Wednesday, 15 April 2020

Move On


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Hari ini mulai terasa berkurang orang yang membicarakan Jokowi. Syukurlah karena nggak ada  untungnya juga terus-terusan membicarakan Jokowi, ngabisin waktu, ngabisin energi. Kita tinggal bantu saja dia dengan dukungan dan kritikan.

            Yang sudah mampu “move on” dari Jokowi, sebaiknya menggunakan waktu dan energinya untuk lebih berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih penting. Dalam masa “physicall  distancing”  ini, kita memiliki lebih banyak waktu luang untuk melakukan introspeksi dan evaluasi diri. Banyak hal yang dapat kita evaluasi.

            Orang biasanya selalu memikirkan uang, kedudukan, cinta, dan hubungan manusia. Hal-hal itu dapat kita evaluasi. Kita bisa mulai dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang kita tujukan pada diri sendiri.

            Mengapa orang lain uangnya lebih banyak?

            Mengapa kedudukan orang lain lebih tinggi?

            Mengapa orang lain mudah mendapatkan cinta?

            Mengapa orang lain lebih dihormati dan diperlukan dibandingkan diri kita?

            Mengapa sih kita selalu menderita dan kekurangan terus?

            Banyak pertanyaan yang dapat kita tujukan kepada diri kita untuk menjadi bahan introspeksi dan evaluasi diri. Tujuannya, tak lain untuk membuat hidup kita lebih baik lagi pada masa depan.

            Untuk menjawab hal itu, tidak perlu kita menuding orang lain sebagai penyebab segala kesusahan kita karena hal itu sama sekali tidak memperbaiki diri kita. Kalau kita selalu menyalahkan orang lain, kita akan selalu tenggelam dalam kesusahan, penderitaan, kegelisahan, dan kebingungan. Hal itu disebabkan kita tidak bisa mengatur hidup orang lain. Satu-satunya manusia yang bisa kita atur adalah diri kita sendiri. Jawablah dengan jujur bahwa penyebab kesusahan kita itu adalah diri kita sendiri.

            Kita harus memegang adagium “hal yang terjadi hari ini kepada kita disebabkan perilaku kita pada masa lalu dan perilaku kita hari ini menentukan masa depan kita sendiri”. Masa lalu, masa kini, dan masa depan saling terhubung dan saling mempengaruhi. Untuk memahami hari ini, kita bisa mengingat masa lalu.

            Apakah dulu ketika zaman sekolah atau kuliah kita rajin, disiplin, dan serius?

            Apakah ketika memiliki pekerjaan kita berusaha maksimal dan bekerja keras?

            Apakah kita jujur atau curang terhadap orang lain dalam bisnis kita?

            Apakah kita disiplin dan selalu menghormati atasan kita?

            Apakah kita menggunakan penghasilan kita untuk hal-hal yang penting atau sama sekali tidak penting?

            Apakah banyak orang yang merasa nyaman dengan kita atau malah banyak yang terlukai oleh kita, baik fisik maupun hatinya?

            Banyak hal yang bisa kita evaluasi. Jika kita jujur, insyaallah kita punya kekuatan untuk menjadi orang yang lebih baik lagi dalam segala hal dibandingkan hari ini.

            Yuk sama-sama introspeksi dan evaluasi diri, jangan banyak ngomongin Jokowi. Jangan menggantungkan hidup kita kepada pemimpin. Orang yang masih berharap hidupnya diurus oleh pemimpinnya adalah orang-orang lemah yang hidup pada zaman kerajaan atau negara yang baru merdeka. Kita harus “move on” dari masa itu. Kita harus kuat hidup dengan kemampuan diri kita. Diri kita harus punya daya jual yang tinggi dalam kehidupan ekonomi. Kalau daya jualnya masih rendah, tingkatkan kualitas diri dengan mengikuti berbagai pendidikan, pelatihan, dan mencontoh pengalaman hidup orang lain yang lebih sukses.

            Orang lain bisa bikin pesawat terbang, handphone, roket, motor, mobil, mengatur ekonomi orang banyak, mengatur kehidupan orang lain, mempengaruhi negara, bisnis antarnegara, ahli kedokteran, masa kita tidak bisa meningkatkan kualitas hidup diri kita sendiri. Move on dari masa lalu, ke masa yang lebih baik.

            Begitu juga saya bersama teman-teman di Program Studi Hubungan Internasional (HI), Fisip, Universitas Al-Ghifari berusaha mengevaluasi diri agar lebih meningkat pada masa depan. Bukan hanya universitas yang harus maju, melainkan pula para mahasiswa harus mendapat jalan untuk mendapatkan pekerjaan yang berhubungan dengan aktivitas internasional dalam rangka mewakili Indonesia dalam kancah percaturan internasional. Oleh sebab itu, saya dan teman-teman berusaha berhubungan dengan Prodi HI dari universitas lain, mengajak mahasiswa untuk memahami organisasi internasional seperti Asean, memperkenalkan bagaimana kepentingan nasional Indonesia diperjuangkan melalui jalur wakil rakyat di tingkat internasional, mempererat pergaulan dengan komunitas-komunitas Korea Selatan dan Amerika Serikat, mendorong mahasiswa untuk meneliti perusahaan-perusahaan Indonesia yang berskala internasional, mengajak mahasiswa untuk mengunjungi negara-negara luar, minimal yang dekat-dekat dulu, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dengan demikian, jalur-jalur untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan dalam dunia kerja internasional dapat lebih terbuka dan mahasiswa dapat memanfaatkannya dengan baik.





            Untuk kunjungan ke luar negeri, sebenarnya sudah direncanakan dalam waktu dekat ini, namun karena ada pandemi Covid-19, ditunda dulu hingga wabah ini diangkat Allah swt. Insyaallah, jika semua sudah memungkinkan, semua program kunjungan ke luar negeri atau menerima tamu dari luar negeri dapat berjalan normal sebagaimana yang diharapkan.

            Sekali lagi, yuk move on dari situasi lama ke situasi yang baru dengan kemampuan diri sendiri. Dengan mengevaluasi diri serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diri, setelah pandemi corona ini selesai, kita dapat lebih kuat dan lebih sukses dalam hidup dan kehidupan.

            Bagi yang ingin meningkatkan kualitas diri di Universitas Al-Ghifari, klik http://pmb.unfari.ac.id

            Sampurasun

No comments:

Post a Comment