Wednesday 15 December 2021

Makin Sengit Tarung Antarhabib

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Seperti yang sudah saya duga sejak kemarin-kemarin bahwa pertarungan antarhabib ini tidak berhenti dan makin seru. Benar saja, akhir-akhir ini makin keras. Bahkan, bukan hanya para habib yang berseteru, melainkan pula melibatkan teman-temannya atau sahabat-sahabatnya.

            Bagi saya, semakin seru semakin sengit adalah semakin bagus. Ini menjadi pelajaran nyata dari Allah swt bahwa sesungguhnya mereka juga sama seperti orang-orang bukan habib, bukan keturunan Nabi Muhammad saw. Mereka bisa berbeda pendapat, beda pilihan, bertengkar, punya keinginan terhadap duniawi, harus belajar, dan lain sebagainya yang semuanya sama dengan kita-kita ini. Di samping itu, semakin heboh pertarungannya semakin baik asal bertarung dalam ilmu pengetahuan, jangan bertarung adu fisik. Siapa pun yang memulai adu fisik atau perkelahian, dia adalah orang kampungan, purba, kuno, kolot, dan tidak berpendidikan. Kalaupun dia habib, tetapi jika memulai atau memancing adu jotos, bagi saya dia adalah orang yang kampungan dan brengsek. Jika pertarungannya sebatas debat atau dalam kajian ilmu, saya pun akan mendapatkan banyak pengetahuan baru. Akan tetapi, jika mulai adu fisik, saya hanya akan melihat “adu ayam jago” dan itu hanya akan mempermalukan Nabi Muhammad saw. Saya tidak rela kesucian, keagungan, dan keluhuran akhlak Rasulullah saw dicederai oleh mereka yang mengaku-aku sebagai keturunannya.

            Saya harus memberi istilah kepada para habib yang sedang bertarung itu. Dulu saya membagi dua istilah, yaitu habib pendukung Prabowo dan habib pendukung Jokowi. Sekarang istilah itu sudah tidak tepat karena Prabowo sudah menjadi pendukung setia Jokowi.  Saya mencoba membedakan keduanya saat ini dengan istilah habib grup 212 dan habib grup pro-Jokowi. Sebut saja habib 212 dan habib Projo. Kedua istilah ini masih belum tepat juga sebetulnya karena habib Projo ini kerap memberikan kritikan keras kepada pemerintahan Jokowi jika ada hal yang menurut mereka perlu diluruskan.  Akan tetapi, dalam tulisan ini saya harus membedakan keduanya karena mereka memang berbeda.

            Dulu istilah habib ini seolah-olah dimonopoli oleh grup 212 dengan teriakan-teriakannya serta menyebarkan keharusan atau kewajiban untuk menghormati dan patuh kepada mereka tanpa syarat. Sementara itu, habib Projo lebih tenang dalam melawan habib 212. Quraish Shihab melawan dengan perilakunya yang enggan menggunakan gelar habib karena merasa malu kepada Nabi Muhammad saw dan juga tampak menjadi beban bagi dia karena dengan gelar habib harus berperilaku sama dengan Nabi Muhammad saw. Terlalu mulia baginya Nabi Muhammad saw. Alwi Shihab melawan dengan lebih keras, tetapi tetap dengan bahasa yang lembut dengan mengatakan bahwa sekarang ini ada yang memanfaatkan gelar-gelar habib untuk kepentingan dirinya sendiri dan bukan untuk kepentingan Islam atau umat Islam.

            Kondisi ini membuat Habib Kribo Zen Assegaf marah besar. Dia memang sangat keras dan berani. Tak tanggung-tanggung, dia bisa sangat mudah memberikan cap kepada para habib yang tidak disukainya dengan sebutan “Habib Sakit Jiwa, Habib Gila, Habib Iblis, Habib Keturunan Campur Syetan”. Dia sangat tidak menyukai para habib yang membuat kerusakan pada Indonesia dan menyesatkan pikiran umat, apalagi jika para habib itu hidup mewah dan menuntut umat untuk menjadikannya sebagai manusia yang paling mulia. Bagi dia, habib itu tidak ada apa-apanya. Semua manusia memiliki hak yang sama menjadi orang mulia di hadapan Allah swt, bergantung pada perilaku dan ketakwaannya. Dia sendiri, sebagai habib keturunan Nabi Muhammad saw, merasa malu kepada rakyat Indonesia karena ada orang-orang yang mengaku habib keturunan Arab, tetapi membuat kerusakkan di Indonesia.

            Kehadiran Habib Kribo dengan segala serangannya yang sangat keras memukul itu membuat para habib 212 dan teman-temannya kalang kabut. Mereka mencoba menyerang balik Habib Kribo. Pertarungan pun makin sengit. Saling serang di media sosial mereka masing-masing dan itu  bisa dilihat oleh semua orang. Hal itu sudah menjadi konsumsi publik. Mereka punya lingkaran persahabatan masing-masing dan sahabat-sahabatnya itu membantu para habib itu. Habib Kribo  bersahabat dengan Gus Nuril. Kalau disebut Gus Nuril, lingkarannya itu nyambung ke Gus Baha, Gus Mus, dan terkait kepada Habib Luthfi bin Yahya. Lebih jauh lagi, ya ke Kiyai Hasyim Asyari. Adapula Habib Husein Baagil yang satu pikiran dengan Habib Kribo untuk selalu menjaga NKRI dan menghormati para penyelenggara negara sepanjang berada di jalan yang benar.

            Sungguh makin sengit pertarungan mereka. Bahkan, kini semakin memanas karena Habib Kribo dilaporkan oleh Aldo, masih dari kalangan habib 212, ke kepolisian karena dianggap telah mencemarkan nama baik dirinya. Akan tetapi, para pendukung Habib Kribo selalu memberikan semangat untuk tidak takut pada laporan itu. Bahkan, pendukungnya menyatakan bahwa pelaporan itu akan berbalik kepada Aldo sebagai pelapornya dan bisa justru menjerumuskan Aldo ke penjara.

Pelaporan kepada polisi ini bagi saya, sungguh memalukan umat Islam dan sekaligus sangat lucu.

            Mengapa memalukan?

            Mengapa sangat lucu?

            Insyaallah, dalam tulisan berikutnya saya akan jelaskan pendapat saya. Kalau dijelaskan dalam tulisan ini, akan terlalu panjang. Bisi cape macana.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment