Saturday, 18 April 2020

Kran Pahala

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Ada banyak judul buku tentang “langit”. Misalnya, membuka pintu langit, mengetuk pintu langit, menjadi penduduk langit, atau terkenal di kalangan penduduk langit. Jika berbicara tentang langit, selalu tentang kebaikan, pahala, kemuliaan, keagungan, keluhuran, kedekatan dengan Allah swt, dan lain sebagainya.

            Kalaulah pahala dan segala keistimewaan itu kita ibaratkan air, lalu langit adalah reservoir, untuk mengalirkan air itu, kita memerlukan pipa dan kran. Dengan pipa dan kran, air itu dapat mengalir ke rumah-rumah kita. Demikian pula dengan pahala dan segala keagungan langit, untuk mengalirkannya, kita membutuhkan kran agar sampai ke diri kita. Banyak sekali kran yang diberikan Allah swt untuk mengalirkan pahala itu dari langit. Salah satunya adalah dipegang oleh kita semua, yaitu “handphone” (Hp).

            Saya sudah menulis ini berulang-ulang dan selalu teringat Prof. Mohamad Surya (Alm.). Kalau akan mengusulkan undang-undang untuk memperbaiki negara, selalu berkeliling dulu ke masyarakat, pejabat, dan perusahaan, baik milik swasta maupun milik pemerintah. Dari merekalah, kita mendapatkan masukan tentang berbagai hal untuk diperbaiki, kemudian dibuat naskah akademik untuk mempertajam kebutuhan-kebutuhan masyarakat itu sehingga DPR RI dan pemerintah paham serta tidak menolak usulan kita. Begitu caranya untuk membuat undang-undang, bukan dengan makian, kata-kata kasar, apalagi tindakan anarkis yang nggak ada ujung-pangkalnya.

            Dalam suatu perjalanan untuk mendengar aspirasi masyarakat itu, di dalam mobil Prof. Surya mengajak ngobrol.

            “Tom, saya bikin buku itu agar bermanfaat bagi orang lain. Tidak perlu terjual habis saat ini. Siapa tahu 5,10, atau 20 tahun lagi ada anak-anak muda yang membaca buku saya. Lalu, mereka mendapatkan manfaat dan dipraktikan ilmunya untuk masyarakat. Mudah-mudahan, ilmu dari buku itu pahalanya terus mengalir kepada saya, bahkan sampai ke kuburan saya,” katanya.

            “Insyaalllah, Prof.,”  jawab saya.

Di Gedung Kura-Kura yang diperebutkan orang itu

            Buku-bukunya sampai sekarang ada dan digunakan, terutama oleh mereka yang berkecimpung dalam bidang psikologi, bimbingan siswa, bimbingan keluarga, dan bimbingan anak. Dia Guru Besar dari Universitas Pendidikan Indonesia (Upi).

            Bagi Prof. Surya, buku adalah kran untuk mengalirkan pahala dari langit. Saya yakin selama ilmu dari buku-bukunya yang kemudian diamalkan atau dipraktikan untuk kebaikan masyarakat, selama itu pula kran pahala itu terbuka dan mengalir kepadanya, baik selama hidup maupun sampai sekarang meskipun sudah wafat. Pahala itu tidak berhenti untuknya.

            Tidak semua orang bisa bikin buku. Akan tetapi, kita punya kran untuk mengalirkan pahala, yaitu Hp yang sering kita pegang. Jika kita menulis atau memposting hal-hal baik yang bermanfaat dan mendorong masyarakat untuk selalu sadar berbuat baik, lalu banyak orang yang melakukan kebaikan karena diingatkan oleh kita, pahala dari langit pun akan mengalir kepada kita selama kita hidup, bahkan hingga ke kuburan kita. Postingan yang bermanfaat dari kita dilaksanakan orang lain, lalu diajarkan atau disampaikan ke orang lain lagi, kemudian disampaikan ke orang lain lagi, bahkan disampaikan ke anak dan cucunya, begitu seterusnya. Pahala kita pun tidak akan pernah berhenti mengalir untuk kita terus dan terus. Insyaallah, hidup kita akan terang di dunia dan terang pula di akhirat.

            Sebaliknya, jika kita gemar memposting keburukan, hal-hal terlarang, fitnah, berita dusta, hoax, kekejian, penghinaan, makian yang tidak berdasar, lalu ada orang yang percaya terhadap postingan buruk kita, lalu disebarkan kepada orang lain lagi, disebarkan lagi ke orang lain, begitu seterusnya, apa yang akan mengalir kepada kita?

            Semakin banyak orang yang terpengaruh oleh kezaliman kita, semakin banyak dosa yang menempel di tubuh kita hingga hidup kita berat dengan memikul dosa. Aura kita menghitam dan gelap. Tak ada ketenangan yang kita rasakan karena gelombang dosa terlalu banyak. Segala dosa itu mengalir hingga ke kuburan kita terus dan terus selama ada orang yang melakukan keburukan karena terpengaruh postingan kita yang buruk.

            Pikirkan hal itu.

            Cek postingan-postingan kita, apakah banyak manfaatnya atau banyak buruknya. Bersihkan segala keburukan itu, mulailah dengan kebaikan.

            Jangankan di akhirat nanti, sekarang saja kita sudah bisa melihat sendiri baik dan buruknya kita melalui postingan-postingan kita. Banyak orang ditangkap dan dipenjara gara-gara postingan atau komentar buruknya.

            Coba ukur sendiri berat kebaikankah atau keburukankah?

            Kemudian, perkirakan di mana tempat kita sebetulnya kini dan nanti.

            Jangan bicarakan orang lain. Bicarakan saja diri kita sendiri karena  pada akhirnya kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri dan bukan mempertanggungjawabkan hidup orang lain.

            Yuk, sama-sama bersihkan Medsos kita dari postingan-postingan buruk. Kita hitung sama-sama diri masing-masing. Gunakan Hp sebagai kran untuk mengalirkan pahala dari langit, bukan menarik segala dosa ke tubuh kita.

            Belajarlah dan terus belajar tanpa henti karena belajar itu wajib dari buaian hingga liang lahat. Bagi yang mau belajar di Universitas Al-Ghifari, klik http://pmb.unfari.ac.id


            Sampurasun

No comments:

Post a Comment