Friday, 9 August 2019

Kebohongan Memancing Kebohongan Lainnya


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Kebohongan sekarang semakin menghiasi kehidupan manusia dengan sangat cepat dan masif. Hal itu disebabkan semakin mudahnya manusia menyebarkan kebohongan dengan menggunakan media sosial.

            Kebohongan dalam era post-truth ini dikenal dengan istilah hoax, ‘berita palsu’. Menurut ahli psikologi, sekali berbohong, orang paling tidak, harus berbohong dua puluh kali untuk menutupi kebohongannya yang pertama jika kebohongan yang pertama mulai dipertanyakan. Dari ke-20 kebohongan yang digunakan untuk menutupi kebohongan itu, bisa timbul kebohongan lanjutan yang berlipat-lipat. Akhirnya, dia akan menjadi “pendusta”, penggila hoax.

            Coba perhatikan contoh yang saya buat ini. Seseorang yang belum pernah melaksanakan ibadat haji ke Mekah, mengaku-aku dirinya sudah berhaji. Sebut saja namanya Si X sedang berada di dalam pertemuan para haji di suatu tempat.

X         : Alhamdulillah, saya juga sudah haji. (Kebohongan pertama)

Haji A : Kapan, Pak?

X         : Alhamdulillah, tahun kemarin. (Kebohongan kedua)

Haji B : Sama keluarga, Pak?

X         : Iya, kami berenam pergi sama-sama. (Kebohongan ketiga)

Haji C : Wah, besar dong biayanya.

X         : Iya, Pak Haji. Saya habis lima ratus juta. (Kebohongan keempat)

Haji A : Mahal amat.

X       : Wajarlah Pak. Kami kan setelah ibadat haji, jalan-jalan ke Palestina, Yaman, Maroko, dan tempat-tempat lain. Terus, beli oleh-oleh untuk tetangga, kerabat, dan teman-teman. (Kebohongan kelima)

            Begitulah seterusnya. Kebohongan pertama harus ditutupi oleh kebohongan lainnya agar tidak ketahuan bohongnya dan orang-orang yakin bahwa dirinya tidak berbohong, padahal tipu.

            Demikian pula para produsen hoax yang gemar memproduksi hoax akan terus-terusan berdusta untuk menutupi hoax-nya yang pertama kali. Jadi, tidak perlu heran jika di Medsos berseliweran berita-berita dusta karena kebohongan itu akan memancing kebohongan lainnya untuk mempertahankan diri bahwa dirinya tidak berbohong dan berupaya keras menipu orang bahwa kebohongan itu bukan dusta, melainkan kenyataan.

            Apabila Sang Pembohong itu tidak segera bertaubat, jadilah dia pendusta yang berakhlak dusta karena dia akan berdusta dengan sangat ringan tanpa beban dan tak takut dosa.

            Perhatikan saja di Medsos ataupun dalam kehidupan sehari-hari, para pembohong itu selalu berbohong, menebar hoax, dan orangnya yang itu-itu juga.

Sampurasun

No comments:

Post a Comment