Monday, 20 April 2020

Tidak Shaum Ramadhan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kaget dengan usul tidak puasa saat Ramadhan?

            Biasa saja ah. Kan banyak orang Islam yang tidak perlu puasa ketika Ramadhan. Bahkan, saya juga pernah melarang isteri untuk puasa karena sedang hamil dan kondisinya luar biasa lemah. Dia kesal ingin tubuhnya segar bugar dan beraktivitas seperti biasa.

            Saya bilang, “Jangan puasa.”

            Setelah menghentikan puasanya, isteri saya kembali bugar. Itu kenyataan. Artinya, ada orang-orang yang tidak usah puasa dan menggantinya dengan puasa pada bulan lain atau membayar fidyah. Ketentuannya sudah ada.

            Beberapa waktu ini kita dikejutkan oleh adanya usul untuk tidak melakukan shaum atau puasa pada bulan Ramadhan karena situasi berada dalam keadaan dilanda pandemi Covid-19. Pertama kali mengetahuinya, saya langsung merasa lucu, pengen ketawa.

           Kan memang sudah ada aturannya, siapa yang tidak perlu puasa dan siapa yang tetap wajib puasa?

            Tidak ada usulan pun, keadaannya sudah seperti itu. Kalaupun ada usulan, ya biarin saja. Dia yang punya usul tidak mengerti tentang hal itu. Cuekin saja.

            Usulan itu menjadi viral karena warganet juga yang membuatnya menjadi terkenal melalui Medsos. Demikian pula media main stream ikut semakin menghebohkannya.

            Yang mengajukan usul untuk tidak puasa pada Ramadhan itu namanya “Rudi Valinka” melalui akun twitter-nya.

            Siapa sih Rudi Valinka itu?

            Ahli syariat Islam, fikih, atau ahli kesehatan?

            Dia kan bukan siapa-siapa.

            Terus, mengapa harus dihebohkan?

            Dia diviralkan karena disebut-sebut sebagai “relawan Jokowi” dan penulis “A Man Called Ahok”. Artinya, ada dimensi politis di sana. Orang-orang menyeret Jokowi dan Ahok pada diri Rudi Valinka. Padahal, Jokowi dan Ahok tidak ada urusannya dengan usulan Rudi Valinka.

            Ingat, Pilpres 2019 sudah usai. Tidak ada gunanya menjatuhkan Jokowi dan Ahok juga sudah dihukum.

            Hey, wake up!

            Sadar!

            Jangan biarkan Rudi Valinka menjadi semakin terkenal. Diemin saja.

            Masih banyak yang harus dipikirkan dan dikerjakan dibandingkan hal-hal yang ecek-ecek seperti itu. Misalnya, kita harus mengurus keluarga kita, terutama mempersiapkan anak-anak kita, baik anak kandung maupun anak didik supaya lebih hebat dibandingkan kita.

            Rudi Valinka itu saya duga nyontek usulan dari politisi Aljazair, namanya  “Noureddine Boukrouh”. Dia memang sebelumnya mengusulkan menunda puasa Ramadhan di Aljazair untuk menghadapi penyebaran virus corona. Katanya, orang yang berpuasa rentan untuk sakit. Padahal, dia cuma politisi, bukan dokter dan bukan ahli syariat Islam. Usulannya itu membuat publik Aljazair heboh. Itu menguntungkan bagi dia dari sisi popularitas. Makanya, seharusnya diemin saja, aturannya sudah ada kok tentang siapa yang wajib berpuasa dan tidak perlu berpuasa. Pegang saja aturan itu, beres semuanya.

            Dalam kondisi “physicall distancing” ini, anggap saja kita seperti ulat jelek menakutkan yang sedang berada dalam kempompong, tidak bisa kesana-kemari. Diam di tempat sambil membina dan mempersiapkan diri hingga waktunya tiba keluar dari kepompong dan menjadi kupu-kupu yang indah menawan hati. Banyak introspeksi diri, mendekatkan diri pada Illahi. Apalagi jika sudah masuk Ramadhan, lebih banyak kesempatan dan anugerah untuk memperbaiki diri. Mari kita sama-sama manfaatkan kesempatan itu.

            Kalau Allah swt mengangkat wabah Covid-19 dari Indonesia pada akhir Ramadhan ini, berarti kita memiliki “tiga kemenangan”. Ingat, kita sering menyebut “Idul Fitri” sebagai “Hari  Kemenangan” disebabkan sejarahnya kita memiliki “dua kemenangan”, yaitu “menang menyelesaikan puasa sebulan penuh” dan “menang mengusir penjajah” dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan “Jumat, 9 Ramadhan 1364”. Jika wabah ini diangkat Allah swt pada Ramadhan, kita punya tiga kemenangan karena ditambah satu kemenangan, yaitu “menang dengan kesabaran menghadapi ujian berupa wabah penyakit”.

            Hayu ah, mari, daripada ngomongin usulan Si Rudi Valinka yang bukan ahli syariat Islam dan bukan pula ahli kesehatan, lebih baik persiapkan diri hingga selepas wabah ini kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik lagi. Bagi yang ingin membina dan mempersiapkan diri dan atau keluarga untuk menjadi lebih baik lagi bersama kami, klik http://pmb.unfari.ac.id




           Sampurasun.

No comments:

Post a Comment