Monday, 17 July 2017

Bayar Hutang Bayar Janji

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Hutang harus dibayar, berapa pun besarnya. Hutang uang sedikit atau banyak sama saja harus dibayar. Hutang apa pun harus dibayar, baik itu hutang uang, hutang barang, maupun hutang janji.

            Sesungguhnya, janji itu juga adalah hutang yang harus dilunasi. Janji-janji manis selama kampanye atau sebelum mendapatkan jabatan atau sebelum mendapatkan kesuksesan, harus dibayar dan harus dipenuhi. Demikian pula janji-janji yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, harus dipenuhi. Apabila tidak bisa dipenuhi, sampaikan dengan baik kepada orang yang kita hutangi atau kita beri janji tentang kesulitan kita dalam melunasi hutang atau janji tersebut. Selama orang itu mau menerima alasan kita, selamatlah kita. Apabila orang itu tidak mau menerima alasan kita, kita berkewajiban membayarnya karena hutang wajib dibayar dan janji wajib dipenuhi.

            Nabi Muhammad saw sangat memperhatikan persoalan hutang piutang ini karena akan berpengaruh dalam suasana hubungan antarmanusia. Oleh sebab itu, ia mengatakan bahwa jika seseorang datang menagih hutang, harus dibayar dan jika orang yang berhutang belum bisa membayarnya, wajib baginya menjual barang-barangnya untuk membayar hutang. Demikian pula dalam hal janji. Orang yang tidak menepati janjinya adalah dikategorikan orang yang munafik atau hipokrit.

            Sesungguhnya, bukan hanya seberapa besar kita berhutang atau berjanji yang sangat mempengaruhi kehidupan kita, melainkan pula sikap hati kita dalam menghadapi hutang atau janji tersebut. Memang jumlah hutang uang atau beratnya janji sangat berpengaruh dalam kehidupan kita karena hutang atau janji yang melebihi batas kemampuan kita akan mempersulit kita dalam memenuhinya. Akan tetapi, ada hal yang sangat penting lagi di samping hal itu, yaitu soal hati. Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa siapa pun yang berhutang dengan niat dalam hatinya tidak akan membayar, maka hidupnya akan dipersulit oleh Allah swt.

            Sekarang mari kita koreksi diri kita sendiri. Bisa jadi segala kesulitan hidup yang kita derita disebabkan hati kita yang curang dalam berhutang dan berjanji. Bisa jadi di antara kita ada yang berhutang dengan niat tidak akan membayar hutang tersebut. Bisa jadi pula di antara kita ada yang pernah berjanji dengan niat tidak akan memenuhi janji tersebut. Sungguh, celaka kita, rugi kita, sengsara kita jika memang pernah melakukan hal itu.

            Tak heran banyak pengusaha yang disebut orang sebagai sukses, tetapi hidupnya penuh kegelisahan dan penderitaan karena memang Allah swt mempersulit hidupnya akibat niat buruk untuk tidak membayar hutang usahanya. Demikian pula tak perlu heran apabila banyak orang yang memiliki kekuasaan, tetapi hidup dalam kecemasan, kegalauan, dan masalah yang tidak pernah selesai. Bertubi-tubi permasalahan datang menimpa mereka tanpa henti, memalukan, dan sulit diatasi. Sangat mungkin mereka pernah berjanji dan berhutang dengan niat licik dalam hatinya, yaitu tidak akan membayar hutang dan menepati janji. Pengusaha dan penguasa licik hati saja bisa sangat kesulitan menjalani hidupnya karena niat tidak membayar hutang atau tidak menepati janji. Oleh sebab itu, mereka yang bukan pengusaha atau penguasa, hanya orang biasa, jangan coba-coba licik hati dalam berhutang dan berjanji karena hidupnya yang sudah sangat sulit akan menjadi lebih sulit. Tadinya menderita akan lebih merana karena kesalahan hati sendiri.

            Sungguh, Allah swt mengetahui hal itu semua dan Allah swt akan melakukan tindakan sesuai dengan kehendak-Nya kepada siapa pun dan agama apa pun, termasuk kepada orang yang tidak beragama. Nabi Muhammad saw telah menerangkan hal itu semua, kita harus koreksi diri kita masing-masing karena bisa jadi ada kecurangan yang hati kita lakukan untuk melakukan keburukan di antara manusia dalam hubungan hidup kita.

            Allah swt tidak pernah tidur. Allah swt memperhatikan segalanya. Hal itu sangat mudah bagi Allah swt.

            Mari perbaiki diri dan tidak perlu menyalahkan orang lain jika kita mendapatkan kesulitan dalam hidup kita, apalagi harus menyalahkan Allah swt, Zat Yang Penuh Cinta, Penuh Kasih Sayang, dan Mulia dengan Perdamaian.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment