Saturday 11 April 2020

Hoax dan Pemerintah Berperan dalam Aksi Tolak Jenazah


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Sungguh sangat menyedihkan kita menyaksikan jenazah-jenazah korban virus corona/Covid-19. Mereka banyak yang ditolak oleh warga untuk dimakamkan di wilayahnya. Hal yang membuat lebih sedih sekaligus mengesalkan adalah para tenaga kesehatan yang telah berjasa memberikan pengobatan dan perawatan terhadap pasien virus corona yang kemudian tertular dan meninggal pun ditolak.

            Lalu, mau dimakamkan di mana mereka?

            Mungkin orang-orang itu hanya bisa bilang, “Terserah di mana saja, asal bukan di tempat kami!”

            Itu jawaban manusia egois, tidak berperasaan, tidak berpengetahuan, tidak terdidik hatinya, dan tidak cerdas memberikan solusi. Mereka tahunya hanya protes sambil tidak punya jalan keluar yang baik.

            Saya melihatnya ada dua penyebab besar di balik aksi-aksi penolakan jenazah ini. Penyebab itu adalah “hoax” dan “kurangnya koordinasi dari pemerintah”.

            Pertama, hoax jelas merusakkan banyak hal. Banyak sekali hoax yang bertebaran tentang virus corona di Medsos. Hal itu membuat orang-orang panik luar biasa hingga mempercayai saja informasi yang beredar tanpa dicek kebenarannya. Sampai-sampai serangga kecil disebut bentuk virus corona saja dipercaya.

            Iya kan?

            Demikian pula tentang penyebaran virus corona dari jenazah pun dibuat narasi yang luar biasa dan tidak masuk akal sehingga menakutkan dan menyesatkan.

            Bolehlah kalau para dokter dan para ahli berbeda pendapat, tetapi jangan di Medsos!

            Perbedaan pendapat ilmiah itu harus di ruang sidang khusus. Buat makalah hasil penelitian, lalu diuji dan diperdebatkan oleh sesama ahli sehingga ilmunya sah teruji serta dapat dipertanggungjawabkan. Kalau di Medsos, lalu dibaca orang-orang bodoh dan tolol soal kedokteran seperti saya ini, bisa menyesatkan dan mengacaukan.

            Hoax itu benar-benar mengacaukan dan pelakunya berdosa besar. Hoax itu bohong, sebagian orang mengatakan bahwa bohong itu dosa kecil. Iya kalau berbohongnya sama satu orang, misalnya, sama tukang bala-bala. Itu kecil karena yang ruginya sedikit hanya tukang bala-bala dan keluarganya. Akan tetapi, kalau berbohongnya kepada orang banyak, seluruh rakyat Indonesia, bahkan dunia, itu dosa teramat besar karena kerusakan yang ditimbulkannya sangat besar.

            Kedua, pemerintah pun memiliki andil dalam aksi-aksi penolakan jenazah ini. Hal itu disebabkan pemerintah kurang melakukan koordinasi, sosialisasi, dan pencerahan terhadap masyarakat soal jenazah, penularan virus, dan proses pemakamannya. Dari berbagai berita di televisi, masyarakat tiba-tiba dikejutkan oleh adanya ambulans dan pemberitahuan mendadak soal pemakaman korban virus di wilayahnya. Tentu saja itu membuat reaksi mendadak pula dari masyarakat.

            Pemerintah itu memiliki organisasi yang terstruktur dari pusat sampai daerah, memiliki ribuan ahli dan dokter yang berada di bawah menteri kesehatan, memiliki pula kewenangan dan sarana komunikasi dari pusat hingga daerah. Seharusnya itu digunakan untuk memberikan sosialisasi, koordinasi, dan pencerahan sehingga terjadi kesepahaman antara pemerintah dan masyarakat. Memang pemerintah harus lebih ekstra bekerja untuk berkomunikasi dengan masyarakat, apalagi jika berhadapan dengan orang-orang yang sudah digelapkan matanya oleh hoax sehingga kebenaran pun akan mereka tolak karena lebih percaya pada hoax, gemar hoax. Itu tantangan tersendiri bagi pemerintah dan jajarannya.


Kekuatan Jahat Syetan Hoax
Pemerintah ternyata cepat belajar dari kesalahannya yang terdahulu. Akhir-akhir ini pemerintah melakukan banyak upaya koordinasi dan komunikasi dengan masyarakat jika ada jenazah korban Covid-19 yang akan dimakamkan. Upayanya banyak menunjukkan keberhasilan, tetapi masih ada pula warga yang tetap menolak, padahal jenazah itu adalah perawat kesehatan dan masih warga setempat sendiri. Bahkan, jenazahnya sudah diurus dengan baik sesuai prosedur yang berlaku di dunia kesehatan. Setidaknya, itu yang saya perhatikan dari berbagai berita.

            Hoax itu benar-benar hasil karya syetan jahat.

            Pemerintah sudah mulai belajar dari kesalahannya meskipun masih ada kekurangannya dan harus terus belajar menyempurnakan upayanya. Akan tetapi, para penggemar hoax tidak berhenti hingga ditangkap polisi atau mati dalam keadaan berdosa karena telah menyebarkan “penipuan dan kebohongan” kepada orang banyak.

            Kalau sudah ditangkap, biasanya mereka mengaku “khilaf” dan sadar atas kesalahannya, lalu meminta maaf kepada masyarakat. Masih untung mereka bisa bertaubat di dalam penjara. Kalau tidak sempat taubat, keburu mati, bencana besar tanpa henti sudah pasti dideritanya secara abadi jika Allah swt tidak mengampuninya.

            Meskipun pada beberapa wilayah memang ada penolakan, masih ada juga warga yang sangat terbuka tangan dan hatinya menerima jenazah korban virus corona yang ditolak di wilayah lain untuk dimakamkan di wilayahnya. Bersyukurlah masih banyak orang yang baik hatinya, tercerdaskan pikirannya, dan berhati-hati dalam tindakannya.

            Semoga Allah swt selalu melindungi orang-orang baik yang bertindak dengan pikiran benar. Semoga Allah swt pun membuka pikiran orang-orang yang masih tertutup hatinya dan masih tertipu, bahkan menyebarkan hoax. Semoga Allah swt memberikan kita kekuatan dan perlindungan dalam masa wabah ini sehingga kita terselamatkan, baik di dunia maupun di akhirat.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment