Sunday, 15 May 2022

Jokowi Tidak Disambut Biden? Nih, Saya Ajarin Kamu Gratis, Drun!

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Ketika Presiden Republik Indonesia Joko Widodo datang ke Amerika Serikat dalam rangka Asean-US Special Summit atau dalam bahasa Indonesia-nya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Khusus Asean-AS pada Selasa, 10 Mei 2022, tidak disambut Presiden Amerika Serikat Joe Biden di bandara, Washington DC. Kejadian ini tentu saja menjadi bahan bulian kaum nyinyirun tanpa ilmu. Mereka bilang bahwa kejadian ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak dihargai dan Indonesia salah jalan dalam menjalankan negara.

            Saya kasih tahu kamu, Drun. Indonesia itu memiliki posisi yang sangat tinggi karena menempati jabatan sebagai koordinator kemitraan Asean-AS. Anggota Asean itu ada sepuluh negara. Sudah pasti Indonesia harus dihargai karena posisinya sangat tinggi.

            Kemudian, kalau Indonesia disebut salah jalan karena tidak disambut Presiden AS, sejak kapan keberhasilan atau kemunduran Indonesia ditentukan oleh sambutan Presiden AS di bandara?

            Bodoh sekali jika keberhasilan suatu negara ditentukan oleh sambutan di bandara.

            Berhasil-tidaknya Negara Indonesia itu ukurannya bukan sambutan negara lain, melainkan sejauh mana Indonesia dapat mencapai tujuan nasionalnya yang ada pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Itu ukurannya.

            Ngerti kamu, Drun?

            Kaum nyinyirun itu pikirannya mirip atau bahkan sama kayak Rocky Gerung atau Rizal Ramli yang dasarnya banyak pada lamunan, kira-kira, tanpa cek kelengkapan data dan fakta, tetapi tiba-tiba memberikan kesimpulan yang salah dan menyesatkan. Begini contohnya, kalau tidak salah, koreksi saya kalau salah, Rocky Gerung pernah bilang bahwa rakyat Indonesia tidak bisa berhaji dan umroh ke Mekah gara-gara Rizieq Shihab ditangkap polisi.

            Pernah dengar kan?

            Apa hubungannya antara penangkapan Rizieq dengan penundaan haji atau umroh?

            Penundaan itu diberlakukan Arab Saudi kepada semua negara, bukan hanya Indonesia, gara-gara pandemi Covid-19. Ketika situasi mulai terkendali, Arab Saudi membuka kembali perjalanan ibadat ke Mekah. Sekarang, secara bertahap orang-orang sudah bisa ke Mekah lagi, umroh. Padahal, Rizieq sudah sah menurut hakim masuk penjara dan memang sedang di penjara. Itu bukti bahwa tak ada hubungan antara penundaan ibadat ke Mekah dengan penangkapan Rizieq seperti yang dikatakan kaum nyinyirun bego itu.

            Orang-orang itu memang bego, pokoknya benci Jokowi. Siapa pun yang melawan Jokowi akan mereka dukung. Dulu dukung Prabowo, tetapi karena Prabowo gabung Jokowi, sekarang dukung Anies. Nanti, kalau Anies Baswedan gabung Jokowi, terus ada sandal bakiak melawan Jokowi, mereka pasti mendukung sandal bakiak.

            Anehnya, meskipun bego, tetap saja banyak orang yang percaya. Yah, seperti yang saya bilang, kalau ada bakiak melawan Jokowi, bakiak itu akan dianggap cerdas. Bakiak aja dianggap cerdas apalagi orang, meskipun bego, akan disebut cerdas.

            Balik ke soal sambutan Biden terhadap Jokowi. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menjelaskan bahwa setiap negara memiliki protokoler dalam menyambut tamu dari luar negeri. Di samping itu, pertemuan itu adalah bukan pertemuan bilateral, melainkan semi multilateral.

            Saya kasih tahu kamu, Drun. Pertemuan bilateral itu adalah pertemuan antara dua negara, misalnya, Indonesia-Turki, Jokowi-Erdogan, foto Jokowi Erdogan saya dapatkan dari Merdeka; Jokowi-Putin, foto mereka saya dapatkan dari Tribun Medan; Jokowi-Barack Obama, foto mereka saya dapatkan dari Okezone News.


Jokowi-Erdogan (Foto: Merdeka)


Jokowi-Putin (Foto: Tribun Medan)


Jokowi-Barack Obama (Foto: Okezone News)

            Dalam pertemuan bilateral, terdapat kemungkinan presiden suatu negara akan menyambut langsung presiden negara lain yang berkunjung ke negaranya karena itu memang pertemuan dua negara secara khusus untuk membicarakan kepentingan yang khusus pula. Bahkan, bisa disambut langsung pula di bandara bergantung situasi, misalnya kesehatan. Presiden AS Joe Biden itu sudah berusia di atas tujuh puluh tahun, jadi normal jika tidak ada sambutan di bandara karena alasan kesehatan. Di samping itu, tidak semua urusan bilateral harus selalu diurus kepala negara, bergantung keperluan dan kedekatan mereka. Misalnya, hubungan dengan PM Suriname, hanya diurus oleh Wapres RI; hubungan dengan Presiden Timor Leste, cukup oleh Gubernur NTT Viktor Laiskodat.

            Contoh sambutan langsung yang terjadi baru-baru ini, 15 Mei 2022, adalah ketika Jokowi sepulang dari AS dan transit di Abu Dhabi, disambut oleh Mohammed bin Zayed (MBZ) yang sekarang menggantikan ayahnya, Sheikh Khalifa, menjadi presiden UEA. Itu hubungan bilateral yang terjadi karena kedekatan dan perasaan kekeluargaan yang tinggi. Jokowi menyampaikan rasa duka cita atas wafatnya Sheikh Khalifa. Di samping itu, Jokowi sudah dianggap saudara oleh MBZ. Selain itu, memang MBZ punya peranan yang sangat penting dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan. Foto pertemuan Jokowi-MBZ saya dapatkan dari SINDONews.


Jokowi_MBZ (Foto: SINDONews)


            Hal ini sebagaimana yang diakui oleh Luhut Binsar Pandjaitan ketika diajak bicara oleh MBZ, “Jenderal Luhut, tanya apa yang diinginkan Jokowi, presidenmu. Aku akan berikan apa yang dia mau. Dia saudaraku.”

            Nah, Drun, selain pertemuan bilateral, ada juga yang disebut pertemuan multilateral, yaitu pertemuan atau hubungan dengan banyak negara, tidak hanya dua negara. Kalau banyak negara, yang datang ke sebuah negara, kemungkinannya kecil akan disambut kepala negara karena sangat banyak. Apalagi jika kepala negaranya sudah sangat sepuh seperti Joe Biden, nggak akan di bandara, melainkan di tempat lain, misalnya di Gedung Putih, White House.

            Teuku Faizasyah menjelaskan bahwa semua kepala negara angota Asean yang hadir dalam KTT Khusus Asean-AS itu diperlakukan sama karena sifatnya multilateral atau semi multilateral. Itu bagian dari protokoler yang tidak begitu penting. Hal yang penting itu adalah isi atau substansi dari yang dibicarakan dan hasil yang dapat dibawa untuk kepentingan negara masing-masing. Semi multilateral itu karena pertemuan antara AS dan Asean adalah pertemuan dua entitas yang dalam satu entitas Asean terdapat sepuluh negara.

            Mudah-mudahan kalian mengerti, Drun.

            Kalau ada yang bilang PM Singapura disambut Presiden AS Joe Biden di bandara, itu medianya abal-abal dan beritanya hoaks. Saya cari-cari di media mainstream, tidak ada. Saya cari foto dan videonya, juga tidak ada. Malah dalam akun @yusuf_dumdum disebutkan bahwa berita itu adalah hoaks. Ya sudah, memang saya juga tidak menemukan buktinya. Itu hoaks yang hanya menyalurkan hasrat kebencian saja.

            Rocky Gerung bilang karena Jokowi tidak disambut pejabat AS di bandara, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi harus dipecat. Ah, Rocky Gerung itu cuma manusia bego yang sok tahu, dia itu kan bukan ahli hubungan internasional. Mana ngerti dia soal itu. Anehnya, banyak orang yang percaya orang bego kayak begitu. Kalau percaya sama manusia bego, ya bakalan jadi bego juga.

            Kalau mau belajar tentang hubungan internasional, harus ke ahllinya, misalnya, Menlu Retno Marsudi, Marty Natalegawa, Conie Rahakundini Bakrie, Hikmahanto Juwana, Dina Sulaeman, Jemadu Jemat, Farhan, atau bisa juga ke saya. Saya kan Ketua Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Al Ghifari.

            Meskipun tidak disambut di bandara, Presiden AS Joe Biden tetap menyambutnya di Gedung Putih. Biden tahu bahwa Jokowi keras kepala, punya posisi penting di Asean, dan tidak bisa diatur AS karena punya politik luar negeri bebas dan aktif, bebas dari tekanan negara mana pun dan aktif mewujudkan perdamaian dunia. Jokowi tidak akan bisa ditundukkan agar sumber daya alam Indonesia dikuasai AS serta tidak bisa ditekan untuk ikut memberikan sanksi agar melemahkan Rusia. Indonesia itu harus berteman dengan siapa saja, berdamai dengan siapa saja, kecuali dengan teroris, pengedar Narkoba, dan perusak keharmonisan hidup di dunia.


Jokowi-Joe Biden (Foto: About Malang)


            Foto Jokowi dengan Biden saya dapatkan dari About Malang.

            Banyak belajar, Drun!

            Kalau banyak belajar, kalian tidak akan jadi orang yang mudah ditipu dan berupaya juga tidak menjadi penipu.

            Paham, Drun?

            Hayu ah.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment