Monday, 20 December 2021

Bahar Dilaporkan ke Polisi Lagi

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Bahar bin Smith ini memang harus diperbaiki jiwanya. Baru keluar dari penjara, sudah bikin onar lagi. Wajar jika dilaporkan lagi ke polisi.

            Apa sih yang sebetulnya dia ajarkan ke pengikutnya?

            Fiqih?

            Muamalah?

            Syariah?

            Tarbiyah?

            Aqidah?

            Akhlak?

            Apa sih?

            Yang saya lihat cuma ceramah teriak-teriak, maki-maki orang sambil mata melotot muka merah, dan urat leher hampir putus.

            Dia kembali dilaporkan ke polisi atas isi ceramahnya dengan pasal yang isinya berupa ujaran kebencian dan permusuhan. Sayangnya, polisi tidak menyebutkan siapa yang melaporkannya dan kasus mana yang dilaporkan. Orang hanya menduga-duga saja isi ceramah kapan dan mana yang dilaporkan. Hal itu bisa diduga dari tanggal pelaporan tersebut, 7 Desember 2021. Itu artinya sudah lumayan terjadi beberapa hari yang lalu.

            Banyak yang menduga kasus itu adalah isi ceramah Bahar yang pertama ketika bebas dari penjara. Dalam ceramahnya, memang jelas sekali dia mengucapkan ujaran kebencian, permusuhan, dan ancaman.

            Begini ancamannya, “Oleh karena itu, saya sampaikan ente orang, saya nggak bahas pemerintah, ente orang para habaib, para kiyai, para ulama, siapa pun ente, mau ente anaknya wali, mau ente anaknya ulama, ente mengkhianati Habib Rizieq, bakal ana habisi satu-satu,”

            Ini jelas ancaman. Saya pun pernah mengalaminya. Dulu saya pernah coba cari-cari tempat tinggal di kampung-kampung berharap tempatnya lebih sepi, tanahnya lebih luas, dan lebih murah. Bukan tempat tinggal yang sekarang. Kebetulan ada yang mau dijual tanah dan rumah seluas 498 m2, tetapi perjanjian kalau saya betah di sana selama satu tahun, saya beli. Eh, baru juga dua bulan, sudah ada yang mengancam istri saya akan dibunuh gara-gara anak-anak tetangga yang main bola di tanah yang saya tempati itu, lalu bolanya tertendang sampai masuk pekarangan rumah orang lain. Yang pekarangannya kemasukan bola marah-marah dan mengancam membunuh istri saya karena memang cuma istri saya yang di rumah, anak-anak saya sedang sekolah dan saya sendiri sedang ada pekerjaan di Cianjur menyusun naskah “Aku Cinta Cianjur”.

            Segera saja istri saya menelepon saya. Dua hari berikutnya saya datang, sambil kesal, lalu lapor polisi. Saya lapor polisi karena saya takut berkelahi. Kalau berkelahi, saya takut dibunuh dan saya takut membunuh orang. Dibunuh atau membunuh adalah menakutkan bagi saya, urusannya panjang. Jalan yang aman adalah lapor polisi.

            Nggak pake lama, nggak sampai 24 jam, malamnya saya lapor. Besoknya orang itu sudah digusur polisi. Malamnya tetangga berdatangan mengucapkan terima kasih karena ternyata orang yang digusur polisi itu juga sering mengganggu dan mengintimidasi tetangga serta kerap melakukan ancaman kekerasan. Saya baru tahu karena warga baru.

            Nah, kalimat ancaman Bahar itu mirip dengan yang terjadi kepada istri saya. Itu sudah jelas ada pelanggaran hukum.

            Coba perhatikan kalimat Bahar. Dia mengancam menghabisi para habaib, para kiyai, para ulama, anak wali, anak ulama satu-satu karena dianggap mengkhianati Rizieq Shihab.

            Wajar dia dilaporkan karena ada orang yang merasa terancam, terganggu, merasa ngeri, atau orang seperti saya yang ketakutan karena saya bisa kapan saja membunuh orang yang membuat saya merasa terancam.

            Orang semacam ini yang dijadikan panutan?

            Orang seperti ini dianggap penuh kebaikan?

            Pengancam para habaib, para kiyai, para ulama, anak wali, dan anak ulama dianggap sebagai jalan menuju surga?

            Surga itu bukan ada pada orang semacam itu, bukan ada di para habaib, tetapi ada di telapak kaki ibu kita. Kalau ingin surga, datangi ibu kita, orangtua kita. Berbaktilah kepada orangtua kita. Merekalah yang jadi wakil Allah swt untuk menciptakan kita di muka Bumi ini. Merekalah yang melindungi kita dari segala bahaya ketika kita tidak berdaya. Mereka yang menjaga kita dari binatang melata, cecunguk, nyamuk, dan bahaya lainnya ketika orang lain tidak mau melakukannya untuk kita.

            Sebesar apa pun mengesalkannya orangtua kita, mereka adalah pengurus kita, pelindung kita. Kewajiban kita adalah berbakti kepada mereka. Inilah jalan surga.

            Datangi ibu kita, ayah kita, cium kaki mereka kalau mereka masih hidup. Kalau sudah tidak ada, datangi kuburannya, cium kuburannya, bersihkan dan pelihara kuburannya, berbicaralah dengan mereka, lalu berdoalah minta ampunan dan kesejahteraan untuk mereka kepada Allah swt. Ini jalan surga. Bukannya mencium kaki orang lain dan berbakti kepada orang lain, tetapi menyakiti hati dan menelantarkan orangtua kita.

            Keridhaan Allah swt sangat bergantung pada keridhaan orangtua tua kita, bukan bergantung pada keridhaan para habib. Jadi, kalau ingin  cinta dan keridhaan Allah swt, cintailah dan buatlah ridha orangtua kita.

            Kalau para habib itu marah-marah kepada kita, bahkan mendoakan buruk bagi kita, datangi ibu kita, mintalah doa dari ibu kita. Niscaya, doa para habib itu runtuh oleh doa ibu kita. Demi Allah swt, doa seorang ibu untuk anaknya jauh lebih ampuh, jauh lebih mujarab dibandingkan doa para wali sekalipun.

            Nabi Muhammad saw sendiri mengajarkan bahwa berbakti yang pertama kali itu kepada ibu kita, kemudian ibu kita, lalu ibu kita, setelah itu ayah kita. Bukan mendahulukan para habib itu. Kaki orang lain dicium, tetapi kaki ibu kita tidak pernah kita cium. Kacau.

            Surga itu ada di ibu kita, orangtua kita. Ini jalan surga, beneran.

            Di mana ada lagi jalan surga?

            Di tetangga kita!

            Berbuat baik dan bersabarlah terhadap tetangga kita. Ini jalan surga.

            Kalaupun kalian rajin maulidan, shalawatan, takbir keliling, tahlilan, tadarusan, tahajudan, pengajian, tetapi jika kalian sering menyakiti hati tetangga atau bahkan fisiknya, neraka adalah tempat kalian. Beneran.

            Nabi Muhammad saw sudah banyak memberikan petunjuk tentang jalan-jalan menuju surga, tinggal kita berupaya dan bersabar melakoninya. Surga itu tidak akan ada di panggung-panggung pidato penuh kemarahan, kebencian, penghujatan, kedustaan yang menggiring kita pada kekacauan. Demi Allah swt.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment