oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Banyak sekali orang yang
menganggap dirinya suci melebihi orang lain. Mereka menganggap bahwa dirinya
yang paling pandai, paling beriman, paling harus dipatuhi, dan paling harus
didengar. Bahkan, mereka mempengaruhi orang lain agar orang lain menganggap dirinya
paling suci, tempat segala masalah dan pertanyaan mendapatkan solusi dan
pemecahan. Lebih jauh lagi, mereka dengan mudah menyalahkan orang lain dan
merendahkan orang lain yang memiliki pandangan atau ilmu yang berbeda
dibandingkan dirinya. Di dalam lingkungan setiap agama, selalu ada orang-orang
seperti ini. Mereka tampil sebagai para pemuka agama yang sok berkuasa dan sok
tahu.
Sungguh, orang-orang ini sangat tidak bijak dan cenderung
menyesatkan orang lain karena membuat manusia memusatkan perhatian kepada
dirinya. Sementara itu, mereka hanya baru belajar agama sedikit saja. Segala
hal yang tidak disetujuinya dianggap melanggar agama. Hal yang paling berbahaya
adalah memprovokasi orang lain untuk membenci orang-orang yang tidak
disetujuinya. Padahal, bisa saja tidak ada agama yang dilanggar orang lain,
tetapi hanya harga dirinya saja merasa terusik. Sungguh, mereka telah membajak
agama untuk kepentingan diri dan kelompoknya.
Allah swt menyuruh kita untuk mempelajari orang-orang seperti
ini agar kita tidak terjebak hidup seperti mereka.
“Tidakkah engkau
memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci? Sebenarnya, Allah yang
menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.” (QS
An Nisa 4 : 49)
Jelas sekali bahwa ada banyak orang yang menganggap diri
mereka suci. Allah swt sendiri yang mengatakan hal itu. Sebenarnya, Allah swt
yang menyucikan orang-orang yang dipilih-Nya sendiri. Seseorang atau sekelompok
orang yang menganggap diri mereka suci sama sekali tidak diperhitungkan Allah
swt sebagai sebuah kebaikan. Bahkan, anggapan mereka itu justru menyesatkan
mereka sendiri dan orang-orang yang mematuhi serta bersikap sama seperti
mereka.
Nabi Muhammad saw pun pernah mengingatkan hal seperti
bahwa siapa pun orang yang telah
menganggap dirinya terbebas dari godaan syetan, sesungguhnya orang itu telah
tersesat. Syetan tak pernah berhenti menggoda. Tak ada manusia yang luput
dari godaan syetan karena itulah niat dan janji Iblis beserta seluruh syetan
dari jenis jin dan manusia, yaitu menyesatkan kehidupan manusia supaya tidak
harmonis, tidak bahagia, dan tidak menemukan jalan menuju Allah swt.
Orang-orang yang benar-benar suci adalah orang-orang yang
disucikan sendiri oleh Allah swt. Orang-orang ini tidak memerlukan perhatian
dan anggapan orang lain bahwa dirinya suci. Bahkan, orang-orang ini akan merasa
resah jika dianggap suci karena anggapan itu justru akan berpotensi mengotori
hatinya. Dia selalu takut terhadap Allah swt dan selalu merasa dirinya penuh
kesalahan sehingga setiap saat dia memohon ampunan kepada Allah swt. Mereka
merasa tak ada tempat yang aman dari pengawasan Allah swt. Mereka merasakan
benar bagaimana Allah swt memperhatikan mereka sehingga mereka berbicara dengan
hati-hati dan bijaksana. Demikian pula sikap dan tingkah laku mereka,
hati-hati, sadar, tidak ceroboh, bermakna, berkualitas, arif, dan bijaksana.
Berbeda jauh dengan orang-orang yang sudah menganggap
dirinya suci, bahkan mengira bahwa syetan sudah tidak mampu menggodanya lagi.
Mereka kerap berbicara seenaknya karena telah menganggap dirinya paling benar
dan paling pintar. Mereka berbicara dan berpendapat sembrono dan tidak
hati-hati. Akibatnya, mereka bisa terjebak dalam kedustaan yang mereka
bikin-bikin sendiri pula.
Hal ini telah diingatkan Allah swt.
“Perhatikanlah,
betapa mereka mengada-adakan kebohongan terhadap Allah! Cukuplah perbuatan itu
menjadi dosa (bagi mereka).” (QS An Nisa 4 : 50)
Perbuatan menganggap diri suci, paling benar, dan sudah
tidak lagi bisa digoda syetan adalah perilaku penuh dosa. Sebaiknya, katakan saja
diri kita ini sedang belajar berbuat baik
agar diri kita menjadi suci. Kita akan menjadi suci atau tidak hanya Allah
swt yang tahu. Kalaupun ada yang menganggap diri kita sebagai orang suci,
kembalikanlah pujian itu kepada Allah swt dengan ucapan hamdalah, kemudian diikuti istighfar
agar hati kita tidak terlena dan terbuai pujian manusia karena itu bisa
membuat hati kita kotor dan tidak bernilai positif di hadapan Allah swt.
Sampurasun
No comments:
Post a Comment