oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kebohongan sekarang semakin
menghiasi kehidupan manusia dengan sangat cepat dan masif. Hal itu disebabkan
semakin mudahnya manusia menyebarkan kebohongan dengan menggunakan media
sosial.
Kebohongan dalam era post-truth
ini dikenal dengan istilah hoax, ‘berita palsu’. Menurut ahli psikologi, sekali
berbohong, orang paling tidak, harus berbohong dua puluh kali untuk menutupi
kebohongannya yang pertama jika kebohongan yang pertama mulai dipertanyakan. Dari
ke-20 kebohongan yang digunakan untuk menutupi kebohongan itu, bisa timbul kebohongan
lanjutan yang berlipat-lipat. Akhirnya, dia akan menjadi “pendusta”, penggila
hoax.
Coba perhatikan contoh yang saya buat ini. Seseorang yang
belum pernah melaksanakan ibadat haji ke Mekah, mengaku-aku dirinya sudah berhaji.
Sebut saja namanya Si X sedang berada di dalam pertemuan para haji di suatu
tempat.
X : Alhamdulillah, saya juga sudah haji. (Kebohongan pertama)
Haji A : Kapan, Pak?
X : Alhamdulillah, tahun kemarin. (Kebohongan kedua)
Haji B : Sama keluarga, Pak?
X : Iya, kami berenam pergi sama-sama. (Kebohongan ketiga)
Haji C : Wah, besar dong biayanya.
X : Iya, Pak Haji. Saya habis lima ratus juta. (Kebohongan
keempat)
Haji A : Mahal amat.
X : Wajarlah Pak. Kami kan setelah ibadat haji, jalan-jalan ke
Palestina, Yaman, Maroko, dan tempat-tempat lain. Terus, beli oleh-oleh untuk
tetangga, kerabat, dan teman-teman. (Kebohongan kelima)
Begitulah seterusnya. Kebohongan pertama harus ditutupi
oleh kebohongan lainnya agar tidak ketahuan bohongnya dan orang-orang yakin
bahwa dirinya tidak berbohong, padahal tipu.
Demikian pula para produsen hoax yang gemar memproduksi
hoax akan terus-terusan berdusta untuk menutupi hoax-nya yang pertama kali.
Jadi, tidak perlu heran jika di Medsos berseliweran berita-berita dusta karena
kebohongan itu akan memancing kebohongan lainnya untuk mempertahankan diri
bahwa dirinya tidak berbohong dan berupaya keras menipu orang bahwa kebohongan
itu bukan dusta, melainkan kenyataan.
Apabila Sang Pembohong itu tidak segera bertaubat,
jadilah dia pendusta yang berakhlak dusta karena dia akan berdusta dengan
sangat ringan tanpa beban dan tak takut dosa.
Perhatikan saja di Medsos ataupun dalam kehidupan
sehari-hari, para pembohong itu selalu berbohong, menebar hoax, dan orangnya yang
itu-itu juga.
Sampurasun
No comments:
Post a Comment