Thursday 23 December 2021

Bahar itu Bodoh

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Bahar bin Smith bodoh itu disebabkan tidak melaksanakan perintah Allah swt, “iqra”, sebelum bicara atau bertindak. Orang-orang dan para habib sejenis Bahar sama pisan bodohnya. Sama juga dengan para pendukung dan pengikut fanatiknya yang tidak melakukan perintah Allah swt itu sebelum bicara atau bertindak. Dari sinilah mulai terjadinya kebodohan dan kesesatan itu. Hasilnya, bicaranya ngawur dan tindakannya ngaco.

            Iqra adalah ayat pertama yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw di Gua Hira melalui malaikat Jibril. Kita biasa menerjemahkan iqra dengan kata “baca”. Itu kalimat perintah dari Allah swt. Kalau menurut Habib Quraish Shihab yang menyusun “Tafsir Al Misbah” itu, artinya bukan baca, melainkan “kumpulkan!”.

            Apa yang mesti dikumpulkan?

            Hal yang harus dikumpulkan adalah data, fakta, informasi, fenomena, ilmu, sehingga kita dapat melakukan analisa terhadap segala sesuatu agar terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan semakin bijak. Kegiatan membaca pun sebetulnya merupakan bagian dari aktivitas mengumpulkan. Membaca adalah kegiatan mengumpulkan huruf-huruf menjadi kata. Kata-kata dikumpulkan menjadi kalimat. Kalimat-kalimat dikumpulkan menjadi paragraf. Paragraf-paragraf dikumpulkan menjadi wacana. Ke sananya bisa menjadi buku, majalah, koran, artikel, karya ilmiah, dan lain sebagainya.

            Nah, karena ayat ini tidak dilaksanakan, Bahar jadi bodoh berantakan. Kemudian, diikuti oleh para pengikutnya yang jadi berantakan pula pikiran dan tingkah lakunya.

            Sangat banyak contoh kebodohan yang dilakukan Bahar. Kejadian akhir-akhir adalah contoh nyata. Dia katakan bahwa Jenderal Dudung tidak ada dalam aktivitas membantu korban letusan Gunung Semeru, malah yang ada hanya para FPI dengan poster-poster Rizieq Shihab. Itu tandanya dia tidak iqra, tidak mengumpulkan informasi dulu, tidak punya data, dan tidak membaca situasi yang ada. Hal itu menyebabkan dirinya bodoh serta berbicara berdasarkan lamunan dan emosinya.

            Kenyataannya, TNI AD adalah yang paling pertama datang di wilayah Semeru dan membuka jalan bagi para korban serta ribuan relawan yang membantu, termasuk untuk FPI juga yang jumlahnya sangat sedikit itu. Bahar tidak tahu itu karena tidak iqra. Akibatnya, prajurit TNI AD marah, rakyat marah, orang-orang waras marah, lalu melaporkan Bahar ke polisi.

            Bisa lihat kan?

            Tidak iqra, jadi bodoh, ngomong ngelantur, bikin marah orang, dilaporkan ke polisi, kemungkinannya dia masuk lagi penjara kalau tidak ada yang membunuhnya. Coba kalau iqra dulu, rentetan kejadian itu tidak perlu terjadi.

            Saya jadi ingat prajurit Serda Ucok yang marah, lalu membantai empat preman hingga mati karena Ucok punya kecintaan sangat tinggi pada kesatuannya di TNI. Dia memang salah dan dihukum sebelas tahun, tetapi empat orang sudah tewas di tangannya.

            Ketika diwawancara Karni Ilyas, Bahar mengatakan bahwa selama dirinya hidup dia akan melawan kemunkaran. Lalu, dia mencontohkan penurunan baliho Rizieq Shihab oleh Dudung yang menurutnya salah. Itu pula yang menyebabkan dia kerap melakukan penyerangan secara bahasa kepada Dudung. Bahar itu bodoh karena tidak iqra. Dudung melakukan itu karena FPI yang terlarang itu sudah keterlaluan salahnya. Yang namanya spanduk, baliho, dan sebagainya itu ada aturan pemasangannya, ada batas ukurannya, ada batas waktu pemasangannya, ada pajaknya, ada aturan penempatannya. Ketika Satpol PP menegakkan aturan itu, FPI dengan premanismenya memaksa Satpol PP untuk memasangnya kembali. Melihat hal itu, Dudung membantu Satpol PP untuk memaksa FPI patuh pada aturan dengan menurunkan baliho dan merobeknya. Itu artinya, Bahar tidak membaca aturan dan tidak punya dasar ukuran tentang hal salah-benar dalam soal baliho. Ukuran salah dan benar adalah hawa nafsunya sendiri. Dia tidak iqra, jadi bodoh, pikirannya jadi ngaco, lalu menggunakan agama untuk mendukung kesesatan berpikirnya. Terus ngajak orang-orang bodoh lain untuk mengikutinya. Timbul teriakan “Dudung murtad!” kayak mereka saja yang paling Islam dan berhak menentukan kemurtadan seseorang. Makin kacau dan makin menyesatkan.

            Banyak sebetulnya kalau mau ditulis satu-satu kebodohan Bahar, tetapi cukuplah segitu saja dulu agar kita paham bahwa adalah suatu keharusan melakukan “iqra” sebelum berbicara dan bertindak agar tidak bodoh dan sesat.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment