Tuesday 13 August 2019

Saat Peluru Telah Letih, Indonesia Jadi Pilihan Perdamaian


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kita tahu bahwa Afghanistan, Pakistan, dan Taliban terlibat persengketaan bersenjata berebut kekuasaan yang tak berakhir hingga kini. Kawasan itu tak sepi dari pertarungan yang membuat banyak korban jiwa tak terhitung. Upaya mereka hingga kini tak juga berhasil. Tak kurang dari Amerika Serikat dan Eropa beserta Nato-nya berupaya keras meminimalisasi kekerasan bersenjata di kawasan ini, namun hasilnya masih tidak menggembirakan.

            Ketika permusuhan bersenjata dan upaya barat tak juga menghasilkan perdamaian yang maksimal, mereka pun melirik Indonesia.

            Salah seorang delegai utama ulama Afghanistan Ataullah Lodin pernah berkata di Bogor, “Telah banyak saudara-saudari kami yang mengalami penderitaan berkepanjangan."

            Hal yang senada pun dilaporkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa pada 2018 ada sekitar 3.804 penduduk sipil termasuk lebih dari 900 anak tewas dan tujuh ribu lainnya mengalami luka-luka dalam konflik di Afghanistan. Selain itu, wilayah kekuasaan dan pengaruh Taliban di Afghanistan juga dilaporkan semakin luas meski AS menggulingkan mereka pada 2001 silam.

            Perdamaian semakin sulit terwujud ketika Taliban tidak mau berdialog dengan Afghanistan karena menganggap bahwa Afghanistan adalah boneka barat. Sementara itu, pemerintah Afghanistan tidak mau ditinggalkan pasukan barat karena khawatir serangan dari Taliban. Di samping itu, Pakistan yang dituduh sebagai sekutu Taliban membantah ikut mengacaukan situasi karena keamanan di Afghanistan merupakan kunci pula bagi perdamaian di dalam negeri Pakistan.

            Beruntung, mereka mempercayai Indonesia yang tidak memiliki kepentingan apa pun terhadap mereka di kawasan itu. Indonesia hanya peduli terhadap perdamaian dunia.

            Menurut Basri Sidehabi, orang yang ditugaskan Jusuf Kalla untuk membawa delegasi Taliban dari Qatar ke Indonesia, Taliban sangat mempercayai Indonesia karena hubungan dekat kedua negara. Selain itu, Taliban menilai Indonesia tidak mempunyai agenda selain ingin melihat perdamaian terwujud di Afghanistan.

            Di samping itu, pengalaman Indonesia dalam menyelesaikan konflik di dalam negeri bisa bermanfaat untuk memfasilitasi proses perdamaian di Afghanistan. Keterlibatan Indonesia dalam upaya perdamaian tersebut atas permintaan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang disampaikan kepada Joko Widodo saat melawat ke Indonesia pada 2017.

            Indonesia memang memiliki pengalaman yang luar biasa dalam menyelesaikan konflik di dalam negeri melalui proses dialog, misalnya, konflik di Aceh; Ambon, Poso; Papua. Soal Papua memang masih ada kericuhan kecil-kecil, tetapi pada dasarnya mayoritas rakyat Papua sudah bersedia berdamai dan membangun bersama-sama dalam kerangka NKRI.

            Berbagai konflik tersebut bisa diselesaikan tidak lepas dari peranan Wapres RI Jusuf Kalla di dalamnya. Jusuf Kalla memang berpengalaman dalam hal itu. Tak heran jika Taliban merasa lebih dekat dengan Jusuf Kalla.

            Baik Pakistan, Afghanistan, maupun Indonesia sepakat untuk mengadakan dialog dan pertemuan para akademisi secara tripartit untuk mencari jalan bagi perdamaian. Lebih istimewa lagi Taliban pun bersedia untuk ikut serta dalam berbagai dialog yang dipimpin Indonesia sebagai tuan rumah tersebut. Semoga Indonesia dapat menularkan berbagai pengalamannya dalam menyelesaikan berbagai konflik yang ada di dunia.

            Hal yang patut diperhatikan adalah ketika dunia memandang Indonesia sebagai negara yang diharapkan untuk berperan serta dalam upaya perdamaian, sangatlah aneh jika kita justru meneladani ingin hidup seperti negara-negara yang sedang berkonflik yang sesungguhnya sedang meminta bantuan Indonesia untuk menyelesaikan kemelut yang dihadapinya.

            Indonesia memang sudah selayaknya berperan banyak dalam perdamaian dunia sebagaimana politik luar negerinya yang Bebas dan Aktif, bebas dari tekanan negara mana pun dan aktif dalam menciptakan perdamaian dunia.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment