oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Makin mengerikan dan makin
kacau persoalan Bahar bin Smith ini. Setelah banyak pihak yang akan mencarinya
untuk membuat perhitungan dengannya serta ada yang mengajak berduel, pengikut
Bahar pun bereaksi dengan mengancam akan membunuh orang-orang yang dianggap
menantang Bahar. Mereka saling ancam lewat Youtube dan lewat WA. Saya berharap
ini tidak terjadi, tetapi kalau mereka beneran ketemu di mana saja atau kapan
saja, perkelahian hingga mati pun bisa terjadi tak terelakkan.
Beginikah situasi yang sangat diharapkan?
Kalau ini terjadi, berarti kita hidup mundur ribuan tahun
ke belakang ke masa jahililyah, kebodohan dan kesesatan. Adanya, demokrasi dan
hukum itu adalah untuk mencegah terjadinya kekerasan dan pembunuhan fisik.
Semua orang boleh bersaing mendapatkan yang diinginkannya, tetapi tidak dengan
cara menggunakan kekerasan fisik. Berbeda dengan zaman dulu, keinginan dan
kekuasaan itu diraih dengan cara kekerasan hingga pembunuhan.
Kalaulah sekarang ada orang yang mengaku-aku habib,
ulama, profesor, dosen, pejabat, pengusaha, atau siapa pun yang mengajak pada
kekerasan fisik, dia berarti orang bodoh dan tolol yang hanya mementingkan
dirinya sendiri dan tidak memikirkan nasib orang lain. Mereka menggerakkan dan
mempengaruhi orang agar berkelahi untuk kepentingan dirinya sendiri. Orang lain
dibiarkan melarat dan menderita, sementara dirinya sendiri berharap harta dan
kedudukan untuk kesenangannya sendiri. Jangan bodoh dan jangan mudah ditipu.
Jika saja terjadi perkelahian, bahkan saling bunuh
gara-gara ceramah Bahar, urusannya akan menjadi panjang. Mereka sama-sama
memiliki keluarga, teman, atau grup. Lalu, temannya menuntut balas, terjadi
lagi kekerasan, kemudian dibalas lagi, kerusakan akan terus berlanjut. Ini
berbahaya.
Jika dihitung jumlah, pengikut Bahar ini sangat sedikit
dibandingkan mereka yang tidak suka Bahar. Paling cuma beberapa ribu. Karena
Bahar dianggap suka menghina Jokowi, pendukung Jokowi marah. Data survey terakhir,
kepuasan rakyat terhadap Jokowi mencapai 82,3%. Artinya, bisa dikatakan jumlah
anti-Bahar jauh lebih banyak, bisa mencapai angka 150 juta lebih. Pengikut
Bahar bisa jadi bulan-bulanan.
Kalau
huru-hara ini terjadi, akan ada banyak ibu kehilangan anaknya, istri yang
menjadi janda, anak kehilangan ayahnya, ayah kehilangan anaknya, saudara
kehilangan saudaranya karena mati berseteru. Banyak masa depan yang terganggu. Hal
ini tidak perlu terjadi, baik kepada pendukung Bahar maupun kepada mereka yang
anti-Bahar.
Orang
boleh bilang saya terlalu mendramatisasi, tetapi sesungguhnya saya merasa
ngeri.
Soalnya,
saya pernah mendengar sendiri ada Ormas yang bajunya loreng-loreng bilang,
“Kalau mereka masih begitu, kita akan karungin satu-satu. Kita pukulin di dalam
karung.”
Mudah-mudahan
hal ini tidak akan pernah terjadi. Semuanya bisa diselesaikan tanpa harus ada
perkelahian.
Kuncinya
ada di kepolisian. Polisi harus segera menjelaskan status Bahar. Kalau memang
Bahar bersalah dan ada bukti yang cukup dalam pandangan kepolisian, segera
tangkap Bahar supaya terjadi keamanan. Tinggal diteruskan ke kejaksaan dan
dilanjutkan ke pengadilan, biar hakim yang lebih menentukan apakah benar
bersalah atau tidak. Sebaliknya, jika polisi tidak memiliki bukti yang cukup
bahwa Bahar telah melakukan pelanggaran hukum, segera umumkan kepada masyarakat
luas bahwa tidak ada bukti dan alasan kuat untuk memenjarakan Bahar. Semua
pihak harus menerima penjelasan kepolisian dan tidak perlu memaksakan kehendak
kepada polisi, baik untuk memenjarakannya atau tidak. Biarkan polisi bekerja
berdasarkan hukum.
Saya
dengar polisi sedang mempelajari rupa-rupa laporan tentang Bahar. Itu bagus.
Akan tetapi, jangan terlalu lama karena masyarakat sudah tegang dan
sewaktu-waktu bisa meledak kapan saja. Kalau terlalu lama, dikhawatirkan
ketegangan rakyat memuncak, tetapi kepolisian belum memberikan kejelasan,
kekerasan bisa terjadi tiba-tiba. Kalau benar terjadi, orang-orang jelas akan
menyalahkan kepolisian karena bertindak lambat. Polisi akan menjadi pihak yang
dimintai pertanggungjawaban.
Mudah-mudahan
tidak terjadi kekerasan dan semua baik-baik saja. Semua harus belajar dari
pengalaman yang sudah-sudah agar lebih hati-hati berbicara dan bertindak
sehingga tidak membuat marah orang lain yang menyebabkan pelanggaran terhadap
hukum.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment