Friday 28 July 2017

Teman Terbaik

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Kata atau istilah “teman” sangat sering kita dengar. Kita mungkin dapat mengatakan bahwa kita memiliki teman. Kita bisa menganggap Si A adalah teman kita. Si B dan Si C pun adalah teman kita.

            Akan tetapi, benarkah mereka adalah teman-teman kita?

            Mungkinkah mereka hanya orang yang kita kenal ketika kita berada dalam kecukupan dan pergi meninggalkan kita ketika kita berada dalam kesulitan?

            Saya pernah mendengar berbagai curahan hati, ‘Curhat’ dari beberapa pengusaha dan penguasa yang mengeluh betapa banyaknya teman ketika mereka berada dalam kekuasaan dan kecukupan. Akan tetapi, ketika kekuasaan mereka hilang dan ditimpa berbagai kesulitan, orang-orang yang disebut teman itu pun menghilang satu-satu atau secara bersamaan. Teman-teman mereka akan datang lagi jika para penguasa dan pengusaha itu kembali mendapatkan kemudahan, tetapi pergi lagi menghilang ketika kesusahan menimpa. Jika Allah swt menakdirkan kesulitan yang diderita berjalan dalam waktu yang sangat lama, bahkan sampai akhir hidupnya, tak ada teman yang berada bersamanya. Sesungguhnya, mereka bukanlah teman, tetapi hanya orang-orang yang berupaya mendapatkan keuntungan dari kita. Keuntungan itu bisa berupa uang, makanan, pengaruh, posisi, ataupun kekuasaan. Mereka tak lebih dari penjilat murahan yang akan segera pergi ketika kita ditimpa kesulitan.

            Benarlah syair dari Raja Dangdut Bang Haji Rhoma Irama yang berbunyi, “Banyak teman di meja makan … banyak teman ketika kita jaya … mencari teman memang susah.”

            Memang benar mencari teman sejati yang mau berada bersama kita ketika dalam keadaan suka dan duka teramat susah. Sangat jarang ada orang yang mau dekat dengan kita ketika kita berada dalam keadaan terpuruk. Bahkan, mereka akan menyalahkan kita dengan membicarakan kekurangan dan kejelekan kita di depan teman-teman barunya.

            Demikian pula yang dikatakan oleh menantu Nabi Muhammad, yaitu Ali bin Abi Thalib ketika mengomentari pendapat seseorang terhadap dirinya.

            Seseorang berkata kepada Ali bin Abi Thalib, “Hai Ali, temanmu banyak sekali.”

            Ali menjawab, “Nanti akan kuhitung ketika aku berada dalam kesulitan.”

            Jawaban Ali itu jelas menyiratkan bahwa orang-orang yang saat itu selalu bersama dirinya ketika menjadi khalifah dengan kekuasaan politik dan ekonomi yang besar, belum tentu teman-temannya. Ia akan menghitung dan mengetahui siapa teman yang sebenarnya ketika berada dalam kejatuhan dan kesulitan. Teman-teman yang sejati adalah yang selalu berada bersama dirinya ketika situasinya benar-benar dalam keadaan teramat menderita.

            Mencari teman itu memang susah. Oleh sebab itu, Allah swt memberikan petunjuk kepada kita tentang siapa saja teman-teman terbaik bagi kita itu.

            Kata Allah swt, “Mereka yang menaati Allah dan Rasul, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah sebaik-baik teman.” (QS An Nisa 4 : 69)

            Dalam ayat di atas jelas sekali bahwa sebaik-baik teman adalah para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Sekarang kita di dunia ini tidak bisa berteman dengan para nabi karena mereka sudah meninggal. Demikian pula tidak bisa berteman dengan orang-orang yang mati syahid karena mereka pun sudah meninggal. Hanya dua jenis manusia yang layak menjadi teman kita, yaitu para pecinta kebenaran dan orang-orang saleh.

            Mereka adalah teman-teman terbaik yang selalu benar dalam berpikir, berasa, berbicara, dan bertindak. Mereka hanya hidup untuk berbuat kebaikan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka tidak akan “menyedot” energi kita secara licik, kemudian meninggalkan kita ketika kita berada dalam kesusahan. Mereka akan bersama kita bersenang-senang ketika mendapatkan banyak kenikmatan dan akan saling menghibur ketika berada dalam situasi sulit. Mereka adalah orang-orang yang anti-merugikan orang lain. Tak ada niat dalam diri mereka untuk menyusahkan orang lain. Tak ada keinginan dalam diri mereka untuk bersenang-senang dalam penderitaan orang lain. Tak ada upaya yang mereka lakukan untuk berbuat licik dan curang. Bahkan, mereka merasa menderita jika melihat orang lain menderita. Mereka adalah para pecinta kebenaran dan orang-orang saleh.

            Untuk mendapatkan teman yang mencintai kebenaran dan banyak melakukan kebaikan di muka Bumi ini, caranya tidak ada yang lain, kecuali menjadikan diri kita sebagai pecinta kebenaran dan pelaku kesalehan. Hal itu disebabkan Allah swt selalu mengumpulkan orang-orang sesuai dengan sifat dan sikapnya masing-masing. Orang-orang buruk akan berteman dengan orang-orang buruk pula. Orang-orang baik akan berteman dengan orang baik pula.

            Nabi Muhammad berkata, “Untuk menilai seseorang, lihatlah teman-temannya. Jika perangai teman-temannya buruk, dia pun adalah orang buruk. Jika perangai teman-temannya baik, dia adalah orang baik. Setiap orang tidak berbeda dari teman-temannya.”

            Sekarang, nilailah diri kita. Perhatikan orang-orang yang berada di sekitar kita atau orang-orang yang kerap kita sebut sebagai “teman”. Jika mereka buruk, berarti kita adalah orang yang buruk. Jika mereka baik, kita pun sesungguhnya orang baik.

            Dalam waktu yang lain, Muhammad mengatakan, “Untuk menilai seseorang, lihatlah musuhnya. Jika musuhnya adalah orang-orang baik, dia adalah orang jahat.”

            Meskipun demikian, belum tentu jika musuhnya adalah orang-orang jahat, dia merupakan orang yang baik. Belum tentu dia adalah orang baik. Bisa jadi dia pun sebenarnya orang jahat yang sedang bermusuhan dengan orang jahat. Hal itu disebabkan orang jahat sangat sering bermusuhan dengan orang jahat. Para penjahat kerap bermusuhan di antara mereka sendiri. Berbeda dengan orang-orang baik. Mereka tidak pernah bermusuhan karena sama-sama orang baik. Orang-orang baik tidak pernah bermusuhan di antara mereka. Kalau terjadi permusuhan, salah satu dari mereka telah berubah menjadi orang jahat atau kedua-duanya menjadi orang jahat pula. Tidak mungkin orang baik memusuhi orang baik. Orang baik selalu bersama dengan kebaikan.

            Cintailah kebenaran dan lakukanlah kebaikan di muka Bumi ini agar Allah swt mengumpulkan kita dengan para pecinta kebenaran dan orang-orang saleh di dunia ini. Di akhirat, teman kita akan ditambah lagi dengan para nabi dan orang-orang yang mati syahid pemberani pembela kebenaran sejati.

            Semoga Allah swt selalu memberikan petunjuk dan perlindungan bagi kita.

            Amin.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment