Thursday 12 May 2022

Mestinya PKS “Pede” Aja Pake Kader Sendiri Jangan Pake Gus Baha

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Dunia maya lumayan diributin lagi oleh pentolan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera yang memposting Gus Baha dengan memasangkan logo PKS. Perilaku PKS ini membuat marah banyak warga Nahdlatul Ulama (NU) karena K.H. Ahmad Bahauddin yang dikenal dengan nama Gus Baha ini bukanlah kader PKS dan guru yang sangat dihormati di lingkungan NU.

            Penampilan Gus Baha itu katanya mirip-mirip Jokowi yang terkesan udik, kampungan, kayak tukang tahu, tukang tempe, atau tukang peuyeum. Terkadang, penampilan itu menjadi bahan bulian kaum intoleran yang sok pintar dan sok suci. Akan tetapi, bulian atas penampilan itu tidak berarti apa-apa dibandingkan ilmu, prestasi, rasa hormat, dan pengagungan umat kepada mereka. “Don’t judge a book by the cover”, jangan nilai buku dari sampulnya, tetapi baca isinya hingga habis. Jangan nilai orang dari penampilannya, tetapi perhatikan kualitasnya. Begitu juga kepada Gus Baha atau Jokowi meskipun kerap dianggap kampungan, mereka adalah orang-orang yang dikenal dunia. Adapun para penghinanya, bukanlah siapa-siapa dan tidak bernilai apa-apa, malah mengurus dirinya sendiri belum bisa.


Sumber Foto: Ayo Indonesia


            Memang ada juga warga NU yang tidak terlalu marah, lebih sabar, malah mengingatkan bahwa foto Gus Baha yang ditempeli logo PKS itu bagus. Hal itu menunjukkan bahwa Gus Baha bisa diterima di golongan mana saja.

            Bagi warga NU yang marah, saya bisa mengerti bahwa mereka bukanlah pemilih PKS. Jadi, penempelan logo PKS pada foto guru mereka dianggap sebagai pengklaiman, sebagai pencatutan untuk kepentingan politik PKS demi menambah elektabilitas menggaet suara dari warga NU. Ini terasa sebagai upaya politik dan bukan penghormatan kepada NU.

Hal itu disebabkan masih menimbulkan pertanyaan apakah PKS mau mengamalkan amaliyah NU seperti yang diajarkan Gus Baha kepada santri-santrinya kalau memang tulus menghormati Gus Baha?

Bisa jadi Gus Baha hanya dijadikan ikon untuk menggaet suara politik dari kalangan NU.

Apakah PKS meminta izin kepada Gus Baha untuk menempelkan logo PKS di foto Gus Baha?

Kalau tidak, itu berarti perbuatan yang tidak punya etika dan sangat tidak sopan, baik kepada Gus Baha sendiri maupun kepada warga NU.

PKS tampaknya sadar bahwa kekuatannya sangat kecil. Kemarin saja ketika Pilpres RI 2019 meskipun digabung dengan Gerindra, FPI, dan HTI untuk mengusung Prabowo menjadi presiden, tidak mampu mengalahkan Jokowi. Apalagi sekarang setelah Prabowo gabung Jokowi serta FPI dan HTI bubar, PKS sendirian dan kekuatannya tambah lemah. Jadi, wajar orang mengira bahwa pemasangan foto Gus Baha adalah untuk menggaet suara dari kaum NU.

Saran saya buat PKS, untuk menaikkan suara dan menguatkan elektabilitas, hendaknya gunakan kader sendiri yang katanya hebat-hebat itu. Pakai ulama sendiri, Pede saja. Kalau ternyata masih tidak disukai banyak rakyat Indonesia, belajarlah untuk menjadi orang-orang yang disukai dengan ilmu yang jelas memberikan pencerahan dan arah bagi masyarakat, bukan nyinyiran ataupun ujaran-ujaran kebencian yang bukan berasal dari jati diri bangsa Indonesia.

Meskipun demikian, kita harus menghormati juga PKS dengan sikap Mardani Ali Sera yang telah meminta maaf atas perilakunya, asal jangan diulangi lagi saja. Foto Gus Baha yang ditempeli logo PKS saya dapatkan dari Ayo Indonesia.

Hormati Gus Baha, jangan main catut seenaknya. Percayalah PKS pada diri PKS sendiri.

Begitu ya, PKS.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment