Berdebat
Apa Agama Terbaik
oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Tom Finaldin
Setiap pemeluk agama apa pun
akan menganggap agamanya adalah terbaik dan menganggap agama lainnya lebih
lemah dibandingkan agama yang dianutnya. Buktinya, mereka tetap berada dalam
agamanya masing-masing dan bangga dengan agamanya. Jika ada pemeluk agama lain
yang berbeda dengan dirinya menunjukkan kelemahan agama yang dianutnya, mereka
akan tersinggung. Mereka mencoba mengerahkan ilmunya untuk menunjukkan
kehebatan agamanya. Kalau tidak bisa, mereka akan menghina agama pemeluk agama
lain yang dianggap menghinanya. Bahkan, bisa berujung kekerasan fisik. Di
Amerika Serikat panitia perlombaan menggambar Nabi Muhammad saw ditembaki
orang. Di Perancis dan Italia ada teror bom dengan alasan di negeri itu banyak
yang menghina Allah swt dan Nabi Muhammad saw. Di India apalagi ada masjid
besar yang diruntuhkan massa karena dianggap tanah itu merupakan kelahiran dewa
tertentu. Masih banyak kasus yang lain. Itu kenyataannya. Tidak bisa dibantah.
Dengan pemahaman seperti itu, di Indonesia ada larangan
untuk menghina agama lain. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga ketenteraman dan
menumbuhkan kerukunan.
Apabila ada yang ingin menunjukkan bahwa agamanya yang
terbaik di hadapan agama lainnya, boleh saja. Akan tetapi, jangan di tempat
umum. Berdebatlah di ruangan tertutup, misalnya, di kelas, aula, ruang rapat,
dan tidak boleh menggunakan pengeras suara ke luar ruangan. Setiap pemuka agama
sepakat untuk berdebat secara keilmuan dan sama-sama berjanji untuk tidak
saling sakit hati, tidak beralih ke pertarungan fisik, dan tidak saling
menuntut secara hukum. Berdebatlah secara akademis. Semua perdebatan hanya ada
di dalam ruangan. Begitu ke luar dari pintu ruangan, perdebatan harus berakhir,
semua harus kembali rukun.
Jangan berdebat di ruang umum, jangan di media sosial
karena perdebatan akan berujung saling hina, saling maki, jauh dari ilmu
pengetahuan, yang ada hanya kata-kata kotor murahan dan tidak berpendidikan.
Lebih jauh lagi bisa menimbulkan kasus hukum karena perdebatan menjadi tidak
terkendali dan tidak ilmiah.
Boleh berdebat, tetapi harus tertata, teratur, ilmiah.
Jangan takut berdebat. Justru melalui perdebatan, kita bisa belajar banyak.
Untuk apa takut berdebat jika kita memang yakin agama
kita adalah yang terbaik?
Berdebatlah dengan baik karena tidak ada toleransi dalam agama.
Toleransi bukanlah dalam hal agama, melainkan dalam hal hubungan antarumat
beragama, hubungan sesama manusia, interaksi masyarakat.
Itu pun jika ingin berdebat. Kalaupun tidak ingin
berdebat, ya nggak apa-apa juga. Saya hanya mengingatkan bagi mereka yang ingin
berdebat, gunakan ruangan tertutup, terbatas, dan tidak perlu menggunakan
pengeras suara. Jangan di ruang umum atau fasilitas yang bisa diakses siapa
saja.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment