oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Hutang harus dibayar, berapa
pun besarnya. Hutang uang sedikit atau banyak sama saja harus dibayar. Hutang
apa pun harus dibayar, baik itu hutang uang, hutang barang, maupun hutang janji.
Sesungguhnya, janji itu juga adalah hutang yang harus
dilunasi. Janji-janji manis selama kampanye atau sebelum mendapatkan jabatan
atau sebelum mendapatkan kesuksesan, harus dibayar dan harus dipenuhi. Demikian
pula janji-janji yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, harus
dipenuhi. Apabila tidak bisa dipenuhi, sampaikan dengan baik kepada orang yang
kita hutangi atau kita beri janji tentang kesulitan kita dalam melunasi hutang
atau janji tersebut. Selama orang itu mau menerima alasan kita, selamatlah
kita. Apabila orang itu tidak mau menerima alasan kita, kita berkewajiban
membayarnya karena hutang wajib dibayar dan janji wajib dipenuhi.
Nabi Muhammad saw sangat memperhatikan persoalan hutang
piutang ini karena akan berpengaruh dalam suasana hubungan antarmanusia. Oleh
sebab itu, ia mengatakan bahwa jika
seseorang datang menagih hutang, harus dibayar dan jika orang yang berhutang
belum bisa membayarnya, wajib baginya menjual barang-barangnya untuk membayar
hutang. Demikian pula dalam hal janji. Orang yang tidak menepati janjinya
adalah dikategorikan orang yang munafik atau hipokrit.
Sesungguhnya, bukan hanya seberapa besar kita berhutang
atau berjanji yang sangat mempengaruhi kehidupan kita, melainkan pula sikap
hati kita dalam menghadapi hutang atau janji tersebut. Memang jumlah hutang uang
atau beratnya janji sangat berpengaruh dalam kehidupan kita karena hutang atau
janji yang melebihi batas kemampuan kita akan mempersulit kita dalam memenuhinya.
Akan tetapi, ada hal yang sangat penting lagi di samping hal itu, yaitu soal
hati. Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa siapa
pun yang berhutang dengan niat dalam hatinya tidak akan membayar, maka hidupnya
akan dipersulit oleh Allah swt.
Sekarang mari kita
koreksi diri kita sendiri. Bisa jadi segala kesulitan hidup yang kita derita
disebabkan hati kita yang curang dalam berhutang dan berjanji. Bisa jadi di
antara kita ada yang berhutang dengan niat tidak akan membayar hutang tersebut.
Bisa jadi pula di antara kita ada yang pernah berjanji dengan niat tidak akan
memenuhi janji tersebut. Sungguh, celaka kita, rugi kita, sengsara kita jika
memang pernah melakukan hal itu.
Tak heran banyak pengusaha yang disebut orang sebagai
sukses, tetapi hidupnya penuh kegelisahan dan penderitaan karena memang Allah
swt mempersulit hidupnya akibat niat buruk untuk tidak membayar hutang
usahanya. Demikian pula tak perlu heran apabila banyak orang yang memiliki
kekuasaan, tetapi hidup dalam kecemasan, kegalauan, dan masalah yang tidak
pernah selesai. Bertubi-tubi permasalahan datang menimpa mereka tanpa henti,
memalukan, dan sulit diatasi. Sangat mungkin mereka pernah berjanji dan
berhutang dengan niat licik dalam hatinya, yaitu tidak akan membayar hutang dan
menepati janji. Pengusaha dan penguasa licik hati saja bisa sangat kesulitan
menjalani hidupnya karena niat tidak membayar hutang atau tidak menepati janji.
Oleh sebab itu, mereka yang bukan pengusaha atau penguasa, hanya orang biasa,
jangan coba-coba licik hati dalam berhutang dan berjanji karena hidupnya yang
sudah sangat sulit akan menjadi lebih sulit. Tadinya menderita akan lebih
merana karena kesalahan hati sendiri.
Sungguh, Allah swt mengetahui hal itu semua dan Allah swt
akan melakukan tindakan sesuai dengan kehendak-Nya kepada siapa pun dan agama
apa pun, termasuk kepada orang yang tidak beragama. Nabi Muhammad saw telah
menerangkan hal itu semua, kita harus koreksi diri kita masing-masing karena
bisa jadi ada kecurangan yang hati kita lakukan untuk melakukan keburukan di
antara manusia dalam hubungan hidup kita.
Allah swt tidak pernah tidur. Allah swt memperhatikan
segalanya. Hal itu sangat mudah bagi Allah swt.
Mari perbaiki diri dan tidak perlu menyalahkan orang
lain jika kita mendapatkan kesulitan dalam hidup kita, apalagi harus menyalahkan Allah swt, Zat Yang Penuh Cinta, Penuh Kasih
Sayang, dan Mulia dengan Perdamaian.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment