karakternya juga berbeda-beda. Bisa lembut, sangat lembut, tegas, ataupun keras. Itu karakter bawaan. Kita dzalim jika memaksa orang untuk harus sesuai dengan karakter yang kita inginkan. Itu pasti akan menimbulkan konflik dan persengketaan, jauh dari rahmat Allah swt. Asal isinya berdasarkan Al Quran, Hadits, serta menebarkan cinta dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia dan alam semesta, semua sah-sah saja.

            Akan tetapi, akan menjadi malapetaka jika sudah memutarbalikan ayat Al Quran, memalsukan hadits, menebar fitnah, menyebarkan kebencian, menggaungkan kebohongan, merendahkan orang lain, menganggap dirinya selalu paling benar dan mulia, atau parahnya menghancurkan hidup orang lain karena kepentingan politik. Hal itu disebabkan di samping menimbulkan dosa, juga merendahkan kemuliaan Islam sendiri.

            Para khalifah yang empat itu meskipun karakter dan cara pembinaan kepada umatnya berbeda-beda, tetapi dasarnya sama, yaitu merujuk pada QS Al Fath, 48 : 29.

            “Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.”

            Saya menggarisbawahi kata-kata “berkasih sayang sesama mereka”. Artinya, para khalifah itu ingin mewujudkan rasa kasih sayang pada umat yang dibinanya. Mau caranya lembut, tegas, ataupun keras, tujuannya tetap menebarkan dan menciptakan suasana yang berkasih sayang. Jangan kaget jika ada orang yang berdakwah dengan karakternya asal tidak berdasarkan kebohongan, niatnya tulus, apa pun karakternya, tujuannya adalah menumbuhkan kehidupan yang berkasih sayang.

            Celakanya, pada zaman ini banyak orang yang memanipulasi ayat ini, yaitu mengafir-kafirkan orang, memurtad-murtadkan orang, menghinakan orang agar orang tertipu sehingga orang yang berbeda dengan dirinya adalah kafir, dzalim, atau murtad. Kemudian, menanamkan keyakinan bahwa kelompoknyalah yang Islam. Dengan demikian, orang-orang yang di luar mereka adalah kafir yang harus disikapi dengan keras sesuai hawa nafsu mereka. Bahkan, disebut halal darahnya untuk dibunuh. Padahal, terhadap orang kafir sendiri pun atau nonmuslim pun asal tidak melakukan permusuhan terhadap kaum muslimin, kita harus tetap baik berperilaku, bahkan lebih baik lagi dalam berhubungan dengan sesama manusia. Ngeri kalau sesama muslim sendiri sudah dikafirkan, lalu dianggap musuh yang harus dikerasi. Nabi Muhammad saw sendiri berbisnis kok dengan nasrani, yahudi, bahkan agama lainnya dengan baik.

            So, para khalifah itu berbeda cara dan karakter, tetapi tujuan dan niatnya selalu baik untuk Allah swt. Kita juga bisa berbeda-beda dan tidak perlu sama dalam membina umat. Kita bisa keras atau sangat keras asal niat dan tujuannya benar dan baik.

            Buat apa lembut dan halus kalau hanya untuk memanipulasi, menipu, dan membodohi orang lain untuk kepentingan duniawi yang remeh temeh?

Setiap orang berbeda-beda, tidak perlu takut untuk berdakwah dengan karakter masing-masing. Kita selalu dilindungi dan dijamin Allah swt sepanjang kita bersama Allah swt dan tidak bersama para penipu agama.

Sampurasun.

Sunday, 22 May 2022

Abdul Somad Berhenti Cengeng, Baguslah

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kalau mengikuti tulisan-tulisan saya yang lalu, pembaca akan tahu bahwa saya selalu mengatakan agar jangan malu-maluin kalau ditolak masuk rumah orang lain, jangan protes atau marah. Perilaku protes atau marah itu adalah bentuk dari kecengengan. Bagi saya, memalukan ketika akan bertamu ke rumah orang lain, lalu ditolak pemilik rumah, kemudian kita protes, marah, bahkan mengadu kepada orang lain. Kalau pemilik rumah tidak menyukai kita, seharusnya tinggalkan saja dengan tenang dan tetap berwibawa.

            Sikap inilah yang tidak saya sukai dari Abdul Somad. Ketika dia diperiksa di pelabuhan Singapura, dia mengupload bahwa dirinya ditempatkan di ruangan berukuran 1 X 2 meter, lalu dipisahkan dari keluarganya. Dia seolah-olah mengadu kepada pendukungnya dan semua orang, seluruh dunia melihatnya, termasuk Singapura. Menurut sumber lain sih ukuran ruangannya tidak sekecil itu, lebih besar dibandingkan yang diupload Abdul Somad yang dikenal dengan nama UAS ini. Itu perilaku cengeng.

            Perilakunya ini menimbulkan pemahaman yang salah di masyarakat yang kemudian menyalahkan Singapura. Padahal, Singapura adalah rumah orang lain, negara orang lain. Suka-suka mereka saja mau menolak siapa saja. Begitu hukum yang berlaku secara internasional. Singapura tidak salah dalam hal ini. Seperti kita juga berhak menolak atau mengusir siapa saja yang tidak kita sukai.

Mereka tidak suka, lalu kita bisa apa?

Dengan pemahaman rakyat yang salah dapat mengakibatkan hubungan yang jelek dengan Singapura, padahal ada puluhan bahkan mungkin ratusan ribu orang Indonesia yang bekerja di sana. Ada uang Singapura yang diinvestasikan sehingga membuka banyak lapangan kerja di Indonesia. Kalau hubungan menjadi buruk, kemungkinan kerja sama  yang positif bisa terganggu, bahkan berantakan. Itu merugikan semuanya.

Kalau ditolak masuk Singapura, tegar dan tunjukkan harga diri yang tinggi saja. Jangan pedulikan lagi mereka jika kita tidak mau mengikuti keinginan mereka. Kabar terakhir UAS menyatakan bahwa dia tidak peduli lagi disebut apa pun dan dituduh apa pun oleh Singapura. Dia akan tetap konsisten berdakwah. Nah, itu sikap yang sangat hebat, tidak cengeng, tetapi punya harga diri. Begitulah seharusnya.

Abdul Somad jangan lagi berharap masuk ke Singapura, apalagi dia telah mengatakan bahwa Singapura adalah negara kafir dan bisa tenggelam jika dikencingi oleh kita semua. Itu perkataan Somad yang pasti membuat sakit hati sekaligus marah Singapura. Mereka pasti tahu itu dan mencatatnya. Akibatnya, Somad mungkin akan ditolak selamanya, saya tidak tahu. Hal yang jelas adalah berani berbuat, harus berani pula bertanggung jawab.

Singapura memang cukup sensitif dalam hal ini. Negara ini bisa menolak atau mengusir orang biasa sekalipun. Pernah pemimpin tim sukses Ahok dulu ditolak masuk ke Singapura juga. Mungkin Singapura tidak ingin negaranya digunakan rapat-rapat politik negara lain. Orang yang tidak terkenal pun sangat mungkin mereka tolak. Itu hak mereka.

Saya juga mungkin orang yang dicatat mereka untuk ditolak masuk Singapura, saya tidak tahu. Mungkin mereka juga memperhatikan saya yang berkali-kali menulis kritikan terhadap Singapura dan dibaca seluruh dunia, statistiknya ada di blog. Saya mengkritik keras Singapura karena negara mereka seolah-olah adalah surga bagi para koruptor Indonesia. Para koruptor banyak yang berlarian kabur ke Singapura dan kelihatannya mereka nyaman di sana. Aparat penegak hukum kita tidak memiliki kekuasaan apa pun di Singapura, sementara itu Singapura pun tampaknya membiarkan mereka di negaranya. Singapura justru seolah-olah menikmati kehadiran para koruptor itu karena mereka jelas pasti mengeluarkan uangnya di sana dan menjadi pendapatan bagi Singapura. Tak tampak ada itikad baik Singapura untuk mempermudah penangkapan koruptor Indonesia oleh penegak hukum Indonesia.

Saya beneran tidak tahu, saya juga mungkin akan ditolak Singapura. Saya belum tahu karena kebetulan saja berkali-kali hendak ke Singapura selalu gagal. Beberapa kali teman-teman saya mengajak rapat di Singapura untuk keperluan bisnis, tetapi nggak pernah jadi. Pada tahun ini pun, 2022, rencananya ke Singapura bersama murid-murid saya, mahasiswa Prodi Hubungan Internasional, Fisip, Universitas Al Ghifari. Para mahasiswa sudah menitipkan uangnya kepada saya dengan cara menabung sejak 2020. Akan tetapi, karena situasi pandemi Covid-19, saya tidak yakin apakah bisa mengajak para mahasiswa untuk berkunjung ke Universitas Nasional Singapura atau tidak. Akibatnya, saya kembalikan uang mereka agar mereka pergunakan untuk hal lain sesuai dengan keperluan mereka. Jadi, saya beneran tidak tahu apakah akan ditolak atau diterima Singapura.

Kalaupun saya bersama rombongan mahasiswa Universitas Al Ghifari ditolak masuk Singapura, paling saya pulang lagi saja. Biarkan saja para mahasiswa dibimbing dosen lain selama di Singapura untuk study visit. Mereka menolak saya, biarkan saja, mungkin mereka tersinggung karena kritikan keras saya terhadap mereka. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Saya tidak akan protes. Paling pada periode berikutnya saya akan mengajak para mahasiswa untuk ke negara lain, misalnya, ke Vietnam mengunjungi Universitas Ho Chi Minh, Thailand, atau Malaysia. Tidak akan ke Singapura.

Buat apa ke Singapura?

Mereka tidak menyukai saya, buat apa memaksa mereka untuk menerima saya?

Malu-maluin saja.

Tegar saja.

Itu juga kalau memang ditolak. Kalau tidak, ya syukurlah.

Begitu juga dengan Abdul Somad, tidak perlu Curhat atau mengadu lagi di Medsos hingga menimbulkan kekecewaan dan kemarahan pendukungnya. Jangan berharap lagi untuk masuk Singapura, toh sudah ditolak. Kalau mau ulang tahun, di Indonesia saja, banyak yayasan yatim piatu dan yayasan orang jompo yang bisa dijadikan tempat untuk ulang tahun, seperti yang UAS ajarkan sendiri.

Sampurasun.

Saturday, 21 May 2022

Memahami Penolakan Singapura terhadap Somad

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Memalukan, malu-maluin, “ngerakeun”, nggak punya etika. Sudah ditolak masuk rumah orang lain, malah protes, marah, kan memalukan. Saya dan kita semua punya aturan sendiri tentang siapa yang boleh masuk rumah dan tidak tidak boleh masuk rumah kita. Orang mau protes, boleh saja, tetapi memalukan. Rumah saya ya gimana saya saja.

            Paling saya bilang, “’Cageur maneh?’ Saya larang masuk rumah, maksa. Memangnya rumah nenek lu?”

            Sudah saya bilang kan Singapura itu rumah punya orang lain, rumah punya orang Singapura. Kalau memang kita orang Islam, seharusnya punya etika yang lebih baik tentang bertamu ke tempat orang lain.

            Ngaji aja terus-terusan, entah apa yang diajinya, adab dan etika saja tidak paham.

            Keluarga saya paham tentang siapa saja yang boleh dan tidak boleh masuk ke properti saya. Saya tidak pernah melarang istri atau anak saya untuk mempersilakan orang-orang baik ke rumah saya, mau itu memancing di empang, mau itu memanjat dan mengambil jambu di kebun, singkong, lengkeng, pisang, main play station, belajar kelompok, atau yang lainnya. Akan tetapi, saya melarang untuk mempersilakan masuk orang-orang yang tidak jelas atau punya rekam yang jelek, misalnya, bicaranya kasar, tidak sopan, apalagi kalau pernah mencuri di rumah orang lain. Saya tidak senang dan tidak tenang jika ada orang-orang yang tidak baik di rumah karena saya harus mengontrol mereka lagi ngapain dan selalu gelisah khawatir terjadi apa-apa.

            Nah, begitu pula dengan Singapura dan negara lain juga sebetulnya. Mereka punya aturan sendiri tentang siapa yang boleh masuk, yang harus ditolak, dan siapa yang harus diusir. Itu properti mereka, rumah mereka, hak mereka. Kita tidak punya hak apa pun.

            Kalau ada yang bilang Somad atau yang dikenal dengan Ustadz Abdul Somad (UAS) adalah orang yang mulia dan terhormat, memang siapa yang menghormati dia?

            Mereka yang menganggap Somad adalah orang mulia dan terhormat adalah para pendukungnya, tetapi tidak bagi Singapura. Dalam pandangan Singapura Somad adalah pengganggu yang membahayakan.

            Dalam kehidupan sehari-hari pun begitu kan?

            Preman pasar, preman terminal, pengedar Narkoba, pemerkosa, penjahat, perampok pun adalah manusia terhormat di kalangan mereka sendiri. Akan tetapi, tidak di kalangan luar mereka. Bagi orang lain, mereka mungkin akan dianggap sampah. Itu kenyataannya.

            Kita tidak bisa memaksa orang lain menghormati seseorang atau sesuatu yang kita hormati.

            Singapura adalah negara yang punya pengalaman buruk soal agama. Negara kecil itu penduduknya beragama mayoritas Budha. Rakyat mereka pernah terkotak-kotak, bergesekan, berselisih soal agama. Mereka terpecah-pecah berdasarkan agamanya dan membahayakan persatuan di negara itu. Bahkan, kondisi itu cenderung menimbulkan konflik dan tawuran di antara penduduk yang berbeda agama. Mereka tidak senang dengan kondisi seperti itu. Oleh sebab itu, mereka mengatasinya dengan cara menghapuskan pelajaran agama di sekolah-sekolah, agama apa pun. Pelajaran agama hanya diperbolehkan diajarkan di tempat-tempat ibadat dan di rumah-rumah.

            Manusia yang berprestasi bagi mereka adalah bukan orang yang taat menjalankan agama, melainkan mampu menghasilkan keuntungan ekonomi yang maksimal. Agama tidak penting, uang sangat penting dan utama bagi mereka. Begitulah mereka dan kita harus menghormati mereka karena kita tidak memiliki hak untuk memaksa mereka agar berubah. Setiap manusia berhak atas keputusannya sendiri.

            Karena pernah punya pengalaman buruk dan rakyatnya hampir tercerai-berai  gara-gara perbedaan agama, mereka menolak siapa pun yang dianggap orang yang berpotensi mengganggu kehidupan mereka. Bukan hanya orang Islam yang mereka tolak, orang Kristen yang menghina Islam pun mereka tolak. Bahkan, para rahib, bhiksu atau pendeta Budha dari Myanmar yang memprovokasi umat agar melakukan pembunuhan kaum muslim Rohingya di Provinsi Rakhine, Myanmar pun ditolak karena meskipun Singapura beragama mayoritas Budha, hal itu akan membahayakan kehidupan rakyat Singapura.

            Begitulah pandangan mereka. Salah atau benar menurut kita, itu pendapat mereka. Negara itu punya pendapat sendiri. Kita punya pendapat sendiri. Setiap negara dan setiap orang harus menghormati perbedaan itu. Kalau tidak, konflik jadinya.

            Sampai sini paham, Bro, Sis, Dru … eh salah … Jang, Nyi, Ndho, Mang, Kang, Mas, Uda, Uni, Ceu, Neng, Mblo?

            Mudah-mudahan paham.

            Begitulah Ustadz Abdu Somad ditolak masuk rumah mereka karena pada dasarnya mereka ingin tenang dan damai sesuai dengan pandangan mereka sendiri. Abdul Somad bagi mereka adalah orang yang bisa menimbulkan segregasi, perpecahan, dan kerusakan bagi rakyat Singapura.

            Bagi pendukungnya, Somad adalah orang terhormat. Akan tetapi, Singapura tidak menghormatinya dan tidak memperbolehkan masuk ke pekarangan rumah mereka.

            Paham, ngertos, ngarti teu?

            Teu ngarti, ngacung.

            Sampurasun.

Thursday, 19 May 2022

Singapura Itu Rumah Milik Orang Lain

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Penolakan Singapura terhadap Abdul Somad yang dikenal dengan panggilan UAS, jadi berita viral, lumayan seru, padahal bukan hal yang penting. Kejadian seperti itu mah biasa di negara mana-mana juga. Ada orang yang diperbolehkan masuk, ada yang ditolak, biasa saja, di seluruh dunia terjadi hal seperti itu.

            Cara memahaminya sederhana saja. Kita punya rumah, lalu ada orang datang ke rumah kita, terserah kita mau menerima, mempersilakan masuk, membiarkannya di luar, atau mengusirnya. Itu hak kita. Alasan kita bisa bermacam-macam, terserah kita saja. Alasannya mau kita kasih tahu atau tidak, itu terserah kita. Hal itu disebabkan kita yang punya rumah, kita yang berkuasa.

            Kalau dia ngotot masuk rumah kita meskipun sudah diusir, kita boleh melakukan hal yang lebih tegas kepadanya karena kita mulai menganggapnya bahaya. Kita juga bisa meneriakinya sebagai maling supaya tetangga berdatangan mengusir atau memukuli orang itu. Bahkan, kita bisa lapor polisi supaya orang itu ditangkap. Kita berhak merasa tidak aman dengan orang itu.

            Mudah kan memahaminya?

            Mudah atuh masa enggak.

            Singapura adalah rumah bagi warga Singapura. Terserah mereka mau menerima atau menolak siapa saja. Itu rumah dan negara mereka. Indonesia juga begitu, milik rakyat Indonesia. Terserah kita mau menerima siapa, menolak siapa, atau mengusir siapa.

            Kalau kita ditolak di rumah orang, jangan maksa, malu-maluin saja. Pergilah dengan percaya diri sebagai manusia yang waras, berwibawa, dan punya harga diri. Kalau maksa-maksa terus, berarti sudah tidak waras, tidak punya wibawa, dan tidak punya harga diri.

Kalau ditolak cinta, tenanglah, masih banyak cinta yang bisa kita datangi. Kalau ngotot pengen Si Doi terus, berusalah untuk melakukan hal-hal yang disukai dia dan menyenangkan dia. Kalau pengen ke Singapura, berusalah berperilaku seperti yang disukai Singapura.

Paham, Bro, Sis, Drun?

Sampurasun.

Sunday, 15 May 2022

Jokowi Tidak Disambut Biden? Nih, Saya Ajarin Kamu Gratis, Drun!

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Ketika Presiden Republik Indonesia Joko Widodo datang ke Amerika Serikat dalam rangka Asean-US Special Summit atau dalam bahasa Indonesia-nya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Khusus Asean-AS pada Selasa, 10 Mei 2022, tidak disambut Presiden Amerika Serikat Joe Biden di bandara, Washington DC. Kejadian ini tentu saja menjadi bahan bulian kaum nyinyirun tanpa ilmu. Mereka bilang bahwa kejadian ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak dihargai dan Indonesia salah jalan dalam menjalankan negara.

            Saya kasih tahu kamu, Drun. Indonesia itu memiliki posisi yang sangat tinggi karena menempati jabatan sebagai koordinator kemitraan Asean-AS. Anggota Asean itu ada sepuluh negara. Sudah pasti Indonesia harus dihargai karena posisinya sangat tinggi.

            Kemudian, kalau Indonesia disebut salah jalan karena tidak disambut Presiden AS, sejak kapan keberhasilan atau kemunduran Indonesia ditentukan oleh sambutan Presiden AS di bandara?

            Bodoh sekali jika keberhasilan suatu negara ditentukan oleh sambutan di bandara.

            Berhasil-tidaknya Negara Indonesia itu ukurannya bukan sambutan negara lain, melainkan sejauh mana Indonesia dapat mencapai tujuan nasionalnya yang ada pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Itu ukurannya.

            Ngerti kamu, Drun?

            Kaum nyinyirun itu pikirannya mirip atau bahkan sama kayak Rocky Gerung atau Rizal Ramli yang dasarnya banyak pada lamunan, kira-kira, tanpa cek kelengkapan data dan fakta, tetapi tiba-tiba memberikan kesimpulan yang salah dan menyesatkan. Begini contohnya, kalau tidak salah, koreksi saya kalau salah, Rocky Gerung pernah bilang bahwa rakyat Indonesia tidak bisa berhaji dan umroh ke Mekah gara-gara Rizieq Shihab ditangkap polisi.

            Pernah dengar kan?

            Apa hubungannya antara penangkapan Rizieq dengan penundaan haji atau umroh?

            Penundaan itu diberlakukan Arab Saudi kepada semua negara, bukan hanya Indonesia, gara-gara pandemi Covid-19. Ketika situasi mulai terkendali, Arab Saudi membuka kembali perjalanan ibadat ke Mekah. Sekarang, secara bertahap orang-orang sudah bisa ke Mekah lagi, umroh. Padahal, Rizieq sudah sah menurut hakim masuk penjara dan memang sedang di penjara. Itu bukti bahwa tak ada hubungan antara penundaan ibadat ke Mekah dengan penangkapan Rizieq seperti yang dikatakan kaum nyinyirun bego itu.

            Orang-orang itu memang bego, pokoknya benci Jokowi. Siapa pun yang melawan Jokowi akan mereka dukung. Dulu dukung Prabowo, tetapi karena Prabowo gabung Jokowi, sekarang dukung Anies. Nanti, kalau Anies Baswedan gabung Jokowi, terus ada sandal bakiak melawan Jokowi, mereka pasti mendukung sandal bakiak.

            Anehnya, meskipun bego, tetap saja banyak orang yang percaya. Yah, seperti yang saya bilang, kalau ada bakiak melawan Jokowi, bakiak itu akan dianggap cerdas. Bakiak aja dianggap cerdas apalagi orang, meskipun bego, akan disebut cerdas.

            Balik ke soal sambutan Biden terhadap Jokowi. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menjelaskan bahwa setiap negara memiliki protokoler dalam menyambut tamu dari luar negeri. Di samping itu, pertemuan itu adalah bukan pertemuan bilateral, melainkan semi multilateral.

            Saya kasih tahu kamu, Drun. Pertemuan bilateral itu adalah pertemuan antara dua negara, misalnya, Indonesia-Turki, Jokowi-Erdogan, foto Jokowi Erdogan saya dapatkan dari Merdeka; Jokowi-Putin, foto mereka saya dapatkan dari Tribun Medan; Jokowi-Barack Obama, foto mereka saya dapatkan dari Okezone News.


Jokowi-Erdogan (Foto: Merdeka)


Jokowi-Putin (Foto: Tribun Medan)


Jokowi-Barack Obama (Foto: Okezone News)

            Dalam pertemuan bilateral, terdapat kemungkinan presiden suatu negara akan menyambut langsung presiden negara lain yang berkunjung ke negaranya karena itu memang pertemuan dua negara secara khusus untuk membicarakan kepentingan yang khusus pula. Bahkan, bisa disambut langsung pula di bandara bergantung situasi, misalnya kesehatan. Presiden AS Joe Biden itu sudah berusia di atas tujuh puluh tahun, jadi normal jika tidak ada sambutan di bandara karena alasan kesehatan. Di samping itu, tidak semua urusan bilateral harus selalu diurus kepala negara, bergantung keperluan dan kedekatan mereka. Misalnya, hubungan dengan PM Suriname, hanya diurus oleh Wapres RI; hubungan dengan Presiden Timor Leste, cukup oleh Gubernur NTT Viktor Laiskodat.

            Contoh sambutan langsung yang terjadi baru-baru ini, 15 Mei 2022, adalah ketika Jokowi sepulang dari AS dan transit di Abu Dhabi, disambut oleh Mohammed bin Zayed (MBZ) yang sekarang menggantikan ayahnya, Sheikh Khalifa, menjadi presiden UEA. Itu hubungan bilateral yang terjadi karena kedekatan dan perasaan kekeluargaan yang tinggi. Jokowi menyampaikan rasa duka cita atas wafatnya Sheikh Khalifa. Di samping itu, Jokowi sudah dianggap saudara oleh MBZ. Selain itu, memang MBZ punya peranan yang sangat penting dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan. Foto pertemuan Jokowi-MBZ saya dapatkan dari SINDONews.


Jokowi_MBZ (Foto: SINDONews)


            Hal ini sebagaimana yang diakui oleh Luhut Binsar Pandjaitan ketika diajak bicara oleh MBZ, “Jenderal Luhut, tanya apa yang diinginkan Jokowi, presidenmu. Aku akan berikan apa yang dia mau. Dia saudaraku.”

            Nah, Drun, selain pertemuan bilateral, ada juga yang disebut pertemuan multilateral, yaitu pertemuan atau hubungan dengan banyak negara, tidak hanya dua negara. Kalau banyak negara, yang datang ke sebuah negara, kemungkinannya kecil akan disambut kepala negara karena sangat banyak. Apalagi jika kepala negaranya sudah sangat sepuh seperti Joe Biden, nggak akan di bandara, melainkan di tempat lain, misalnya di Gedung Putih, White House.

            Teuku Faizasyah menjelaskan bahwa semua kepala negara angota Asean yang hadir dalam KTT Khusus Asean-AS itu diperlakukan sama karena sifatnya multilateral atau semi multilateral. Itu bagian dari protokoler yang tidak begitu penting. Hal yang penting itu adalah isi atau substansi dari yang dibicarakan dan hasil yang dapat dibawa untuk kepentingan negara masing-masing. Semi multilateral itu karena pertemuan antara AS dan Asean adalah pertemuan dua entitas yang dalam satu entitas Asean terdapat sepuluh negara.

            Mudah-mudahan kalian mengerti, Drun.

            Kalau ada yang bilang PM Singapura disambut Presiden AS Joe Biden di bandara, itu medianya abal-abal dan beritanya hoaks. Saya cari-cari di media mainstream, tidak ada. Saya cari foto dan videonya, juga tidak ada. Malah dalam akun @yusuf_dumdum disebutkan bahwa berita itu adalah hoaks. Ya sudah, memang saya juga tidak menemukan buktinya. Itu hoaks yang hanya menyalurkan hasrat kebencian saja.

            Rocky Gerung bilang karena Jokowi tidak disambut pejabat AS di bandara, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi harus dipecat. Ah, Rocky Gerung itu cuma manusia bego yang sok tahu, dia itu kan bukan ahli hubungan internasional. Mana ngerti dia soal itu. Anehnya, banyak orang yang percaya orang bego kayak begitu. Kalau percaya sama manusia bego, ya bakalan jadi bego juga.

            Kalau mau belajar tentang hubungan internasional, harus ke ahllinya, misalnya, Menlu Retno Marsudi, Marty Natalegawa, Conie Rahakundini Bakrie, Hikmahanto Juwana, Dina Sulaeman, Jemadu Jemat, Farhan, atau bisa juga ke saya. Saya kan Ketua Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Al Ghifari.

            Meskipun tidak disambut di bandara, Presiden AS Joe Biden tetap menyambutnya di Gedung Putih. Biden tahu bahwa Jokowi keras kepala, punya posisi penting di Asean, dan tidak bisa diatur AS karena punya politik luar negeri bebas dan aktif, bebas dari tekanan negara mana pun dan aktif mewujudkan perdamaian dunia. Jokowi tidak akan bisa ditundukkan agar sumber daya alam Indonesia dikuasai AS serta tidak bisa ditekan untuk ikut memberikan sanksi agar melemahkan Rusia. Indonesia itu harus berteman dengan siapa saja, berdamai dengan siapa saja, kecuali dengan teroris, pengedar Narkoba, dan perusak keharmonisan hidup di dunia.


Jokowi-Joe Biden (Foto: About Malang)


            Foto Jokowi dengan Biden saya dapatkan dari About Malang.

            Banyak belajar, Drun!

            Kalau banyak belajar, kalian tidak akan jadi orang yang mudah ditipu dan berupaya juga tidak menjadi penipu.

            Paham, Drun?

            Hayu ah.

            Sampurasun.