oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Vlog Jokowi bersama Presiden
Turki Recep Tayip Erdogan sangat menggebuk orang-orang Indonesia yang selama
ini terlalu berlebihan mengagungkan Turki dan Erdogan. Orang-orang yang berlebihan
ini selalu membanding-bandingkan kebijakan Turki dan sikap Erdogan dalam
membela Islam dengan kebijakan Indonesia dan sikap para pemimpin Indonesia
dalam membela Islam dan kaum muslimin. Orang-orang ini selalu saja menganggap
Turki dan para pemimpin Turki lebih bagus dan lebih hebat dibandingkan
Indonesia dan para pemimpin Indonesia. Bahkan, tak jarang mereka merendahkan
para pemimpin Indonesia sebagai lebih lemah, lebih bodoh, dan lebih tidak
berpihak terhadap Islam dibandingkan Turki. Malahan, hal yang lebih parah
adalah mereka kerap menjelek-jelekkan Indonesia dan para pemimpin Indonesia
serta membuat khayalan bahwa kebijakan dan sikap pemerintah Indonesia
berlawanan atau berhadapan dengan kebijakan Turki dan Erdogan.
Saya memandang orang-orang Indonesia yang berlebihan
mengagungkan Turki dan Erdogan adalah orang-orang yang pikiran dan jiwanya
masih terjebak dalam kejatuhan sistem kekhalifahan masa lalu. Mereka masih
terjebak dalam nostalgia yang sebenarnya tidak akan pernah kembali lagi. Mereka
pun terkurung dalam harapan-harapan kosong tentang terulangnya kekhalifahan
Islam di Turki.
Hal itu disebabkan memang Turki merupakan wilayah
terakhir kekhalifahan Islam yang masih sempat berdiri kuat sampai diubah
menjadi sekuler oleh Kemal Ataturk. Pengubahan sistem pemerintahan ini pun
sesungguhnya disebabkan kecintaan Kemal Ataturk terhadap Islam. Ia tidak ingin
kaum muslimin menjadi cengeng dan manja yang selalu harus dilindungi oleh
pemerintah yang berkuasa. Ia ingin menjadikan orang-orang Islam kuat dan mampu
menawarkan berbagai gagasannya dengan ilmu pengetahuan dan alasan yang jelas
tanpa harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Begitu kira-kira yang
dipaparkan oleh Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno.
Orang-orang yang berlebihan mengagungkan Turki dan
Erdogan adalah orang-orang yang berharap bahwa Turki mampu kembali menjadi
negara kekhalifahan untuk mendorong dunia Islam dan berharap bahwa sosok
Erdogan yang memang memiliki kecintaan terhadap Islam dan kaum muslimin menjadi
lokomotif dalam mendorong sistem kekhalifahan Islam di dunia.
Saya menyarankan untuk tidak perlu berlebihan
mengagungkan Turki dan Erdogan, biasa saja. Sebagai saudara sesama muslim,
memang kita harus saling mendukung dan menjaga untuk kejayaan Islam dan kaum
muslimin sepanjang berada dalam koridor yang benar, bukan berada dalam kesamaan
hawa nafsu negatif yang ujungnya hanya menginginkan kekuasaan politik dan
ekonomi. Kita harus saling bahu-membahu mewujudkan Islam rahmatan lil alamin sehingga dunia ini hidup dalam
keseimbangan yang harmonis.
Sesungguhnya, Turki bangga dengan sistem pemerintahannya
yang sekarang dan bukan bangga dengan sistem kekhalifahan. Mereka masih menjaga
dan menghormati patung Kemal Ataturk yang mengubah sistem kekhalifahan menjadi
sekuler.
Jadi, untuk apa mengagungkan Turki sebagai negeri yang
kuat untuk mewujudkan kembali kekhalifahan, sementara mereka sendiri betah
dengan sistemnya yang sekarang dan bangga dengan Kemal Ataturk?
Tentang ketegasan Turki dan Erdogan dalam bersikap
terhadap Israel yang kerap dibanggakan orang itu, sesungguhnya jauh lebih tegas
Indonesia dalam bersikap terhadap Israel. Indonesia mengharamkan dirinya untuk
berhubungan dengan Israel sepanjang Israel melakukan penjajahan terhadap
Palestina. Tak ada pintu hubungan diplomatik itu terjadi. Pintu tertutup rapat.
Jika mau berhubungan, Israel harus mengetuk pintu Indonesia dengan membawa hadiah
kado perdamaian dengan Palestina. Berbeda dengan Turki dan Erdogan yang kadang
bersikap tegas, kadang lembut terhadap Israel. Bahkan, Turki dan Erdogan sering
melakukan hubungan dengan Israel serta hubungan mereka naik dan turun.
Indonesia dan Israel tidak naik dan tidak turun dalam berhubungan karena tidak
ada hubungan sama sekali.
Mana yang lebih tegas, Indonesia atau Turki?
Mikir!
Soal kehebatan para pemimpin Indonesia dalam membela
Islam dan kaum muslimin, catatan sejarahnya panjang, tetapi sering dilupakan
oleh rakyat Indonesia sendiri. Hal itu disebabkan kaum muslimin Indonesia masih
berpandangan bahwa Islam berasal dari Arab. Di samping itu, segala hal berbau
Arab dan Timur Tengah dianggap lebih Islami dan lebih baik. Itu pikiran sesat.
Islam itu sesungguhnya berasal dari mana-mana karena Allah swt menurunkan para
rasul untuk setiap umat dengan menggunakan bahasa umat itu masing-masing. Masih
segar ingatan kita bahwa Jokowi mengkritik dunia yang selalu memperhatikan
korban-korban teror yang dilakukan umat Islam, tetapi kerap mengesampingkan
korban-korban teror nonmuslim terhadap kaum muslimin. Demikian pula dalam
penanganan pengungsi Rohingya. Bahkan, Wapres Jusuf Kala pernah datang langsung
ke Myanmar untuk membantu saudara-saudara sesama muslim. Indonesia pun membuat
rumah sakit di Palestina, mengeluarkan banyak bantuan untuk kaum muslimin dunia
yang sedang kesusahan. Susilo Bambang Yudhoyono pernah mengkritik keras media
massa internasional yang membesar-besarkan teror yang dilakukan sebagian umat
Islam, tetapi menutup mata terhadap teror-teror yang dilakukan nonmuslim. Menlu
Ali Alatas melakukan lobi yang luar biasa hebat untuk mendamaikan kaum muslim
Filipina dengan pemerintah Filipina dan itu berhasil. Menlu Retno Marsudi
mendatangi pemerintah Palestina untuk menguatkan hubungan negara sesama muslim
sambil menutup telinga dari kebohongan-kebohongan yang dilakukan Israel
terhadap kunjungannya itu. Soeharto mendirikan masjid di Bosnia dan ingin
datang langsung ke daerah konflik tempat kaum muslimin dibantai pihak Serbia.
Sayangnya, keinginannya itu harus batal karena tidak ada satu kekuatan militer
dunia pun yang mampu menjamin keselamatan Soeharto.
Banyak sebenarnya kehebatan Indonesia dan para
pemimpinnya dalam membela Islam dan kaum muslimin di seluruh dunia. Tulisan ini
tak akan cukup untuk menuliskan jasa-jasa mereka. Sayangnya, pandangan kaum
muslimin Indonesia masih terkurung dengan pikiran bahwa Arab dan Timur Tengah
lebih Islami sama dengan Barat lebih pintar dibandingkan Timur dan Indonesia.
Paling tidak, vlog Jokowi bersama Erdogan telah menggebuk
pikiran orang-orang bahwa Indonesia tidak seperti Turki atau lebih rendah
daripada Turki dalam membela Islam dan kaum muslimin. Faktanya, Indonesia dan
Turki bekerja sama saling mengisi untuk memperbaiki kehidupan kaum muslimin dan
menciptakan perdamaian dunia.
Luruskan pikiran kita tentang Islam, kaum muslimin, dan
dunia. Tebarkan salam, cinta, dan kasih sayang agar dunia ini seimbang dan
harmonis.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment