Tuesday 14 April 2020

Gagal Move On dari Jokowi


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Banyak orang yang tak mampu melupakan Jokowi. Tampaknya, mereka tak bisa ke lain hati. Hanya Jokowi yang terbayang di pikirannya. Padahal, Pilpres RI sudah usai, tetapi Jokowi masih terus diomongin setiap hari dari pagi hingga pagi lagi. Sementara itu, orang-orang sudah move on dari Prabowo Subianto, saingan Jokowi di Pilpres RI April 2019 lalu. Perbincangan tentang Prabowo sudah sangat sedikit meskipun pasti ingat, tapi sudah sangat jauh berkurang.

            Untuk apa sih ngomongin Jokowi terus?

            Takut Jokowi jadi presiden lagi nanti?

            Tidak akan bisa kan cuma dua periode.

            Pengen Jokowi jatuh?

            Itu mah cuma mimpi.

            Pengen Jokowi mundur?

            Jokowi bukan tipe orang yang suka mundur sejak masih tukang kayu. Lagian, para pendukungnya tidak akan membiarkan Jokowi mundur.

            Kan sudah dibilangin kalaupun Jokowi tidak terus menjadi presiden, gantinya pasti Wapres RI Maruf Amin. Kalau juga tidak bisa, gantinya bisa Ketua MPR RI Bambang Soesatyo atau Ketua DPR RI Puan Maharani. Kalau mereka tidak bisa juga, pemimpin Indonesia dipegang triumvirat, tiga menteri, yaitu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

            Jokowi adalah Presiden RI yang sah di dalam negeri, di luar negeri, bahkan saingannya pun, Prabowo Subianto, membantu Jokowi dalam melaksanakan pemerintahan. Jadi, suka atau tidak, setuju atau tidak, mengakui atau tidak, Jokowi adalah Presiden RI.

            Lalu, buat apa terus-terusan ngomongin Jokowi?

            Nggak ada kerjaan pisan.

            Hal yang harus dilakukan sekarang oleh seluruh rakyat adalah membantu Jokowi sampai akhir jabatannya agar Indonesia bisa lebih baik lagi dan tetap bertahan dari berbagai macam bahaya. Bantuan itu bisa berupa dukungan atau kritikan, bukan buliyan, fitnahan, atau hoax.

            Kritikan itu perlu dan pasti bermanfaat. Misalnya, Jokowi itu salah melakukan …. Akibat kesalahan Jokowi adalah …. Seharusnya Jokowi melakukan …. Supaya rakyat dan negara menjadi ….

            Begitu cara mengkritik secara sederhana.

            Kalau buliyan, fitnahan, hoakan, sama sekali tidak bermanfaat dan tidak akan didengar karena tidak ada gunanya. Mereka inilah yang tidak bisa “move on” dari Jokowi. Mereka selalu ingat Jokowi. Sayangnya, tak ada manfaatnya, malah membahayakan dirinya sendiri. Kalau sampai melanggar UU ITE, tiba-tiba polisi datang ke rumahnya dan dijemput untuk tidur di kantor polisi, baru menyesal dan malu.

            Kalau ada yang masih ingat, dulu sebelum Pilpres RI April 2019 saya mengingatkan jika ingin menjatuhkan atau mengalahkan Jokowi, jangan ngomongin Jokowi terus. Sebaiknya, perbanyak menulis atau memposting berbagai hal tentang kehebatan Prabowo. Akan tetapi, orang-orang nggak mau menurut. Tulisan saya di blog saya itu dibaca lebih dari 200.000 orang. Mereka terus saja membicarakan Jokowi, baik yang jelek maupun yang bagus. Akibatnya, hampir seluruh orang Indonesia membicarakan Jokowi. Para pendukungnya membicarakan kehebatan Jokowi, mereka yang anti membicarakan hal yang jelek tentang  Jokowi. Intinya, hanya satu nama itu yang  muncul dan terekam di kepala banyak orang, Jokowi. Dengan demikian, orang lebih mudah mengingatnya.

            Hasilnya, Jokowi menang, bukan?

            Coba kalau nama itu tidak banyak dibicarakan, hasilnya mungkin akan berbeda. Nggak mau pada nurut sih.

            Kecewa kan jadinya?

            Hal yang sama terjadi pada Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta saat ini. Ketika terjadi banjir yang menghebohkan Jakarta kemarin-kemarin itu, Anies dibanjiri hujatan, makian, bahkan gugatan ke pengadilan oleh warganya sendiri karena tidak mampu mengatasi banjir. Di samping itu, Anies pun mendapatkan dukungan penuh dari para pendukungnya.

            Tidak masalah tentang dukungan atau hujatan, tetapi yang jelas nama Anies banyak sekali muncul pada berbagai media cetak, elektronik, maupun Medsos. Akibatnya, ketika pengamat politik M. Qodari membuat survey tentang orang yang tepat untuk menjadi presiden RI jika pemilihan dilakukan saat ini, Anies menduduki peringkat kedua setelah Prabowo. Itu artinya Anies Baswedan adalah orang yang tepat untuk menjadi presiden RI saat ini jika Prabowo tidak ikut pencalonan Pilpres lagi. Itu versi survey M. Qodari.

            Jika ingin Anies menjadi presiden pada 2024, teruslah menulis atau memposting tentang kehebatan Anies Baswedan dan jangan lagi membicarakan Jokowi agar memori di kepala masyarakat hanya ada satu nama yang muncul, yaitu Anies Baswedan. Kalau masih gagal move on dari Jokowi, memori masyarakat terpecah dan masih mengingat Jokowi. Akibatnya, masyarakat akan mengikuti calon yang didukung Jokowi untuk Pilpres RI 2024.

            Meskipun berkelakar, Jokowi telah menyebut satu nama untuk 2024, yaitu Sandiaga Uno. Anies itu dekat dengan PKS, sedangkan Sandiuno itu kader Gerindra. Mereka berdua pada dasarnya berbeda dan sangat mungkin untuk bersaing pada 2024 untuk mendapatkan kursi presiden.

            Hal yang juga patut diingat bahwa Anies menjadi peringkat kedua setelah Prabowo adalah disebabkan dengan perhitungan bahwa Prabowo tidak lagi mencalonkan. Kalau Prabowo mencalonkan lagi, ya Prabowo yang kemungkinan besar menjadi presiden berikutnya. Hal itu disebabkan Anies wajar mendapatkan perhatian yang besar karena nama dan wajahnya sering muncul pada berbagai media dan Medsos, baik hal yang bagus maupun yang jelek. Prabowo yang sudah sangat kurang tampil pada berbagai media dan Medsos ternyata masih nomor satu. Apalagi nanti kalau masa kampanye lagi, Prabowo pasti akan lebih sering tampil kembali. Di samping itu, kemungkinan besar para pendukung Jokowi menjadi pemilih Prabowo karena Prabowo adalah menteri-nya Jokowi dan dekat dengan Ketua PDIP Megawati Soekarnoputri.

            Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah Anies bisa menjadi posisi atas adalah disebabkan pula calon-calon presiden RI lain masih belum bergerak menampilkan diri sebagai calon presiden. Paling tidak, saya mendengar calon presiden selain Anies adalah ya itu tadi Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, dan Khofifah Indarparawansa.

            Coba move on dari Jokowi. Bantu saja dia dengan dukungan dan kritikan. Sekeras apa pun kritikan pasti bermanfaat. Sekeras apapun buliyan, hinaan, makian, fitnahan, atau hoakan sama sekali tidak bermanfaat. Itu hanya ledakan emosi mirip cewek cengeng yang cowoknya direbut saingannya.   

            Tulislah hal-hal yang hebat tentang Anies Baswedan kalau mau Anies nanti jadi presiden. Kalau mau yang lain, bukan Anies, ya tulis hal-hal yang hebat tentang jagoannya, jangan lupa move on dari Jokowi.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment