oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sebagaimana yang telah kita
ketahui dan juga saya tulis dalam blog ini, Indonesia paling tidak telah
mengalami lima kali masa demokrasi, yaitu Demokrasi
Prakemerdekaan (volksraad), Demokrasi Liberal/Parlementer, Demokrasi Terpimpin,
Demokrasi Pancasila, dan Demokrasi
Masa Reformasi. Dalam kelima masa itu terjadi banyak sekali kekacauan dan
pertarungan politik yang berubah menjadi kriminal dan kerusakan ekonomi. Hal itu
membuat keadaan Indonesia tidak kunjung stabil dan selalu terhambat dalam mencapai
tujuan nasionalnya. Setiap masa demokrasi selalu menghujat masa demokrasi
sebelumnya dan para pendukung dari setiap masa demokrasi itu berada dalam
keadaan tegang saling bermusuhan, baik diam-diam maupun terang-terangan. Hal
yang jelas adalah konflik-konflik politik akibat dari setiap pergantian masa
demokrasi itu mengakibatkan proses pembangunan terhambat dan menimbulkan
kerusakan sosial di tengah masyarakat.
Itu adalah pendapat saya. Siapa pun boleh berpendapat.
Saya memandang negatif terhadap setiap perubahan itu karena pengaruhnya sangat
buruk. Hal itu pula yang saya ajarkan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(Fisip), Universitas Al Ghifari Bandung dalam mata kuliah Sistem Dinamika Sosial Politik Indonesia.
Pada saat tiba masa Ujian Akhir Semester saya membuat
soal tentang hal itu untuk mendapatkan pendapat dari para mahasiswa. Dari
beberapa soal yang saya buat, ada dua pertanyaan terkait hal itu, yaitu intinya
adalah bagaimana mahasiswa memandang
setiap pergantian masa demokrasi itu dengan segala konfliknya; pertanyaan
yang lain lagi adalah bagaimana pendapat mahasiswa
apakah demokrasi yang sekarang ini, yaitu demokrasi masa reformasi akan jatuh
seperti yang sudah-sudah atau bertahan lama.
Dari jawaban para
mahasiswa, saya mendapatkan pendapat yang sangat mengejutkan. Semua jawaban
mereka jauh berbeda dengan yang saya ajarkan, terutama tentang pergantian
sistem politik demokrasi di Indonesia. Saya memandang bahwa pergantian
demokrasi itu merupakan kegagalan dari setiap sistem demokrasi di Indonesia dan
itu saya ajarkan kepada mahasiswa. Akan tetapi, para mahasiswa memiliki
pendapat lain. Tak satu pun dari mereka yang menyatakan pergantian kelima masa
demokrasi itu merupakan hal yang negatif. Mereka mengesampingkan hal-hal kecil,
seperti, konflik dan aksi-aksi kriminal yang terjadi. Mereka justru memandang dari
sudut yang lebih luas. Mereka memandang hal itu sebagai perkembangan yang
positif dari dinamika perpolitikan di Indonesia. Mereka menjawab dengan jawaban
yang variatif, tetapi intinya sama, yaitu semuanya memandang bahwa setiap masa
demokrasi yang lebih baru melakukan koreksi terhadap sistem politik yang lebih
lama. Sistem politik lama sudah tidak bisa lagi dipertahankan karena sudah
tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Mereka berani berbeda pendapat dengan saya sebagai dosen
mereka dan itu bagus. Mereka memiliki pikiran sendiri dan mampu menyampaikan
dengan baik berlandaskan pengetahuan yang mereka miliki. Saya sangat menghargai
mereka. Mereka tidak takut berbeda dengan saya dan tidak khawatir saya akan
memberikan nilai yang jelek terhadap mereka karena tidak menjawab sebagaimana
yang saya ajarkan. Bagi saya, mereka adalah orang hebat karena mampu berbeda
pendapat secara ilmiah dan tidak emosional. Saya wajib memberikan nilai yang
teramat baik untuk jawaban mereka itu.
Demikian pula ketika menjawab tentang apakah demokrasi Indonesia yang sekarang
sedang berlangsung ini akan jatuh atau tidak, jawaban mereka sangat
positif. Dalam menjawab hal ini mereka berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Ada yang berpandangan bahwa sistem demokrasi saat ini akan bertahan sangat lama
karena memberikan ruang untuk bebas menyatakan pendapat, berekspresi, dan
berprestasi. Ada pula yang menjawab akan segera jatuh karena melihat masih
sangat banyaknya ketimpangan yang terjadi, baik ekonomi maupun politik. Ada
lagi yang menjawab secara pertengahan, yaitu akan bertahan cukup lama sepanjang
pemerintah dapat menyelenggarakan pemerintahan dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat. Jika
tidak, sistem demokrasi yang sekarang ini pun akan mudah sekali jatuh.
Hal yang sangat unik adalah tidak seorang pun mahasiswa
yang menjawab bahwa sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia saat ini akan
bertahan selamanya. Mereka meyakini bahwa setiap zaman mengoreksi zaman
sebelumnya. Demokrasi saat ini bisa jatuh atau berubah sesuai dengan
bermunculannya para pemikir sosial dan politik di Indonesia yang memberikan
masukan lebih positif bagi Indonesia, kebutuhan masyarakat yang terus
berkembang, dan sistem politik lama sudah tidak lagi dapat menjawab berbagai
kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Jawaban-jawaban seperti ini sesungguhnya menyiratkan
bahwa generasi muda Indonesia sudah banyak yang menerima kenyataan dengan baik
bahwa tidak ada satu pun sistem politik yang sakral dan harus selalu dianggap
benar. Mereka sudah sangat siap dengan kenyataan bahwa segalanya akan dan harus
berubah dan perubahan itu harus diupayakan ke arah yang lebih positif dan lebih
maju. Setiap zaman, setiap masa akan mengoreksi masa sebelumnya untuk mengatasi
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment