oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Siapa bilang Pancasila
bertentangan dengan Islam?
Siapa bilang Pancasila adalah hukum jahiliyah?
Siapa bilang Pancasila adalah aturan kafir?
Mereka yang berpendapat bahwa Pancasila bertentangan
dengan Islam adalah orang-orang yang
tidak mengerti Islam dan tidak mengerti Pancasila dengan benar atau orang-orang yang tidak mau tahu tentang Islam
dan tidak mau tahu tentang Pancasila karena menginginkan posisi poltik dan
ekonomi dengan kekuasaan yang sangat besar. Hanya dua golongan itulah yang
berpandangan bahwa Islam dan Pancasila saling bertolak belakang.
Pancasila sesungguhnya adalah pandangan atau gagasan yang
sangat islami dan digali serta dipikirkan secara islami pula. Untuk memahami
hal ini tentu cukup sulit. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ulama dan para
pemikir pro-Pancasila yang hanya menegaskan bahwa Pancasila tidak bertentangan
dengan Islam. Akan tetapi, mereka tidak memberikan contoh-contoh praktis
tentang kehidupan ber-Pancasila yang sama persis dengan kehidupan islami. Oleh
sebab itu, dalam tulisan ini, saya mencoba memberikan contoh kecil kehidupan
islami yang sama persis dengan kehidupan ber-Pancasila.
Dalam tulisan-tulisan yang lalu, masih dalam blog ini juga,
ada sebetulnya contoh-contoh kehidupan islami yang juga Pancasilais. Hal yang
paling mudah dipahami adalah tulisan tentang keharusan hidup bertetangga sesuai
ajaran Nabi Muhammad yang berjudul Mendamaikan
Dunia dan Mereka Tetangga Kita. Dalam
kedua tulisan itu jelas sekali rujukan yang saya gunakan adalah berasal dari
hadits Nabi Muhammad.
Mari kita perhatikan bersama-sama.
Kata Muhammad, “Tetangga
itu ada tiga macam, yaitu: tetangga yang hanya memiliki satu hak, yakni orang
musyrik. Ia hanya memiliki hak tetangga. Tetangga yang memiliki dua hak, yaitu
seorang muslim. Ia memiliki hak tetangga dan hak Islam. Selain itu, tetangga
yang memiliki tiga hak, yaitu tetangga, muslim, memiliki hubungan kerabat. Ia
memiliki hak tetangga, hak Islam, dan hak silaturrahim.” (Thabrani)
Coba perhatikan ajaran Muhammad tersebut. Kita harus
berperilaku baik dengan memenuhi kewajiban kita dalam bertetangga dengan
orang-orang yang berbeda agama, orang-orang yang seiman, serta orang-orang
seiman yang memiliki hubungan darah dengan kita.
Apa itu artinya?
Artinya, dalam berbangsa dan bernegara kita harus
menjalankan Pancasila, terutama sila ketiga, yaitu tentang Persatuan Indonesia. Dengan menjadi orang yang baik untuk tetangga
kita, siapa pun dia, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad, kita sekaligus
menjalankan sila ketiga. Hal itu
disebabkan dengan kehidupan bertetangga yang baik kita sudah menjaga persatuan
Indonesia.
Coba perhatikan lagi.
Muhammad menjelaskan bahwa jenis tetangga itu ada tiga, yaitu tetangga yang
berbeda agama, tetangga yang seiman dengan kita, serta tetangga seiman dan
sedarah dengan kita. Setiap jenis tetangga itu memiliki hak masing-masing yang
harus kita penuhi. Tetangga yang berbeda agama hanya memiliki satu hak,
tetangga seiman memiliki dua hak, serta tetangga seiman dan sedarah memiliki
tiga hak. Tentang hak-hak tetangga, pelajari tulisan saya yang lalu berjudul Mendamaikan Dunia.
Apa itu artinya?
Artinya, dalam berbangsa dan bernegara kita harus berlaku
manusiawi dan adil. Adil itu bukan berarti harus sama, melainkan seimbang, tepat, dan proporsional. Tiga jenis tetangga
memiliki hak yang berbeda sesuai jenisnya masing-masing dalam keadaan dan
perlakuan yang sangat adil.
Ajaran apa lagi yang
adil dan proporsional dalam bertetangga, kecuali ajaran Muhammad?
Teliti sekali lagi. Sejumlah enam puluh rumah di sekitar
rumah kita adalah tetangga kita. Mereka ada yang berbeda agama dan berbeda
hubungan darah dengan kita. Perbedaan dan persamaan agama serta perbedaan dan
persamaan hubungan darah itulah yang membedakan cara kita bersikap kepada
seluruh tetangga kita dengan adil dan proporsional.
Dengan berperilaku manusiawi dan adil, kita sekaligus
melaksanakan sila kedua, yaitu Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab. Sila kedua
itu menuntut kita berperilaku adil, beradab, dan manusiawi. Ajaran bertetangga
dari Nabi Muhammad menjelaskan hal itu semua.
Mari kita rasakan lagi hal yang berkaitan dengan itu.
Apabila ada masalah yang terjadi dalam kehidupan bertetangga, sebagaimana adat
orang Indonesia, semua permasalahan itu sebaiknya diselesaikan secara
kekeluargaan dengan cara musyawarah dan mufakat. Itu artinya, kita sudah
menyelesaikan masalah dengan menggunakan sila keempat, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.
Dalam bermusyawarah
itu tentunya tidak bisa semua orang berbicara. Biasanya, orang-orang mewakilkan
pendapatnya kepada orang yang pandai berbicara, pintar menyusun kata-kata, dan
cerdas dalam mengelola pikiran sehingga berbagai pendapat dapat disuarakan
dengan jernih dan jelas. Itulah yang namanya perwakilan.
Coba pahami lagi.
Ajaran Muhammad tentang kehidupan bertetangga itu tak lain dan tak bukan adalah
untuk mengantarkan manusia menjadi hamba-hamba Allah swt yang baik dan sempurna
melalui perbuatan-perbuatan baik kepada tetangga kita.
Apa itu artinya?
Artinya, semua perilaku baik kita itu hanya ditujukan
untuk mengabdikan diri kepada Allah swt yang dalam Pancasila ada dalam sila
pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila yang mana yang
belum saya sebutkan terkait kehidupan bertetangga yang diajarkan Muhammad?
Pasti sila kelima, iya kan?
Dengan kehidupan bertetangga yang baik, kita akan menjadi
orang-orang baik dan mampu menciptakan kehidupan yang baik sebagaimana sila
kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
So, masihkah
kita mau mengatakan bahwa Pancasila bertentangan dengan Islam?
Pancasila Vs Islam, No!
Pancasila sesuai dengan
Islam, Yes!
Sampurasun.
Eh, tahukah arti dari
kata sampurasun?
Sampurasun artinya sempurnakanlah dirimu.
Sempurnakanlah dirimu
secara lahir dan batin.
Itulah tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang makmur
sempurna lahir dan batin.
Paham kan sekarang?
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment