Saturday, 29 July 2017

Membalas Rasa Hormat

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Kebiasaan membalas salam penghormatan yang dilakukan oleh orang lain kepada kita harus terus dibudayakan, dilestarikan, bahkan diupayakan untuk membalas salam hormat itu dengan cara lebih baik. Sikap membalas rasa hormat itu harus dilakukan terhadap siapa saja meskipun terhadap orang yang berbeda agama, berbeda status sosial, berbeda komunitas, berbeda jumlah kelompok (mayoritas-minoritas), berbeda posisi, berbeda pekerjaan, atau berbeda hal-hal lainnya.

            Kata Allah swt, “Apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, balaslah penghormatan itu dengan lebih baik atau balaslah (penghormatan itu dengan yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS An Nisa 4 : 96)

            Jika kita ingin hidup damai, tenang, dan harmonis balaslah siapa pun yang menghormati kita dengan penghormatan yang lebih baik. Dalam ayat di atas, jelas sekali Allah swt sama sekali tidak membatasi keharusan membalas penghormatan itu berdasarkan agama, kelompok sosial, kelompok ekonomi, ataupun hal-hal lainnya. Siapa pun yang menghormati kita harus dibalas dengan rasa hormat yang lebih baik, minimal dibalas sama dengan nilai rasa hormat yang pertama. Begitulah Allah swt mengajarkan agar manusia berbudi pekerti yang baik dan menumbuhkan perdamaian.

            Jangan mentang-mentang kita pemimpin, guru, dosen, ulama, atau berada dalam posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang menghormati kita lebih dulu, kita membalas rasa hormat itu dengan seenaknya, ketus, apalagi sama sekali tidak menghiraukan rasa hormat itu. Hal itu merupakan perilaku yang teramat buruk. Jika orang yang menghormati kita berasal dari kalangan yang berada di bawah kita, balaslah rasa hormat itu dengan pandangan cinta, kasih sayang, dan perlindungan. Jika orang yang menghormati kita itu berasal dari kalangan yang berada di atas kita, balaslah rasa hormat mereka dengan kerendahan hati, rasa penghargaan tinggi, dan rasa pengakuan bahwa mereka adalah lebih tinggi dibandingkan kita.

            Dengan membiasakan rasa hormat yang didorong oleh rasa cinta, kasih, penghargaan, dan pengakuan, hubungan komunikasi di antara manusia pun akan terjalin lebih harmonis dan sangat manis. Dengan demikian, hati kita akan terdidik, lebih lembut, dan lebih mudah menciptakan suasana yang tenang, tenteram, dan damai. Sebaliknya, dengan mengabaikan rasa hormat orang lain atau membalas rasa hormat itu dengan arogansi diri dan rasa angkuh diri, jalinan komunikasi pun akan terasa terhambat, tegang, dan sulit berjalan dengan baik.

            Mulailah kehidupan damai dan harmonis dengan sikap saling menghormati dengan membalas rasa hormat orang lain dengan cara yang lebih baik. Mulai dari sanalah rasa saling menghargai dan menghormati eksistensi manusia tumbuh dengan baik. Pada gilirannya nanti, jika rasa saling menghormati dengan cinta dan kasih sayang ini menebar ke seluruh dunia, perdamaian pun mudah sekali tercipta dan segala persengketaan pun mudah sekali diselesaikan.

            Hal yang sangat penting dipahami adalah perilaku itu masuk ke dalam catatan Allah swt dan akan menjadi nilai baik kita saat kita dalam pengadilan akhirat nanti.

            “Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.”

            Khusus bagi orang Indonesia, membalas rasa hormat dengan cara lebih baik ataupun dengan cara yang sama, secara langsung sudah melaksanakan sila kedua dari Pancasila, yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sikap membalas rasa hormat itu adalah ciri-ciri manusia yang beradab. Di samping itu, sekaligus pula telah melaksanakan sila ketiga dari Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia. Sikap saling menghormati dengan cara-cara yang baik, bahkan lebih baik lagi akan secara langsung memperkuat jalinan rasa kemanusiaan, kesetiakawanan, dan persaudaraan di antara sesama warga bangsa. Dengan demikian, Indonesia semakin kuat, semakin utuh, dan jauh dari konflik dan perpecahan yang sama sekali tidak diperlukan.

            Insyaallah.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment