oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sebetulnya, bahaya rasisme
sudah dirasakan umat manusia dari zaman ke zaman. Oleh sebab itu, manusia yang
waras otak selalu menentang sikap dan keyakinan yang rasis.
Sikap rasis jelas menimbulkan ketidakadilan dalam
kehidupan manusia. Sekelompok manusia merasa lebih tinggi dibandingkan manusia
lainnya atas dasar perbedaan ras. Kelompok yang lain merasa lebih rendah
dibandingkan yang lebih tinggi. Apabila kondisi keyakinan ini terus-menerus
terjadi, manusia menjadi semakin yakin bahwa memang ada ras yang lebih tinggi
atau lebih rendah di dalam dunia ini. Itu sebuah kebodohan dan kita sudah
mengalaminya. Puncaknya, karena rasisme tidak sesuai dengan fitrah manusia,
terjadilah kemarahan, kekesalan, pemberontakan, pembunuhan, penganiayaan, dan
perang di antara manusia.
Ras manusia yang merasa diri lebih tinggi merasa berhak
untuk menguasai dan mengatur sekehendak mereka atas ras manusia lain yang
dianggap lebih rendah. Demikian pula dalam menikmati karunia sumber daya alam. Kekuasaan
ekonomi hanya berpusat pada ras-ras yang dianggap tinggi. Adapun ras rendah
dianggap penonton yang hanya boleh menikmati kehidupan ini dalam batas-batas
yang diatur oleh ras yang lebih tinggi.
Penjajahan adalah contoh nyata dari bahaya rasis yang
sudah terjadi. Dalam buku-buku karya Harun
Yahya, dijelaskan bahwa penjajahan itu terjadi disebabkan teori evolusi yang diperkenalkan oleh Charles Darwin.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa para pendukung teori ini tetap yakin bahwa
manusia berasal dari kera/monyet yang mengalami perubahan bertahap untuk
menjadi manusia. Dalam pendapat mereka, monyet yang sudah sempurna menjadi
manusia adalah orang-orang kulit putih Eropa. Oleh sebab itu, mereka merasa
berhak untuk menjajah monyet-monyet yang belum sempurna menjadi manusia.
Orang-orang berkulit hitam atau kulilt berwarna lainnya dianggap belum menjadi
manusia, masih setengah monyet. Mereka menganggap harus dan wajar menjajah
karena mereka manusia dan negeri yang dijajah itu didiami makhluk setengah
binatang. Indonesia pun dianggap negeri yang dipenuhi manusia setengah monyet.
Oleh sebab itu, layak untuk dijajah.
Akan tetapi, para ahli yang jujur mengatakan bahwa
rasisme adalah kedok dari para imperialis untuk menguasai sektor-sektor ekonomi
yang dimiliki oleh bangsa lainnya. Itu kenyataannya.
Indonesia pun sempat mengalami tekanan rasis yang luar
biasa sehingga rakyatnya percaya bahwa dirinya adalah manusia kelas rendahan
yang hidupnya harus dituntun oleh para penjajah. Oleh sebab itu, Pemimpin Besar
Revolusi Indonesia Ir. Soekarno mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah 100% rakyat kelas kambing. Hal itu
pulalah yang membuat sulit Soekarno untuk membangkitkan semangat perlawanan
rakyat terhadap penjajahan. Bahkan, Soekarno dianggap rakyatnya sendiri sebagai
pembuat onar karena melawan keyakinan rakyat selama itu yang sudah sangat
percaya bahwa dirinya manusia rendahan yang harus selalu dicokok hidungnya dan
dituntun oleh orang lain untuk sekedar ikut hidup.
Begitulah sedikit contoh dari bahaya sikap rasis, membuat
ras tertentu merasa lebih hebat dan tinggi serta membuat ras lainnya merasa
lebih rendah. Akibatnya, kehidupan menjadi tidak adil dan tidak seimbang. Lebih
jauhnya, menentang fitrah manusia hingga menimbulkan perang-perang yang berisi pembunuhan
dan penganiayaan di antara manusia.
Masih banyak bahaya rasisme lainnya. Pokoknya, bersikap
rasis itu menentang fitrah manusia dan berbahaya bagi keseimbangan hidup
manusia.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment