oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kejadiannya sudah setahun
lalu, tetapi orang-orang selalu mengupload videonya dengan narasi kemarahan dan
sakit hati. Saya juga mendapatkannya lagi pada 24 Mei 2022. Itu tandanya memang
banyak orang yang kecewa. Nama penceramahnya tidak akan saya sebutkan karena
dia menghina fisik orang lain yang bisa mengakibatkan saya pun bisa sedikit
membuli dia. Dosa itu. Kalau mau tahu, cari saja sendiri, mudah kok. Klik saja
di Youtube.
Mungkin sudah banyak yang tahu karena sudah lama juga,
tetapi mungkin juga banyak yang belum tahu. Saya sengaja menulisnya agar para
penceramah lain dan siapa pun yang sedang belajar ceramah tidak meniru perilaku
dia yang menyakiti orang lain.
Di dalam ceramahnya, dia mendapatkan pertanyaan dari salah
seorang jamaah tentang “fenomena Rina
Nose”. Sang penceramah tidak segera menjawab, tetapi melakukan dulu
penghinaan kepada Rina Nose.
“Rina Nose ini siapa? Artis? Yang Pesek? Saya kalau artis-artis
yang jelek kurang meminat saya. Apa kelebihan dia? Pesek, buruk, gitu lho.”
Begitu hinaan dia.
Pantaskah seorang penceramah berbicara seperti itu di
depan para jamaah?
Apa kesalahan Rina Nose kepadanya?
Dibuat videonya, diupload di youtube, Viral lagi.
Wajar kalau menimbulkan banyak kemarahan karena Viral.
Kalau tidak mau dikritik, ya jangan diupload videonya. Kalau diupload, wajar
dong kalau mendapatkan kritikan dan kemarahan karena semua orang tahu.
Dia menghina fisik orang. Rina Nose itu seorang anak dari
ibu yang melahirkannya.
Apakah dia tidak berpikir bahwa ibunya akan sakit hati
mendengar anak yang dilahirkan dan diurusnya dihina seperti itu?
Apakah dia tidak berpikir bahwa ayah, keluarganya, dan
kerabatnya akan sakit hati dan tersinggung bahwa orang yang dicintai dan dibanggakannya
dipermalukan?
Apakah dia tidak berpikir bahwa orang-orang yang bekerja
padanya dan bergantung nafkah padanya marah melihat bosnya dihina?
Apakah
dia tidak berpikir bahwa para penggemarnya kecewa, marah, dan sakit hati?
Kalau
mengomentari perilaku Rina Nose yang buruk, sikap yang salah, okelah itu wajar
untuk dikritik, diingatkan, dan dinasihati. Itu memang tugas penceramah.
Akan
tetapi, kalau kelemahan fisik?
Apa
urusannya dengan fisik pesek, mancung, pendek, kurus, atau yang lainnya?
Saya
sendiri yang bukan ustadz, bukan ulama, tidak pernah berani menghina fisik
orang lain. Itu dosa. Rina Nose dan kita semua adalah diciptakan oleh Allah swt
sesuai dengan kehendak-Nya. Perilaku menghina fisik orang lain adalah sama
dengan menghina Allah swt sebagai penciptanya. Sudah seharusnya penceramah tahu
hal itu.
Karena
Si Penceramah berbicara seperti itu, lalu dianggap biasa, kemudian jamaahnya
tertawa ha ha hi hi. Itu perilaku buruk yang terjadi dalam suatu majelis yang katanya
majelis ilmu.
Saya
punya banyak murid dari tsanawiyah, aliyah, dan perguruan tinggi, tidak pernah berani
mengatakan sesuatu yang jelek tentang fisik mereka karena di samping akan
menyakitinya, itu adalah dosa karena menghina Allah swt.
Kalaulah
Rina Nose kadang terlihat di televisi seperti dihina orang lain, itu kan acara televisi
yang sudah mendapatkan persetujuan dari Rina Nose sendiri. Kalau tidak kenal,
lalu tiba-tiba menghina tanpa persetujuan, itu beneran penghinaan namanya.
Kalaulah
dianggap sebagai humor, gurauan, lelucon, coba cari lelucon yang tidak
menyakiti perasaan orang lain dan tidak bikin dosa. Ulama terkenal seharusnya
bisa dan kreatif tentang hal itu. Jangan karena ingin menyenangkan jamaah,
ingin diundang lagi, ingin laku, ingin terkenal, tetapi membuat pernyataan yang
menghina orang lain. Saya tidak tahu apakah uang hasil ceramahnya itu berkah
atau tidak karena didapat dari menghina orang lain. Lalu, uang hasil hinaan itu
diberikan kepada keluarganya, bisa berantakan keluarganya kalau begitu. Mungkin
juga memang sudah berantakan, tidak tahulah. Mudah-mudahan sih tidak. Enggak tahu
juga sih.
Bagaimana
bisa memberikan contoh yang baik jika jamaahnya disuguhi penghinaan seperti
itu?
Akibatnya,
para jamaah akan menganggap perilaku seperti itu adalah benar dan itu
berbahaya, sangat buruk.
Rina
Nose pun tahu bahwa dirinya dihina.
Dia pun
memberikan jawaban yang santun dan anggun meskipun ada sindiran di dalamnya, “Saya
memang jelek, pesek, buruk, tidak memiliki kelebihan apa-apa, saya sudah tahu
sebelum Anda mengatakannya. Tapi, dengan segala keterbatasan dan kelemahan
ilmu, saya tak sampai hati mengatakan hal yang buruk tentang orang lain.”
Dia
bisa saja membalas menghina fisik Sang Penceramah dengan membandingkannya
dengan Primus Yustisio atau Baim Wong, tetapi tidak dia lakukan karena tidak
mau mengatakan hal buruk tentang fisik orang lain. Dia memilih bersikap tenang
dan dewasa. Balasan Rina Nose pun menunjukkan bahwa dia sebenarnya marah dan
sakit hati karena tanpa seizinnya Sang Penceramah menghina dirinya.
Sekali
lagi, bagi para penceramah, tidak perlu menghina orang lain untuk membuat humor
hanya untuk menyenangkan jamaah. Kreatiflah dengan mencari humor yang tidak
melukai orang lain karena itu adalah dosa.
Kalau
mau tahu, cari sendiri ya videonya.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment