oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Begitulah yang dikatakan
Habib Abdillah Toha, politisi senior pejuang reformasi. Saya mengenal Habib
Abdillah Toha ketika zaman aksi demonstrasi 1998 meruntuhkan pemerintahan
Soeharto. Dia itu tokoh yang banyak mengkritik pemerintah sekaligus ikut
membangun bangsa. Sekarang beliau sudah sepuh, tetapi tetap aktif berpikir dan
memberikan banyak kritikan pada pemerintahan Jokowi. Meskipun banyak
mengkritik, dia tetap terhormat, tak ada orang yang mencacinya karena kritikannya
disampaikan dengan cara yang benar dan terpelajar. Tidak kampungan,
teriak-teriak sambil memaki-maki orang.
Dia ikut kesal dengan kelakuan Bahar yang selalu membuat
kegaduhan, padahal baru saja keluar dari penjara. Habib Abdillah Toha
menyarankan aparat keamanan untuk tidak lagi memasukkan Bahar ke penjara,
tetapi ke rumah sakit jiwa, kemudian dipasung sampai sembuh.
Soal gangguan kejiwaan Bahar ini pernah pula disampaikan
oleh politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dede Uki. Menurutnya, Bahar
ini menderita gangguan jiwa yang disebut dalam ilmu psikologi sebagai “superiority complex”. Penyakit ini
berupa kepercayaan diri yang berlebihan, merasa diri lebih baik dibandingkan
orang lain. Jalur yang dipakai Bahar adalah garis keturunannya. Dia sangat
mengagungkan garis nasab, menganggap diri paling benar, tidak mau dipandang
rendah, dan tidak mau mendengarkan orang lain. Di samping itu, orang yang
berpenyakit seperti ini kerap berbicara tanpa bukti dan fakta.
Habib Kribo Zen Assegaf menyebut orang-orang seperti Bahar
ini adalah “penyembah nasab”, ‘penyembah
garis keturunan’. Padahal, habib itu tidak ada apa-apanya, tidak ada jaminan
sebagai manusia suci. Kata Habib Kribo, ahlul bait yang disucikan itu hanya ada
lima orang, yaitu: Nabi Muhammad saw, Fatimah, Ali bin Abi Thalib, serta Hasan
Husen. Selebihnya, bukan ahlul bait. Dirinya sendiri sebagai habib mengaku
bukan orang suci, sama saja seperti orang lain.
Karena di Indonesia ini banyak orang awam, miskin
literasi, sengsara pengalaman, dan kurang pengetahuan, menganggap habib adalah
orang sangat mulia dan sangat hebat. Kita memang harus menghormati darahnya
sebagai keturunan Nabi Muhammad saw, tetapi kalau kelakuannya buruk, jangan
diikuti. Demikian pula kata Gus Nuril yang telah berkeliling dunia ke
mana-mana, hanya di Indonesia para habib ini diperlakukan seolah-olah orang
yang sangat suci. Di negara mayoritas muslim lain, tidak seperti itu, biasa
saja.
Kurangnya pengetahuan orang Indonesia inilah yang tampaknya
match dengan gangguan kejiwaan Bahar yang suka dipuji dirinya dalam penilaian
Dede Uki. Oleh sebab itu, tak heran Habib Abdillah Toha menyarankan Bahar bin
Smith dimasukkan ke rumah sakit jiwa, kemudian dipasung hingga sembuh.
Dede Uki pun menjelaskan bahwa ada temannya yang masih habib
dan satu marga Smith dengan Bahar tidak mendukung kelakuan Bahar. Bahkan,
banyak marga Smith yang sangat kesal terhadap perilaku Bahar.
Hal yang sangat saya khawatirkan adalah anak-anak muda
yang ikut-ikutan mendukung Bahar karena sangat berbahaya. Kita sudah punya
contoh anak-anak muda yang mati di jalan tol km 50 yang membawa senjata, lalu
menantang polisi malah mati ditembak polisi. Orang mau bilang mereka mujahid
atau syuhada, terserah. Yang jelas mereka mati, hidupnya terhenti, padahal
masih banyak kesempatan pada masa depan yang dapat mereka raih dengan gemilang
dan menambah banyak manfaat bagi dirinya dan masyarakat.
Mau berapa banyak lagi yang mati?
Tadi malam saya hanya melihat satu orang berseragam TNI
yang akan menguber Bahar dan mengancam menangkap Bahar. Sebelum saya menulis
ini, ada lagi dua orang yang berseragam TNI juga mengancam Bahar. Kali ini saya
lebih yakin mereka memang prajurit TNI dilihat dari tubuhnya yang mirip-mirip
dengan murid-murid saya anggota TNI dan kepolisian. Mahasiswa-mahasiswa saya
yang TNI dan polisi itu seukuran tubuhnya dengan orang berbaju TNI di video yang
marah dan mengancam Bahar. Di samping itu, tak ada bantahan dari institusi TNI
bahwa orang-orang yang dalam video itu adalah prajurit TNI AD.
Saya khawatir jika anak-anak muda yang masih polos-polos terseret
ikut masuk dalam pusaran kemarahan para prajurit itu. Kemudian, menjadi korban
yang sebetulnya tidak perlu terjadi. Mereka seharusnya lebih memikirkan masa
depannya agar lebih baik, lebih bermanfaat bagi dirinya, keluarganya,
masyarakatnya sehingga menjadi muslim-muslim cerdas dan tangguh membangun diri
dan masyarakatnya menjadi lebih baik dan mendapatkan banyak cinta dari Allah
swt.
Sampurasun.
Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=xPljgmFAZzI
No comments:
Post a Comment