Friday, 3 December 2021

Pertarungan Antarhabib

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Istilah “habib” ini semakin populer sejak pemilihan presiden pada 2019 lalu. Banyak pendukung Prabowo yang mengaku habib mengumpulkan dan mempengaruhi massa untuk memilih Prabowo. Suara keras para habib ini mendorong para habib lain yang berada di sisi Jokowi. Mereka mendukung Jokowi dan mempengaruhi massa untuk mendukung dan membela Jokowi. Baik para habib pendukung Prabowo maupun pendukung Jokowi sama-sama berdoa untuk kemenangan jagoannya masing-masing agar menjadi presiden.

            Hasilnya, kenyataannya, dukungan dan doa para habib pendukung Jokowi adalah yang dikabulkan Allah swt. Buktinya, Jokowi yang menjadi presiden, adapun Prabowo dihormati Jokowi dengan menjadikannya sebagai menteri pertahanan. Itu kenyataan yang tidak bisa dibantah.

            Hal ini menunjukkan bahwa di antara para habib terjadi perbedaan pendapat, perbedaan pandangan, perbedaan piikiran, dan perbedaan pilihan. Jadi, masyarakat yang tidak merasa sebagai habib, jangan takut dan tidak perlu merasa berdosa jika berbeda pandangan atau pendapat dengan para habib. Toh, di antara mereka sendiri berbeda, tidak satu suara. Bisa kita ingat habib pendukung Prabowo saat itu ada Rizieq Shihab dan Bahar bin Smith; habib pendukung Jokowi ada Quraish Shihab, Alwi Shihab, dan Habib Luthfi bin Yahya. Itu kenyataannya, mereka berbeda posisi. Jadi, tenang saja. Biasa saja, berbeda pendapat itu normal. Hal yang salah itu adalah melakukan kebohongan, fitnah, ujaran kebencian, dan provokasi yang membahayakan nyawa.

            Perbedaan pendapat dan pikiran di antara para habib ini sekarang semakin mengeras dan mengarah pada pertarungan. Hal ini dapat dilihat setelah bebasnya Bahar bin Smith dari penjara Gunung Sindur. Saya sangat berharap bahwa Bahar bin Smith bisa berubah sikap dan cara lebih baik lagi sehingga bisa menjadi penerang umatnya. Sayangnya, beberapa saat setelah keluar dari penjara Bahar bin Smith berceramah sangat kasar dengan mengancam dan menantang para habib, para kiyai, dan para ulama yang membiarkan Rizieq Shihab masuk penjara. Dia akan mendatangi mereka karena menganggap mereka adalah pengkhianat. Ancaman dan tantangan ini tentu saja dijawab dengan tantangan lagi oleh Habib Kribo Zen Assegaf. Dia memang berambut kribo. Habib ini memiliki jiwa petarung. Habib Kribo ini merasa sangat malu bahwa para habib derajatnya diturunkan oleh perilaku Bahar sehingga banyak rakyat Indonesia yang melakukan penghinaan kepada para habib. Dia mengatakan tidak takut Bahar dan akan melawan Bahar. Dia pun merasa sangat malu karena baik dirinya maupun Bahar adalah pendatang yang telah diterima dengan baik sebagai keturunan Arab oleh bangsa Indonesia untuk hidup dengan baik di Indonesia. Jadi, menurutnya sangat buruk jika membuat kekacauan di Indonesia.

            Sungguh, mereka mulai bertarung. Jika ini diteruskan dan semakin meruncing, akan ada habib-habib lain yang ikut masuk dalam pertarungan ini.

            Bagus tidak situasi seperti ini?

            Bagi sebagian orang mungkin perseteruan ini jelek, tetapi bagi sebagian lain mungkin bagus.

            Bagi saya pribadi, pertarungan itu bagus jika sebatas pertarungan pemahaman, pikiran, dan pendapat. Biarkan para habib itu mengeluarkan ilmunya masing-masing dan kita sebagai masyarakat bisa menilainya, mana yang berdasarkan Al Quran dan hadits-hadits shahih serta mana yang hanya mengandalkan pikiran dan emosinya sendiri. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari perdebatan itu sekaligus menentukan sikap. Akan tetapi, pertarungan akan berubah menjadi malapetaka jika sudah menjadi pertarungan fisik, kampungan itu namanya.

            Hal yang harus diperhatikan adalah hindari ucapan dan perilaku yang melanggar hukum, baik hukum pidana maupun perdata. Tak perlu lagi ada yang masuk penjara atau ada yang mati gara-gara perbedaan pemahaman dan pilihan.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment