oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Ada banyak judul buku
tentang “langit”. Misalnya, membuka pintu langit, mengetuk pintu langit,
menjadi penduduk langit, atau terkenal di kalangan penduduk langit. Jika
berbicara tentang langit, selalu tentang kebaikan, pahala, kemuliaan,
keagungan, keluhuran, kedekatan dengan Allah swt, dan lain sebagainya.
Kalaulah pahala dan segala keistimewaan itu kita
ibaratkan air, lalu langit adalah reservoir, untuk mengalirkan air itu, kita
memerlukan pipa dan kran. Dengan pipa dan kran, air itu dapat mengalir ke
rumah-rumah kita. Demikian pula dengan pahala dan segala keagungan langit,
untuk mengalirkannya, kita membutuhkan kran agar sampai ke diri kita. Banyak
sekali kran yang diberikan Allah swt untuk mengalirkan pahala itu dari langit.
Salah satunya adalah dipegang oleh kita semua, yaitu “handphone” (Hp).
Saya sudah menulis ini berulang-ulang dan selalu teringat
Prof. Mohamad Surya (Alm.). Kalau akan mengusulkan undang-undang untuk
memperbaiki negara, selalu berkeliling dulu ke masyarakat, pejabat, dan
perusahaan, baik milik swasta maupun milik pemerintah. Dari merekalah, kita
mendapatkan masukan tentang berbagai hal untuk diperbaiki, kemudian dibuat
naskah akademik untuk mempertajam kebutuhan-kebutuhan masyarakat itu sehingga
DPR RI dan pemerintah paham serta tidak menolak usulan kita. Begitu caranya
untuk membuat undang-undang, bukan dengan makian, kata-kata kasar, apalagi
tindakan anarkis yang nggak ada ujung-pangkalnya.
Dalam suatu perjalanan untuk mendengar aspirasi
masyarakat itu, di dalam mobil Prof. Surya mengajak ngobrol.
“Tom, saya bikin buku itu agar bermanfaat bagi orang
lain. Tidak perlu terjual habis saat ini. Siapa tahu 5,10, atau 20 tahun lagi
ada anak-anak muda yang membaca buku saya. Lalu, mereka mendapatkan manfaat dan
dipraktikan ilmunya untuk masyarakat. Mudah-mudahan, ilmu dari buku itu
pahalanya terus mengalir kepada saya, bahkan sampai ke kuburan saya,” katanya.
“Insyaalllah,
Prof.,” jawab saya.
Di Gedung Kura-Kura yang diperebutkan orang itu |
Buku-bukunya sampai sekarang ada dan digunakan, terutama oleh mereka yang berkecimpung dalam bidang psikologi, bimbingan siswa, bimbingan keluarga, dan bimbingan anak. Dia Guru Besar dari Universitas Pendidikan Indonesia (Upi).
Bagi Prof. Surya, buku adalah kran untuk mengalirkan
pahala dari langit. Saya yakin selama ilmu dari buku-bukunya yang kemudian
diamalkan atau dipraktikan untuk kebaikan masyarakat, selama itu pula kran
pahala itu terbuka dan mengalir kepadanya, baik selama hidup maupun sampai
sekarang meskipun sudah wafat. Pahala itu tidak berhenti untuknya.
Tidak semua orang bisa bikin buku. Akan tetapi, kita
punya kran untuk mengalirkan pahala, yaitu Hp yang sering kita pegang. Jika
kita menulis atau memposting hal-hal baik yang bermanfaat dan mendorong
masyarakat untuk selalu sadar berbuat baik, lalu banyak orang yang melakukan
kebaikan karena diingatkan oleh kita, pahala dari langit pun akan mengalir
kepada kita selama kita hidup, bahkan hingga ke kuburan kita. Postingan yang
bermanfaat dari kita dilaksanakan orang lain, lalu diajarkan atau disampaikan
ke orang lain lagi, kemudian disampaikan ke orang lain lagi, bahkan disampaikan
ke anak dan cucunya, begitu seterusnya. Pahala kita pun tidak akan pernah
berhenti mengalir untuk kita terus dan terus. Insyaallah, hidup kita akan terang di dunia dan terang pula di
akhirat.
Sebaliknya, jika kita gemar memposting keburukan, hal-hal
terlarang, fitnah, berita dusta, hoax, kekejian, penghinaan, makian yang tidak
berdasar, lalu ada orang yang percaya terhadap postingan buruk kita, lalu disebarkan
kepada orang lain lagi, disebarkan lagi ke orang lain, begitu seterusnya, apa
yang akan mengalir kepada kita?
Semakin banyak orang yang terpengaruh oleh kezaliman
kita, semakin banyak dosa yang menempel di tubuh kita hingga hidup kita berat
dengan memikul dosa. Aura kita menghitam dan gelap. Tak ada ketenangan yang
kita rasakan karena gelombang dosa terlalu banyak. Segala dosa itu mengalir
hingga ke kuburan kita terus dan terus selama ada orang yang melakukan
keburukan karena terpengaruh postingan kita yang buruk.
Pikirkan hal itu.
Cek postingan-postingan kita, apakah banyak manfaatnya
atau banyak buruknya. Bersihkan segala keburukan itu, mulailah dengan kebaikan.
Jangankan di akhirat nanti, sekarang saja kita sudah bisa
melihat sendiri baik dan buruknya kita melalui postingan-postingan kita. Banyak
orang ditangkap dan dipenjara gara-gara postingan atau komentar buruknya.
Coba ukur sendiri berat kebaikankah atau keburukankah?
Kemudian, perkirakan di mana tempat kita sebetulnya kini
dan nanti.
Jangan bicarakan orang lain. Bicarakan saja diri kita
sendiri karena pada akhirnya kita
bertanggung jawab atas diri kita sendiri dan bukan mempertanggungjawabkan hidup
orang lain.
Yuk, sama-sama bersihkan Medsos kita dari
postingan-postingan buruk. Kita hitung sama-sama diri masing-masing. Gunakan Hp
sebagai kran untuk mengalirkan pahala dari langit, bukan menarik segala dosa ke
tubuh kita.
Belajarlah dan terus belajar tanpa henti karena belajar
itu wajib dari buaian hingga liang lahat. Bagi yang mau belajar di Universitas
Al-Ghifari, klik http://pmb.unfari.ac.id
Sampurasun
No comments:
Post a Comment