Friday, 28 July 2017

Menyelesaikan Masalah

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Untuk menyelesaikan masalah di antara kaum muslimin dan manusia pada umumnya, sesungguhnya harus kembali kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Dengan kembali kepada Allah swt dan Rasul, semuanya bisa jernih dan terang-benderang. Masalah-masalah yang harus diselesaikan itu bukan hanya masalah ritual keagamaan, pemahaman agama, atau segala yang terkait dengan keyakinan, melainkan pula masalah-masalah sosial kemasyarakatan.

            Kata Allah swt, “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu beriman kepada hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An Nisa 4 : 59)

            Cara mengembalikan masalah kepada Allah swt tentu saja dengan berdoa dan mencari ayat-ayat Al Quran yang berkaitan dengan perbedaan pendapat tersebut. Jika ayat-ayat Al Quran sudah menerangkan hal yang paling benar, patuhilah ayat tersebut sehingga semuanya bisa terselesaikan dengan baik. Di samping itu, kita dapat mencari jalan keluar melalui sunnah Nabi Muhammad. Di dalam sunnah itu terkandung kata-kata Nabi Muhammad, perilakunya, sejarah hidupnya, sejarah yang hidup dan terjadi di seputar dirinya, serta asbabun nuzul ayat-ayat Al Quran. Itulah yang harus dijadikan patokan dalam menyelesaikan segala persengketaan ataupun perdebatan di antara kaum muslimin.

            Jika saat ini kita masih melihat kerasnya perdebatan, persengketaan, dan perselisihan, baik fisik, verbal, maupun yang lainnya, menandakan bahwa kaum muslimin tidak mengembalikan perbedaan-perbedaan itu kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Kaum muslimin masih sering menggunakan hawa nafsu pribadinya, egoisme dirinya, dan harga diri organisasinya untuk menyelesaikan masalah dengan mendesakkan keinginan agar pendapat sendirilah yang paling benar. Sungguh teramat sesat hidup dengan cara seperti itu. Kaum muslimin masih terjebak dalam keinginan untuk “menang” dalam perselisihan dan bukan keinginan untuk mendapatkan “kebenaran” demi kebaikan. Padahal, mereka sama-sama mengaku muslim dan mukmin. Itulah sebuah kesesatan. Sesat itu artinya tidak menemukan jalan yang benar. Kalau menemukan jalan yang benar, ya sudah tidak sesat lagi. Jalannya sudah benar dan lurus. Jalan yang lurus itu ada pada Allah swt dan Rasul-Nya, bukan berada pada hawa nafsu dan egoisme pribadi.

            Pelajari Al Quran, profil Muhammad, dan segala sesuatu yang terjadi di seputar Al Quran dan Muhammad. Itulah patokan kebenaran bagi setiap kaum muslimin.

            Khusus bagi kaum muslimin Indonesia, dengan mengembalikan segala permasalahan kepada Allah swt dan Rasul-Nya, sudah jelas sekali sesuai dengan sila ketiga dari Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia. Dengan mengembalikan segalanya kepada Allah swt dan Rasul-Nya, Indonesia bisa aman dari perpecahan dan terlepas dari persengketaan yang sama sekali tidak diperlukan. Itu artinya, persatuan terjaga.

            Di samping itu, dengan mengembalikan segala perbedaan pendapat kepada Allah swt dan Rasul-Nya, kita pun akan terhindar dari saling menghujat, saling memaki, saling memfitnah, dan saling berbohong. Itu artinya, kita telah melaksanakan sila kedua dari Pancasila, yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Maksudnya, kita akan memperlakukan lawan debat atau mereka yang berbeda pendapat dengan kita secara beradab, adil, dan manusiawi. Kita akan berada dalam lingkaran saling menghormati dan saling menghargai.

            Hal yang paling penting dari itu semua adalah jelas sekali bahwa dengan mengembalikan segala permasalahan kepada Allah swt dan Rasul-Nya, kita sudah mengejawantahkan pengamalan sila pertama dari Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita wajib meyakini Tuhan Yang Maha Esa dan membuktikan keyakinan itu dengan mengembalikan segala masalah pada petunjuk dari Allah swt.

            Jika masih bertengkar tanpa mengembalikan masalah kepada Allah swt dan Rasul-Nya, kalian sesungguhnya tidak islami sekaligus tidak Pancasilais.

            Demi Allah swt, kalian tidak islami sekaligus tidak Pancasilais. Sesat dalam hawa nafsu sendiri-sendiri.


            Sampurasun

No comments:

Post a Comment