Sunday 8 May 2022

Kalau Indonesia yang Harus Mendamaikan Perang, Bubarkan Saja PBB

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Manusia bisa bilang, ini kebetulan. Akan tetapi, dalam pandangan spiritual Islam, ini sudah menjadi takdir Allah swt bahwa Indonesia menjadi Presidensi G20 yang diikuti 19 negara maju dan akan maju ditambah 1 Unieropa di tengah-tengah kecamuk perang Rusia Vs Ukraina yang dibantu oleh Nato.

            Hal aneh yang terjadi adalah tiba-tiba Indonesia ditekan pihak Barat untuk menendang Rusia dari keanggotaan G20 dan pertemuan-pertemuan G20. Jika tidak, pihak Barat mengancam akan memboikot G20. Tentu saja, pihak Barat ini dikendalikan oleh Amerika Serikat (AS), padahal negara-negara Barat lain tampaknya setengah hati mengikuti keinginan AS dalam melawan Rusia. Hal ini tampak sekali dari negara-negara barat yang kikuk karena mereka masih bergantung pada Rusia, misalnya, soal kebutuhan gas dan minyak.

            Hal ini diperparah dengan semua mata dunia menuju pada panggung Jokowi, Indonesia, dan G20. Pihak Barat mendesak Indonesia bahwa G20 dijadikan ajang untuk menyelesaikan masalah perang Rusia Vs Ukraina, terutama untuk menghukum Rusia. Banyak ancaman Barat yang ditujukan pada Indonesia yang akan menyelenggarakan G20 di Bali. Ini aneh karena sesungguhnya G20 adalah organisasi dan pertemuan tingkat tinggi dunia yang sudah dibatasi Jokowi hanya untuk menyelesaikan masalah ekonomi dunia pascapandemi Covid-19. Temanya “Recovery Together, Stronger Together” artinya “pulih bersama dan lebih kuat bersama”. Pertemuan ini tidak untuk membicarakan masalah politik, militer, apalagi perang. Akan tetapi, keangkuhan Barat menekan Indonesia agar memasukan pula soal Rusia dan Ukraina ke pembicaraan di G20.

            Karena Indonesia adalah negara dengan politik luar negeri bebas dan aktif, bebas dari tekanan negara mana pun dan aktif mewujudkan perdamaian dunia, Jokowi tetap mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin sekaligus Presiden Ukraina Volodimyr Zelensky untuk hadir di G20 di Bali. Indonesia tidak mengikuti kehendak AS dan Barat, tetapi tetap berupaya memberikan jalan keluar agar terjadi pertemuan positif antara Rusia dan Ukraina di Bali.

Meskipun demikian, hal ini masih membingungkan karena mau apa Ukraina di G20?

Mau ngomong apa dia?

Ukraina itu bukan anggota G20 yang pasti tidak memiliki hak bicara dalam berbagai sidang di Bali, kecuali diputuskan anggota G20 lain untuk bisa memiliki hak bicara dengan mengubah atau menyepakati terlebih dahulu tatatertib yang ada. Dengan demikian, Ukraina bisa memiliki hak bicara.

Kalau Jokowi, Indonesia, memfasilitasi upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina di G20, itu artinya agenda G20 meluas, bukan hanya bicara soal ekonomi, melainkan pula perdamaian. Dengan demikian, Bali, Indonesia menjadi tempat pertemuan untuk menyelesaikan perang dan mewujudkan perdamaian.

Hal itu bagus. Akan tetapi, sesungguhnya, tempat untuk membicarakan perang dan perdamaian adalah bukan di perhelatan G20, Bali, Indonesia, melainkan dalam sidang-sidang Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Hal itu disebabkan memang tempat untuk menyelesaikan perkara seperti itu adalah di PBB, bukan di G20, bukan di Indonesia, bukan di Bali, dan bukan pula oleh Jokowi.

Melihat kenyataan seperti itu, publik dunia wajar bertanya, selama ini PBB melakukan apa untuk menyelesaikan masalah konflik di Ukraina?

Kalau PBB tidak memiliki kemampuan menyelesaikan masalah itu, mengaku sajalah dengan terus terang bahwa PBB adalah organisasi yang lemah dalam mengorganisasikan dunia. Oleh sebab itu, PBB layak untuk dibubarkan.

Saya jadi teringat pidato “Pemimpin Besar Revolusi Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno” di hadapan dunia yang menyatakan bahwa Indonesia keluar dari PBB. Soekarno menyerukan perlunya kesadaran dan kebersamaan untuk melakukan upaya “to build a world anew”, ‘membangun tatanan dunia baru’ yang lebih masuk akal dan menjamin perdamaian kehidupan dunia.

Kalau memang G20 Indonesia yang harus mendamaikan perang, bubarkan saja PBB. Organisasi itu sudah kelihatan sangat lemah dan tunduk pada kepentingan barat.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment