oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Seperti yang sudah saya duga
sejak kemarin-kemarin bahwa pertarungan antarhabib ini tidak berhenti dan makin
seru. Benar saja, akhir-akhir ini makin keras. Bahkan, bukan hanya para habib
yang berseteru, melainkan pula melibatkan teman-temannya atau sahabat-sahabatnya.
Bagi saya, semakin seru semakin sengit adalah semakin
bagus. Ini menjadi pelajaran nyata dari Allah swt bahwa sesungguhnya mereka
juga sama seperti orang-orang bukan habib, bukan keturunan Nabi Muhammad saw.
Mereka bisa berbeda pendapat, beda pilihan, bertengkar, punya keinginan
terhadap duniawi, harus belajar, dan lain sebagainya yang semuanya sama dengan
kita-kita ini. Di samping itu, semakin heboh pertarungannya semakin baik asal
bertarung dalam ilmu pengetahuan, jangan bertarung adu fisik. Siapa pun yang
memulai adu fisik atau perkelahian, dia adalah orang kampungan, purba, kuno,
kolot, dan tidak berpendidikan. Kalaupun dia habib, tetapi jika memulai atau
memancing adu jotos, bagi saya dia adalah orang yang kampungan dan brengsek.
Jika pertarungannya sebatas debat atau dalam kajian ilmu, saya pun akan
mendapatkan banyak pengetahuan baru. Akan tetapi, jika mulai adu fisik, saya
hanya akan melihat “adu ayam jago” dan itu hanya akan mempermalukan Nabi Muhammad
saw. Saya tidak rela kesucian, keagungan, dan keluhuran akhlak Rasulullah saw
dicederai oleh mereka yang mengaku-aku sebagai keturunannya.
Saya harus memberi istilah kepada para habib yang sedang bertarung
itu. Dulu saya membagi dua istilah, yaitu habib pendukung Prabowo dan habib
pendukung Jokowi. Sekarang istilah itu sudah tidak tepat karena Prabowo sudah
menjadi pendukung setia Jokowi. Saya
mencoba membedakan keduanya saat ini dengan istilah habib grup 212 dan habib grup
pro-Jokowi. Sebut saja habib 212 dan habib Projo. Kedua istilah ini masih belum
tepat juga sebetulnya karena habib Projo ini kerap memberikan kritikan keras
kepada pemerintahan Jokowi jika ada hal yang menurut mereka perlu diluruskan. Akan tetapi, dalam tulisan ini saya harus
membedakan keduanya karena mereka memang berbeda.
Dulu istilah habib ini seolah-olah dimonopoli oleh grup
212 dengan teriakan-teriakannya serta menyebarkan keharusan atau kewajiban
untuk menghormati dan patuh kepada mereka tanpa syarat. Sementara itu, habib
Projo lebih tenang dalam melawan habib 212. Quraish Shihab melawan dengan
perilakunya yang enggan menggunakan gelar habib karena merasa malu kepada Nabi
Muhammad saw dan juga tampak menjadi beban bagi dia karena dengan gelar habib
harus berperilaku sama dengan Nabi Muhammad saw. Terlalu mulia baginya Nabi
Muhammad saw. Alwi Shihab melawan dengan lebih keras, tetapi tetap dengan
bahasa yang lembut dengan mengatakan bahwa sekarang ini ada yang memanfaatkan
gelar-gelar habib untuk kepentingan dirinya sendiri dan bukan untuk kepentingan
Islam atau umat Islam.
Kondisi ini membuat Habib Kribo Zen Assegaf marah besar.
Dia memang sangat keras dan berani. Tak tanggung-tanggung, dia bisa sangat
mudah memberikan cap kepada para habib yang tidak disukainya dengan sebutan “Habib Sakit Jiwa, Habib Gila, Habib Iblis,
Habib Keturunan Campur Syetan”. Dia sangat tidak menyukai para habib yang
membuat kerusakan pada Indonesia dan menyesatkan pikiran umat, apalagi jika
para habib itu hidup mewah dan menuntut umat untuk menjadikannya sebagai
manusia yang paling mulia. Bagi dia, habib itu tidak ada apa-apanya. Semua
manusia memiliki hak yang sama menjadi orang mulia di hadapan Allah swt,
bergantung pada perilaku dan ketakwaannya. Dia sendiri, sebagai habib keturunan
Nabi Muhammad saw, merasa malu kepada rakyat Indonesia karena ada orang-orang
yang mengaku habib keturunan Arab, tetapi membuat kerusakkan di Indonesia.
Kehadiran Habib Kribo dengan segala serangannya yang
sangat keras memukul itu membuat para habib 212 dan teman-temannya kalang
kabut. Mereka mencoba menyerang balik Habib Kribo. Pertarungan pun makin
sengit. Saling serang di media sosial mereka masing-masing dan itu bisa dilihat oleh semua orang. Hal itu sudah
menjadi konsumsi publik. Mereka punya lingkaran persahabatan masing-masing dan
sahabat-sahabatnya itu membantu para habib itu. Habib Kribo bersahabat dengan Gus Nuril. Kalau disebut Gus
Nuril, lingkarannya itu nyambung ke Gus Baha, Gus Mus, dan terkait kepada Habib
Luthfi bin Yahya. Lebih jauh lagi, ya ke Kiyai Hasyim Asyari. Adapula Habib
Husein Baagil yang satu pikiran dengan Habib Kribo untuk selalu menjaga NKRI
dan menghormati para penyelenggara negara sepanjang berada di jalan yang benar.
Sungguh makin sengit pertarungan mereka. Bahkan, kini
semakin memanas karena Habib Kribo dilaporkan oleh Aldo, masih dari kalangan
habib 212, ke kepolisian karena dianggap telah mencemarkan nama baik dirinya. Akan
tetapi, para pendukung Habib Kribo selalu memberikan semangat untuk tidak takut
pada laporan itu. Bahkan, pendukungnya menyatakan bahwa pelaporan itu akan
berbalik kepada Aldo sebagai pelapornya dan bisa justru menjerumuskan Aldo ke
penjara.
Pelaporan
kepada polisi ini bagi saya, sungguh memalukan umat Islam dan sekaligus sangat lucu.
Mengapa memalukan?
Mengapa sangat lucu?
Insyaallah, dalam
tulisan berikutnya saya akan jelaskan pendapat saya. Kalau dijelaskan dalam
tulisan ini, akan terlalu panjang. Bisi cape
macana.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment