Thursday, 29 August 2019

Bahaya Rasisme


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Sebetulnya, bahaya rasisme sudah dirasakan umat manusia dari zaman ke zaman. Oleh sebab itu, manusia yang waras otak selalu menentang sikap dan keyakinan yang rasis.

            Sikap rasis jelas menimbulkan ketidakadilan dalam kehidupan manusia. Sekelompok manusia merasa lebih tinggi dibandingkan manusia lainnya atas dasar perbedaan ras. Kelompok yang lain merasa lebih rendah dibandingkan yang lebih tinggi. Apabila kondisi keyakinan ini terus-menerus terjadi, manusia menjadi semakin yakin bahwa memang ada ras yang lebih tinggi atau lebih rendah di dalam dunia ini. Itu sebuah kebodohan dan kita sudah mengalaminya. Puncaknya, karena rasisme tidak sesuai dengan fitrah manusia, terjadilah kemarahan, kekesalan, pemberontakan, pembunuhan, penganiayaan, dan perang di antara manusia.

            Ras manusia yang merasa diri lebih tinggi merasa berhak untuk menguasai dan mengatur sekehendak mereka atas ras manusia lain yang dianggap lebih rendah. Demikian pula dalam menikmati karunia sumber daya alam. Kekuasaan ekonomi hanya berpusat pada ras-ras yang dianggap tinggi. Adapun ras rendah dianggap penonton yang hanya boleh menikmati kehidupan ini dalam batas-batas yang diatur oleh ras yang lebih tinggi.

            Penjajahan adalah contoh nyata dari bahaya rasis yang sudah terjadi. Dalam buku-buku karya Harun Yahya, dijelaskan bahwa penjajahan itu terjadi disebabkan teori evolusi  yang diperkenalkan oleh Charles Darwin. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa para pendukung teori ini tetap yakin bahwa manusia berasal dari kera/monyet yang mengalami perubahan bertahap untuk menjadi manusia. Dalam pendapat mereka, monyet yang sudah sempurna menjadi manusia adalah orang-orang kulit putih Eropa. Oleh sebab itu, mereka merasa berhak untuk menjajah monyet-monyet yang belum sempurna menjadi manusia. Orang-orang berkulit hitam atau kulilt berwarna lainnya dianggap belum menjadi manusia, masih setengah monyet. Mereka menganggap harus dan wajar menjajah karena mereka manusia dan negeri yang dijajah itu didiami makhluk setengah binatang. Indonesia pun dianggap negeri yang dipenuhi manusia setengah monyet. Oleh sebab itu, layak untuk dijajah.

            Akan tetapi, para ahli yang jujur mengatakan bahwa rasisme adalah kedok dari para imperialis untuk menguasai sektor-sektor ekonomi yang dimiliki oleh bangsa lainnya. Itu kenyataannya.

            Indonesia pun sempat mengalami tekanan rasis yang luar biasa sehingga rakyatnya percaya bahwa dirinya adalah manusia kelas rendahan yang hidupnya harus dituntun oleh para penjajah. Oleh sebab itu, Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Ir. Soekarno mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah 100% rakyat kelas kambing. Hal itu pulalah yang membuat sulit Soekarno untuk membangkitkan semangat perlawanan rakyat terhadap penjajahan. Bahkan, Soekarno dianggap rakyatnya sendiri sebagai pembuat onar karena melawan keyakinan rakyat selama itu yang sudah sangat percaya bahwa dirinya manusia rendahan yang harus selalu dicokok hidungnya dan dituntun oleh orang lain untuk sekedar ikut hidup.

            Begitulah sedikit contoh dari bahaya sikap rasis, membuat ras tertentu merasa lebih hebat dan tinggi serta membuat ras lainnya merasa lebih rendah. Akibatnya, kehidupan menjadi tidak adil dan tidak seimbang. Lebih jauhnya, menentang fitrah manusia hingga menimbulkan perang-perang yang berisi pembunuhan dan penganiayaan di antara manusia.

            Masih banyak bahaya rasisme lainnya. Pokoknya, bersikap rasis itu menentang fitrah manusia dan berbahaya bagi keseimbangan hidup manusia.

            Sampurasun.   

No comments:

Post a Comment