Tuesday, 31 August 2021

Tak Ada Lagi Pasukan Asing di Afghanistan

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Mulai hari ini, 1 September 2021, sudah tak ada lagi pasukan asing di Afghanistan. Hal itu disebabkan memang sudah menjadi perjanjian antara Amerika Serikat (AS) dengan Taliban bahwa waktu untuk mengevakuasi warga asing dan warga Afghanistan yang ingin keluar dari Afghanistan batas akhirnya adalah 31 Agustus 2021.

Waktu tersebut sebenarnya terlalu singkat sehingga Presiden AS Joe Biden meminta perpanjangan waktu, tetapi Taliban menolaknya. Mau tidak mau pasukan asing harus segera pergi. Akibatnya, masih ada warga AS dan warga Afghanistan yang ingin pergi ke AS tidak sempat terangkut pesawat terbang. Mudah-mudahan mereka baik-baik saja.

Demikian pula dengan Inggris, masih banyak yang ingin pergi ke Inggris, tetapi tidak sempat terangkut karena persoalan waktu  yang sangat mepet. Akibatnya, pemerintah Inggris mendapatkan kritikan tajam dari para elit politik dan warga Inggris karena tidak sempat mengangkut semuanya. Banyak warga Inggris yang khawatir atas keselamatan warga Afghanistan yang ingin pergi ke Inggris berada di bawah kekuasaan Taliban. Mudah-mudahan mereka baik-baik saja.


Foto: Kompas.com


Sementara itu, Taliban merayakan kemenangannya karena kini Afghanistan berada di bawah kekuasaan mereka sepenuhnya. Mereka menembakkan senjata ke udara dan menyalakan kembang api kegembiraan di pusat kota dan Bandara Internasional Hamid Karzai.

Melihat hal itu, baik AS, Inggris, ataupun negara asing lainnya, tetap harus berupaya melalui berbagai cara untuk mengeluarkan warganya sendiri dan warga Afghanistan yang ingin pergi untuk keluar dari Afghanistan. Di samping itu, Taliban pun harus tetap menghormati mereka sebagai manusia dan mengizinkan hak mereka untuk hidup di negara mana saja yang mereka mau. Semua manusia memiliki hak untuk hidup di tempat mana saja mereka inginkan.

Semoga krisis politik dan kemanusiaan segera berakhir sehingga semua orang bisa hidup lebih baik lagi.

Sampurasun.

Monday, 30 August 2021

Indonesia Saudara Seiman Taliban

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Ketika berbicara mengenai Indonesia, Juru Bicara Taliban Dr. Suhail Shaheen mengatakan bahwa Indonesia adalah negara seiman Taliban. Dia paham Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Di samping itu, Taliban pun banyak belajar dari Indonesia.

            Dia sangat berharap bahwa Indonesia dapat berperan serta dalam membangun kembali Afghanistan yang telah porak poranda. Suhail pun menginginkan agar Indonesia bisa memajukan pendidikan warga Afghanistan. Dia mungkin paham benar bahwa Indonesia sudah mengeluarkan banyak uang untuk membantu para pemuda Afghanistan yang sedang belajar dan kuliah di Indonesia.

            Taliban mengundang Indonesia untuk membangun berbagai infrastruktur di Afghanistan. Mereka tampaknya sangat memahami bahwa Presiden RI Jokowi telah memiliki banyak keberhasilan dalam membangun infrastruktur di Indonesia. Meskipun Jokowi telah berulang-ulang menolak untuk bertemu, Taliban tetap sangat menghormati Jokowi dan berharap dapat ikut membangun Afghanistan. Perlu diketahui bahwa ketika Taliban datang ke Indonesia untuk bertemu Jokowi, mereka ditolak. Taliban hanya dierima oleh Jusuf Kalla yang saat itu masih menjadi wakil presiden RI. Tak heran jika Taliban memiliki kedekatan dengan Jusuf Kalla.

Suhail Shaheen (Foto: Albalad,co)


            Agar Indonesia dan negara lainnya dapat berperan serta dalam pembangunan Afghanistan, Taliban berjanji untuk tidak mengizinkan setiap kelompok ataupun individu yang berniat melawan negara lain berada di tanah Afghanistan. Artinya, Taliban tidak akan membiarkan ada kelompok teroris dan radikalis untuk berkembang biak di Afghanistan. Mereka akan fokus membangun Afghanistan melalui kerja sama dengan negara-negara sahabatnya.

            Meskipun demikian, kita, Indonesia harus tetap waspada dan berhati-hati karena kata-kata Suhail Shaheen itu baru sebatas kata-kata, belum ada bukti nyata. Sangat mungkin terjadi perbedaan antara kata dengan kenyataan. Hal yang harus kita jadikan pegangan adalah pernyataan, instruksi, dan hasil kerja dari Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi. Selama Retno mengatakan Afghanistan tidak layak untuk diajak kerja sama dan tidak aman untuk berhubungan, berarti memang Indonesia belum bisa membuka diri terhadap Taliban. Sebaliknya, jika Menlu RI Retno Marsudi sudah mengembalikan operasional kedutaan besar RI dari Islamabad, Pakistan ke Kabul, Afghanistan, itu pertanda Indonesia mulai percaya pada Taliban untuk membangun Afghanistan dan mendapatkan keuntungan dari Afghanistan. Indonesia bisa mulai berbisnis dengan Afghanistan.


Retno Marsudi (Foto: Dunia Tempo.co)

            Taliban harus menertibkan dan membuktikan dirinya untuk bekerja sama dan Indonesia memperhatikannya dengan serius.

            Sampurasun.

 

Sumber:

https://www.youtube.com/watch?v=ncEZSjKse98

Sunday, 29 August 2021

Afghanistan Surga Pendukung Kekhalifahan

 


 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Ketika Taliban mulai berkuasa di Afghanistan, muncul banyak narasi bahwa kekhalifahan pintunya mulai terbuka untuk menguasai dunia. Banyak sekali orang Indonesia para pemimpi kekhalifahan yang gembira. Kemenangan Taliban adalah kemenangan mereka pula.

            Ini adalah kesempatan baik bagi orang-orang Indonesia penggemar kekhalifahan untuk segera pindah ke Afghanistan. Cita-cita mereka lebih mudah dan lebih ringan dijalani dibandingkan harus bergabung dengan Isis. Bergabung dengan Isis menyusahkan karena harus berperang dan kehilangan nyawa. Bahkan, kini Isis kalah. Kalau tidak berkumpul di penjara, mereka berada di kamp-kamp tahanan. Banyak orang Indonesia yang ingin pulang, banyak anak-anak yang dibawa orangtuanya dari Indonesia ke Suriah menangis kehilangan harapan karena cita-cita mereka menjadi dokter, guru, dan yang lainnya menjadi gelap. Hal itu disebabkan Indonesia menolak untuk memulangkan mereka ke kampung halamannya. Mereka bergerombol tak tentu arah di negeri orang.

Berbeda dengan di Afghanistan. Taliban yang dianggap sebagai pasukan surga telah menang. Jadi, tidak perlu perang dan tidak akan ditangkap di sana karena bergabung dengan para pemenang. Pergilah secepat mungkin ke sana untuk hidup dalam sistem pemerintahan yang terbaik dan sudah dicita-citakan sejak lama. Pindahlah ke sana dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Negara Afghanistan. Akan tetapi, jangan balik ke Indonesia lagi karena Indonesia dipenuhi thagut. Selain itu, kalian sudah bukan lagi warga Negara Indonesia.

Jalan untuk menjadi warga Afghanistan semakin terbuka lebar karena orang-orang banyak yang kabur dari kekuasaan Taliban. Minggu kemarin saja sudah tercatat lebih dari 300 ribu orang berlarian ke luar dari Afghanistan melalui jalan darat dan udara. Sampai hari ini pun masih ribuan orang berkumpul di Bandara Internasional Hamid Karzai untuk kabur ke Amerika Serikat, Eropa, dan lain-lain karena tidak mau dikuasai Taliban. Orang-orang yang kabur itu rata-rata orang-orang pintar, para birokrat, aktivis, akademisi, dan mereka yang membenci Taliban. Di samping itu, sudah banyak pula orang yang mati dibunuh Taliban sejak berkuasa.  

Dengan banyaknya orang yang kabur dan mati dibunuh Taliban, berarti penduduk Afghanistan berkurang. Itu artinya, semakin banyak tempat yang bisa diisi oleh orang Indonesia yang memimpikan hidup dalam sistem kekhalifahan di Afghanistan. Pergilah secepat mungkin dan berbahagialah di sana. Tak perlu lagi ngoceh soal mendirikan kekhalifahan di Indonesia karena sulitnya luar biasa. Kalian harus berhadapan dengan para pecinta NKRI, terancam masuk penjara, dan  organisasinya bisa dibubarkan pemerintah Indonesia.

Jika pindah ke Afghanistan sekarang, kalian mungkin akan bahagia hidup dalam kekhalifahan di bawah Taliban. Orang Indonesia tetap bahagia dengan keindonesiaannya. Surga kekhalifahan menunggu kalian di Afghanistan. Surga Indonesia adalah tetap menjadi bangsa Indonesia yang dicintainya.

Kalau kalian ke Afghanistan, tak perlu berdebat lagi dengan para pecinta NKRI soal kekhalifahan karena semuanya telah mendapat tempat sesuai keinginannya masing-masing. Pecinta kekhalifahan berada bersama Taliban di Afghanistan, pecinta NKRI tetap hidup berada di negerinya sendiri.

Sampurasun.

Saturday, 28 August 2021

Syarat Mudah dari Indonesia yang Berat buat Taliban

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kalau Taliban ingin berhubungan dengan Negara Indonesia, mudah saja dalam pandangan orang Indonesia. Akan tetapi, akan dirasakan sangat berat buat Taliban yang punya tradisi keras, pemikiran tunggal, dan telah hidup lama dalam penyingkiran selama Afghanistan dikuasai pemerintahan yang didukung Amerika Serikat (AS).

            Dalam pertemuan dengan Taliban di Doha, Qatar, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menegaskan bahwa Indonesia meminta Taliban untuk melakukan tiga hal. Pertama, membentuk pemerintahan yang terbuka, inklusif; kedua, menghormati dan menjaga hak-hak perempuan; ketiga, memastikan agar Afghanistan tidak menjadi tanah tempat berkembang biaknya kegiatan dan aktivitas terorisme.

            Pemerintahan yang terbuka, inklusif, artinya penyelenggaraan pemerintahan yang bisa diawasi, diuji, dikritik, dan bertanggung jawab kepada rakyat. Jika pemerintahan tidak bisa diawasi oleh rakyat dan tidak bertanggung jawab kepada rakyat, misalnya, mengklaim diri hanya bertanggung jawab kepada Tuhan, itu artinya pemerintahan yang tertutup. Semua orang sulit menilai pertanggungjawaban kepada Tuhan dan tidak bisa memastikan dengan benar bagaimana penilaian Tuhan terhadap sebuah proses pemerintahan. Manusia hanya bisa menilai apa yang dilihat dan dirasakan manusia.

            Perempuan adalah manusia juga yang memiliki hak untuk hidup, berkembang, dan menentukan mana yang baik dan benar untuk dirinya sendiri. Perempuan tidak boleh dipandang sebagai manusia rendahan yang hidupnya selalu di bawah kekuasaan kaum pria.

            Terorisme adalah kegiatan yang merupakan ancaman menakutkan bagi perdamaian dan keharmonisan hidup manusia. Tak ada keamanan dan kenyamanan, baik secara lahir maupun batin jika hidup diganggu oleh tindakan-tindakan terorisme.

            Ketiga syarat itu mudah bagi orang Indonesia karena memang sudah kesehariannya melakukan hal seperti itu. Akan tetapi, akan dirasakan berat oleh Taliban yang berpikran tunggal dan menganggap kelompoknya yang paling benar. Mereka akan kesulitan jika harus diawasi oleh rakyat dalam menjalankan pemerintahan. Mereka lebih suka membunuh para aktivis, akademisi, dan para pengkritik. Taliban akan kesulitan jika harus mengangkat derajat perempuan sama dengan kaum pria karena kebiasaan mereka yang kerap merendahkan dan membatasi kehidupan perempuan. Taliban pun harus bersusah payah untuk membersihkan Afghanistan dari kelompok-kelompok teroris. Buktinya, baru beberapa hari saja mereka berkuasa, sudah ada serangan teror yang diduga menimbulkan korban lebih dari seratus jiwa, termasuk tentara AS di bandar udara internasional Afghanistan. Serangan teror itu dilakukan kelompok “Isis-K (Isis Khorasan)”. Khorasan itu nama wilayah yang mencakup Pakistan, Iran, Afghanistan, dan Asia Tengah.

            Indonesia memang sudah sebaiknya tetap waspada dan berhati-hati terhadap Taliban. Selama Taliban tidak dapat memenuhi permintaan Menlu RI Retno Marsudi, tidak perlu percaya penuh kepada mereka. Langkah pemerintah Indonesia sudah tepat memindahkan operasional Kedutaan Besar Indonesia dari Kabul, Afghanistan ke Islamabad, Pakistan. Hal itu disebabkan sudah menjadi kewajiban pemerintah Indonesia untuk melindungi rakyat dan petugasnya yang berada di Afghanistan yang kini dalam situasi tidak menentu.

            Sampurasun.

 

Sumber:

 

https://www.republika.co.id/berita/qyh1ve382/menlu-retno-bertemu-perwakilan-taliban-di-qatar

 

https://www.tribunnews.com/internasional/2021/08/26/apa-itu-isis-k-kelompok-militan-yang-ancam-keselamatan-warga-afghanistan-di-bandara-kabul?page=2

Taliban Wajib Menertibkan Dirinya Sendiri

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Pada awal menguasai Afghanistan, 15 Agustus 2021, banyak janji manis dan lembut disampaikan Taliban. Mereka berjanji akan membuat situasi lebih aman, perempuan bisa bersekolah, para pejabat dan pegawai yang mendukung pemerintahan lama akan diampuni, semua elemen akan diajak membangun Afghanistan bersama-sama, rakyat tidak perlu kabur ke luar negeri karena semuanya akan dilindungi. Akan tetapi, berita yang berkembang selanjutnya adalah Taliban banyak melakukan kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan. Janji manis mereka ternyata tidak sesuai di lapangan. Berbeda antara kata dan perbuatan.

            Seorang walikota perempuan pertama di Kota Maidan Shahr, Provinsi Wardak, Afghanistan, Zarifa Ghafari, awalnya diajak para elit Taliban untuk tetap bekerja membangun Afghanistan. Akan tetapi, dalam kenyataannya di lapangan, Taliban mengepung rumah Zarifa dan memukuli penjaga rumahnya. Zarifa hendak ditangkap dan mungkin dibunuh karena Taliban tidak menyukai perempuan menjadi pemimpin.

            Beruntung Zarifa Ghafari berhasil kabur ke Jerman dan diterima dengan baik oleh Perdana Menteri Rhine-Westphalia Utara (NRW) dan kandidat Kanselir Serikat Armin Laschet (CDU) di Düsseldorf. Meskipun pemerintah dan rakyat Jerman sangat menerimanya dengan baik, tetapi Zarifa tetap merindukan kebisingan, hiruk pikuk, celotehan, dan keriangan rakyat Afghanistan. Kini semuanya menjadi tidak menentu.

            Kejadian ini hanya salah satu contoh tidak nyambungnya antara kata, janji, dan praktik yang dilakukan Taliban. Peristiwa tragis lainnya masih banyak.

            Ada dua hal yang bisa saya duga tentang hal ini, yaitu pertama, Taliban memang pendusta, pembohong. Mereka bermulut manis, tetapi sebetulnya di dalam hatinya kotor dan penuh kebohongan.

            Kedua, sistem informasi, komunikasi, dan komando di dalam tubuh Taliban sendiri memang berantakan. Sangat mungkin memang para elit Taliban berniat tulus untuk berubah dan membangun Afghanistan dengan lebih baik dan bekerja sama dengan seluruh elemen Afghanistan, termasuk memberikan kebebasan pada perempuan untuk mengembangkan potensi dirinya. Akan tetapi, di level menengah dan di level komando lapangan, niat baik para pemimpin puncak Taliban tidak dilaksanakan dengan baik. Mereka masih betah dan yakin dengan perilakunya kejinya seperti 25 tahun yang lalu.

            Melihat hal seperti itu, agar Afghanistan dipercaya oleh negara-negara lain untuk bekerja sama dalam berbagai bidang demi kemakmuran, Taliban harus mampu menertibkan dirinya sendiri dari level atas hingga level bawah. Kalau perilaku mereka tetap berantakan dan tetap bergaya teroris, tak akan ada negara yang mau bekerja sama dengan mereka. Itu artinya kekacauan menjadi kehidupan mereka, kebodohan adalah ciri mereka, dan kemiskinan adalah gaya hidup mereka.

            Cina mungkin tidak akan peduli dengan itu semua. Bagi mereka yang penting adalah untung dalam berbisnis dengan Taliban. Akan tetapi, Cina juga akan berhitung ulang jika Taliban  tidak mampu membentuk pemerintahan Islam yang terbuka karena akan mempersulit bisnis ke masa depannya dan akan mendapatkan tekanan luar biasa dalam pergaulan internasional yang akan membuat Cina kehilangan banyak kepercayaan dari masyarakat internasional.

            Perbaikan diri sangat diperlukan oleh Taliban. Jika tidak mampu memperbaiki dirinya, Taliban harus sadar dan menggandeng beberapa negara untuk menjadi mentor mereka dalam mengubah situasi menjadi lebih modern dan terbuka demi kemajuan Afghanistan.

            Sampurasun.

 

Sumber:

 

https://www.tribunnews.com/internasional/2021/08/25/sempat-pasrah-akan-dibunuh-taliban-wali-kota-pertama-di-afghanistan-berhasil-kabur-ke-jerman

 

https://www.youtube.com/watch?v=yJG1uq7hfVA&t=10s




Thursday, 26 August 2021

Keadilan bagi Setiap Pemeluk Agama

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Penghinaan dan caci maki terhadap agama atau keyakinan sudah terjadi sejak dulu, sejak agama itu sendiri ada. Hal ini dapat memicu perselisihan, pertengkaran, dan kerusakan di antara manusia.

Beruntung Indonesia memiliki undang-undang atau aturan yang membuat penghina agama dinyatakan sebagai pengacau atau penjahat yang merusak keharmonisan berbangsa dan bernegara. Pelakunya bisa dijerat hukum dan masuk penjara. Aturannya ada, tinggal dilaksanakan saja. Sayangnya, masyarakat masih merasa bahwa pemerintah belum melaksanakan aturan ini dengan baik. Banyak masyarakat yang merasa tidak adil karena ada penghina agama tertentu yang ditangkap, tetapi penghina agama lainnya tidak. Ini dipandang tidak adil.

Berbeda dengan di dunia barat, Amerika Serikat misalnya, tidak ada aturan atau undang-undang yang bisa menghukum para penghina agama. Hal itu disebabkan setiap orang bebas berbicara dan berpendapat yang kebebasan itu tidak peduli menyakiti orang lain atau tidak. Tidak aneh jika di sana para penghina agama tidak ditangkap karena memang undang-undang untuk menjeratnya juga tidak ada.

Semestinya, jika ada penghina agama dan terbukti hinaannya itu secara aturan, diproses hukum saja. Agama apa pun.  Meskipun demikian, jika ada orang yang dianggap penghina agama, tetapi tidak terbukti secara aturan, harus dijelaskan bahwa dia memang tidak menghina agama. Hal ini disebabkan bisa terjadi orang dituduh menghina agama, padahal tidak. Tuduhan itu kerap hanya berdasarkan kebencian dan bukan fakta.

Keadilan bagi setiap pemeluk agama sangat diperlukan sehingga masyarakat seluruhnya merasa terlindungi dan diperlakukan adil. Pemeluk agama apa pun.

Umat Islam apalagi sangat dilarang keras untuk menghina dan mencaci agama orang lain. Larangan keras itu bukan datang dari negara, para sahabat Nabi, atau Rasulullah saw, melainkan dari Allah swt langsung.

Perhatikan perintah Allah swt dalam QS Al Anam, 6 : 108.

“Janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian, kepada Tuhan, tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.”

Ayat itu sudah jelas bahwa umat Islam dilarang menghina agama lain karena pemeluk agama lain akan berbalik menghina Islam dengan sangat keras. Akibatnya, terjadi ketidakharmonisan kehidupan dan yang paling penting adalah syiar Islam jadi terganggu.

Soal agama siapa yang paling benar, ayat itu pun sudah menjelaskan bahwa Allah swt memang membuat setiap umat menganggap baik apa yang dilakukannya. Kemudian, pada saatnya nanti semua manusia akan kembali kepada Tuhan-nya serta dikabarkan dan dijelaskan segala hal yang dilakukan umat-umat itu, mana yang benar dan mana yang salah. Jadi, umat Islam tidak perlu melakukan cacian dan hinaan kepada agama lain, serahkan saja penjelasan yang nyata itu kepada Allah swt. Nanti juga penjelasan-Nya akan tiba.

            Sebetulnya, setiap pemeluk agama wajar jika berupaya menjaga umatnya untuk tidak berpindah ke agama lainnya. Salah satu caranya adalah menunjukkan kelemahan-kelemahan agama lain. Akan tetapi, itu jangan dilakukan di ruang publik atau di tempat umum yang bisa diketahui oleh pemeluk agama lain karena akan menimbulkan masalah di masyarakat. Lakukanlah hal itu di tempat tertutup, di tempat intern khusus pemeluk agamanya sendiri. Kalau disebarluaskan, di-upload, di-share hingga menjadi viral, bakal bermasalah di tengah masyarakat dan bermasalah pula dengan hukum, khususnya di Indonesia.

            Ayatnya sudah jelas, undang-undangnya ada. Hal yang harus kita lakukan di dunia ini adalah menjaga kehidupan agar tetap harmonis dan berjalan dengan baik. Soal benar dan salah, surga dan neraka, biarlah Allah swt yang akan menjelaskannya sesuai dengan kehendak-Nya sendiri.

            Sampurasun.




Wednesday, 25 August 2021

Taliban dan Cina

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Taliban sekarang sedang berada di atas angin Afghanistan. Mereka berkuasa penuh atas Afghanistan.

            Kemenangan Taliban atas pemerintahan lama yang didukung Amerika Serikat (AS) membuat dunia memperhatikan mereka. Sebagian besar negara bersikap “wait and see”, ‘menunggu dan melihat” apa yang dilakukan Taliban di Afghanistan, Indonesia pun  termasuk negara yang bersikap hati-hati terhadap situasi politik di Afghanistan. Hal yang jelas dilakukan pemerintah RI adalah telah mengevakuasi WNI yang ada di Afghanistan. Itu menunjukkan arti bahwa ada kekhawatiran dan kehati-hatian terhadap situasi yang terjadi. Langkah yang bagus dilakukan pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan rakyatnya di tengah situasi yang masih belum menentu.

            Meskipun demikian, ada negara yang “nyosor” langsung mendekat ke Taliban, yaitu Cina. Negara ini menyatakan siap bekerja sama dengan Taliban dengan syarat Taliban dapat membentuk pemerintahan Islam yang terbuka. Taliban pun ternyata memang berharap sangat besar bahwa Cina dapat berinvestasi di Afghanistan. Kekuatan Cina dapat menjadi daya tawar yang tinggi bagi Taliban terhadap negara-negara lainnya. Bahkan, kini Cina semakin dekat dan menjadi pembela Taliban.

            Ketika tersiar kabar yang dibawa AS bahwa Taliban ketika menduduki Afghanistan dalam waktu cepat telah menimbulkan korban, Cina pasang badan membela Taliban. Menurut AS, Taliban menyatroni rumah-rumah di Afghanistan dan melakukan pembunuhan, eksekusi, dan pemaksaan terhadap perempuan dan anak-anak perempuan untuk dinikahi. Cina dengan segera menyerang AS dengan menuntut bahwa AS pun harus bertanggung jawab atas korban-korban yang berjatuhan selama AS berkuasa 20 tahun di Afghanistan. Makin mesra tampaknya hubungan antara Cina dan Taliban.

            Hal yang lucu adalah justru terjadi di Indonesia. Para provokator politik yang memprovokasi rakyat Indonesia untuk membenci Cina, terus terjadi sampai hari ini meskipun banyak bohongnya, banyak hoax-nya. Disebutnya Cina menguasai Indonesia. Pemerintah Indonesia adalah antek-antek Cina. Akan tetapi, pada saat yang sama memuji-muji Taliban yang justru sedang mesra dengan Cina. Selain itu, Cina sekarang menjadi negara besar yang bersikap melindungi Taliban karena ada kepentingan bisnis di Afghanistan.

            Bagi saya ini hal yang lucu. Indonesia dikata-katai sebagai antek-antek Cina, sementara Taliban dipuji, padahal di belakangnya ada Cina juga. Mereka yang mengatai-ngatai Indonesia dan memuji Taliban, orang-orangnya masih yang itu-itu juga, kelompoknya masih sama. Para provokator ini memang tidak memiliki tujuan yang jelas. Mereka hanya ingin rakyat Indonesia tetap bodoh, tersesat, dan gampang ditipu sesuai kepentingan mereka sendiri.

            Orang normal kalau membenci Indonesia karena berbisnis dengan Cina, seharusnya membenci juga Taliban karena berbisnis juga dengan Cina. Kalau membenci yang satu dan memuji yang satu lagi, jelas itu menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki tujuan yang jelas.

            Sampurasun.

Tuesday, 24 August 2021

Kalau Lapar, Beli Beras, Jangan Beli Cat

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Alkisah. Dulu sebelum jalan Tol Seroja ada, kalau Persib main di Stadion Jalak Harupat dan menang, selalu disambut arak-arakan warga. Sepanjang Jalan Kopo, Bandung, macet luar biasa.

Saya sempat terjebak dalam keriuhan itu. Ketika terjebak itu, ada dua anak muda dengan rambut dicat warna-warni bergaya “punk”, mendekati mobil saya yang jendela depannya sengaja saya buka.

Salah seorang dari kedua orang itu berkata, “A, minta uang.”

Saya lirik mereka yang jelas penggemar Persib dan ikut arak-arakan itu sejak dari Stadion Jalak Harupat.

“Buat apa?” tanya saya.

“Belum makan A, dari pagi.”

“Kalian belum makan, tapi bisa beli tiket nonton Persib? Kenapa uangnya nggak dibeliin makanan? Penting mana nonton Persib sama makan?”

“Nggak A, saya mah nggak beli tiket, loncat pagar stadion.”

Bisa aja nih anak ngeles.

“Terus, itu kenapa rambut dicat warna-warni begitu? Kalian mah kalau dikasih uang juga bukan buat makan, tapi buat ngecat rambut.”

Mereka terdiam, tetapi tidak meninggalkan mobil saya.

“Ya sudah, nih saya ada uang, tapi bukan untuk ngecat rambut. Beli nasi, terus makan. Awas jangan dibeliin cat, ya.”

“Iya A, makasih,” katanya sambil cium tangan saya, terus mereka pergi.

Kisah ini tiba-tiba saja saya ingat karena kemarin-kemarin viral ada mural di tempat publik Tangerang dengan tulisan “TUHAN, AKU LAPAR!!”


Foto: detikNews-Detikcom

Ini sama anehnya dengan anak-anak muda yang minta uang buat makan sama saya waktu dulu. Kalau minta sama Tuhan, ya berdoa di tempat ibadat atau di rumah. Kalau lapar, beli beras, lalu makan. Kalau nggak punya uang, cari Bansos, minta perhatian sama pengurus RT, RW, DKM, saudara, tetangga, dll. Sudah tahu lapar, malah beli cat. Coba kalau uangnya dipakai beli beras, mungkin cukup untuk satu bulan daripada dibeliin cat lalu bikin tulisan di tempat publik.

Meskipun demikian, kita bisa tahu bahwa itu adalah aktivitas politik yang menipu. Pengennya sih mengkritik pemerintah, tetapi membodohi masyarakat. Seolah-olah pemerintah itu harus memberi makan ketika masyarakat sedang lapar atau memberi uang ketika rakyat butuh. Memang sudah menjadi kewajiban pemerintah memastikan kesejahteraan masyarakatnya, tetapi bukan begitu caranya.

Pemerintah itu kewajibannya membangun infrastruktur jalan dan jembatan agar aktivitas masyarakat lebih cepat dan nyaman sehingga kebutuhan bisnis, kerja, kesehatan, dan pendidikan dapat terpenuhi. Pemerintah wajib membangun sekolah dan Diklat-Diklat agar masyarakat memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berguna untuk kehidupannya. Pemerintah wajib membangun pasar agar terjadi transaksi ekonomi antara pembeli dan penjual. Pemerintah wajib menjaga harga-harga agar dapat dijangkau oleh masyarakat. Pemerintah wajib memudahkan izin usaha agar iklim bisnis lebih cepat dan lancar. Pemerintah wajib menggunakan pajak untuk kepentingan rakyat. Pemerintah wajib melindungi warga negaranya dari serangan pasukan asing dan dari kejahatan para kriminal. Masih banyak kewajiban pemerintah yang bisa ditulis, tetapi akan terlalu panjang. Jadi, pemerintah itu memakmurkan rakyatnya bukan dengan cara bagi-bagi makanan atau uang secara langsung, melainkan memberikan fasilitas dan kemudahan bagi aktivitas masyarakat.

Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, memang pemerintah wajib memberikan uang langsung atau makanan langsung, misalnya, di tengah bencana, pandemi, atau memang ada rakyat yang tergolong fakir miskin dan wajib dibantu karena tidak memiliki kemampuan untuk menopang hidupnya sendiri.

Jadi, kalau lapar, jangan beli cat, tetapi beli beras, terus makan. Kalau berdoa kepada Tuhan, jangan pakai mural, berdoa di tempat ibadat atau di rumah.


Foto: Tangerang News

Sekarang, tulisan itu sudah tidak ada lagi, dihapus oleh pemerintah setempat karena mengganggu masyarakat. Kalaupun mau menulis, ya di rumah sendiri atau di kamar sendiri, jangan di tempat umum.

Sampurasun.

Saturday, 21 August 2021

Adu Anak di Pilpres 2024

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kita bisa lihat banyak upaya yang dilakukan mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam mengkader dan memperkenalkan anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk menjadi presiden di Indonesia. Mulai baliho hingga survey dipublikasikan untuk hal itu. Kendaraan politiknya, tentu saja Partai Demokrat.

            Demikian pula dengan Megawati Soekarnoputri yang mendukung penuh anaknya, Puan Maharani untuk menjadi presiden Indonesia pada masa depan selepas Jokowi. Baliho-baliho kepak sayap Puan sudah bertebaran di Pulau Jawa. Di samping itu, muncul pula dari mereka kritikan kepada Jokowi yang diviralkan di media untuk menyaingi kritikan partai oposan.

            Ketika Keluarga SBY dan keluarga Megawati berencana secara serius mempertarungkan anak-anaknya untuk tampil di pemilihan presiden, tiba-tiba muncul mengejutkan baliho anak kedua Jokowi, Kaesang Pangarep, dengan tulisan besar “Saya Siap untuk RI 1”.

            Apakah Jokowi memang mempersiapkan anaknya juga untuk bertarung pada pemilihan presiden Indonesia?

Foto: Merdeka.com

            Hal ini dijelaskan oleh putera pertama Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang kini menjabat sebagai Walikota Solo. Dengan datar dia menjelaskan bahwa kelakuan adiknya itu tidak ada hubungannya dengan politik. Menurutnya, Kaesang cuma sedang promosi roti. RI 1 itu singkatan dari nama perusahaannya, “Roti Indonesia Satu”.

            Gibran menjelaskan bahwa dia tidak bercanda, memang adiknya sedang berdagang roti.

            Begitulah yang terjadi saat ini.

            Saat nanti, siapa yang tahu kalau anak-anak Jokowi ikutan nyalonin diri jadi presiden.

            Sekarang mah dagang roti yang pasti mah. Urusan nanti jadi calon presiden atau tidak, itu mah nanti.


Foto: Suara.com

Para pembenci dan anti-Jokowi nggak perlu stres dan merasa terancam, beli roti saja dulu sekarang mah, terus dimakan. Lebih enak cara makannya jika rotinya dicubit, lalu dicelupkan ke bubur kacang ijo, dan  … nyam …nyam … nyam ….  

            Sampurasun.

Thursday, 19 August 2021

Orang Ribut Soal Cat, Pesawat Sudah Dicat

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Orang-orang masih banyak yang protes soal penggantian cat pesawat kepresidenan RI dari warna biru putih ke merah putih. Lucunya, pesawat tetap diganti catnya.

            Sudah saya bilang, Jokowi itu cuekan. Omongan remeh temeh dan nggak penting itu nggak pernah didengerin. Mau ngomong mah bebas saja, tetapi Jokowi juga punya kebebasan menentukan sendiri. Makanya, ngomong itu yang penting, jadi didengerin.

            Ketika orang masih kesal dengan penggantian cat, Jokowi sudah pakai pesawat yang sudah berwarna merah putih itu untuk kunjungan kerja ke Jawa Timur. Cuek aja dia mah.


Foto: Tribunnews.com

            Jokowi mampu bersikap seperti itu karena dukungan kepadanya semakin banyak. Di tingkat elit politik, dia sudah mendapatkan 80% dukungan. Sisanya yang 20% paling hanya ada di Partai Demokrat dan PKS. Kedua partai itu yang rajin menyela dan menyerang Jokowi, tetapi kekuatannya kan kecil. Bahkan, sekarang mungkin semakin kecil karena Demokrat kan terbelah, ada kubu AHY dan ada kubu Moeldoko. Demikian juga PKS terbelah karena beberapa tokohnya bikin partai baru, Partai Gelora. Otomatis kekuatan politik Jokowi tidak terkalahkan.

            Suka atau tidak suka, begitulah kenyataannya.

            Kalau ingin menurunkan Jokowi di tengah jalan, bisa dikatakan sia-sia karena bakal susah, kecuali ada kejadian tertentu yang sangat khusus. Lewat jalur politik, sangat susah, banyak hal yang harus dilakukan. Lewat jalur Medsos, para buzzer sudah menguasai keadaan, menunggu untuk memukul.

Kalau ingin menurunkan kekuatan politik Jokowi, jangan pakai ujaran kebencian, fitnah, hoax, nyinyiran, atau hinaan karena tidak akan laku, hanya memenuhi ruang maya yang sangat sebentar karena para buzzer langsung menggulungnya. Bahkan, bisa berurusan dengan polisi jika sudah masuk ke pelanggaran hukum. Gunakan kontra narasi, data dilawan dengan data, analisis dilawan dengan analisis. Siapa yang kuat data, fakta, dan tajam analisisnya, dia yang akan dipercaya rakyat. Dengan demikian, perdebatannya mencerdaskan semua orang. Rakyat yang tercerdaskan akan semakin kuat pendapatnya untuk memilih mana yang terbaik bagi mereka sendiri.

Sekarang semua harus menerima kenyataan. Jika tidak menerima kenyataan, berarti hidup di alam khayal.

Sampurasun.

Tuesday, 17 August 2021

Hina Jokowi Sekaligus Hina Suku Baduy “Hadiahnya Besar”

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Banyak orang yang nggak tahan diri, geregetan, selalu ingin menghina Jokowi, padahal enggak pernah didengar. Bahkan, ada yang menghinanya kelewatan sampai menghina negara yang akibatnya harus berhadapan dengan hukum dan berhadapan dengan sanksi sosial. Memang sih Jokowi itu sudah saya bilang orangnya “cuek bebek berewek”. Dia mah “ngageboy we siga entog hare-hare”. Orang mau fitnah  atau hina dia, di dalam kepalanya mungkin bicara “EGP, ‘emang gue pikirin?’”.

            Sikap cuek ngageboy itu bikin para penghinanya frustrasi, kesal, stres. Orang yang suka menghina itu selalu berharap bahwa orang yang dihinanya bereaksi melakukan balasan atau jadi down, rendah diri, mentalnya jatuh. Mereka yang menghina Jokowi juga berharap mental Jokowi jatuh atau melakukan balasan dengan cara represif. Sayangnya, itu tidak terjadi pada Jokowi. Dia mah ngageboy we siga entog hare-hare. Bagi dia, hal yang sangat penting adalah terus bekerja sesuai dengan keyakinannya.

            Mereka yang sewot justru para pendukungnya, Jokower. Merekalah yang seru-seruan menyerang balik para penghina Jokowi sampai para penghinanya yang justru mentalnya hancur. Sekarang malah makin kencang mereka melakukan penyerangan, semua orang yang mereka anggap pengacau dideteksi, bukan hanya akun-akun medsosnya yang mereka lacak, melainkan pula foto dirinya, sampai alamat rumahnya, dan kehidupan pribadinya pun mereka serang dan sebar di internet. Jadi, ketika penghinanya bermasalah dengan hukum, kepolisian tinggal menciduknya. Hati-hati Bro berurusan dengan mereka.

            Hal ini terjadi baru-baru ini terhadap seorang penghina Jokowi. Ketika berpidato pada Sidang Tahunan MPR RI pada 16 Agustus 2021, Jokowi menggunakan pakaian adat Suku Baduy. Saya sebagai orang Sunda merasa senang Jokowi menggunakan pakaian itu karena mengangkat martabat Suku Baduy ke tingkat yang sangat tinggi. Jokowi pun mengungkapkan alasan penggunaan pakaian itu. Di samping dia senang karena pakaiannya sederhana, simpel, dan nyaman, juga sangat menghormati adat, nilai, budaya, dan berbagai keluhuran budi pekerti Suku Baduy. Dengan demikian, akan lebih banyak orang yang belajar tentang keluhuran Suku Baduy. Akan tetapi, ternyata orang yang sudah di otaknya penuh kebencian dan di hatinya penuh kedengkian, menghinanya.


Foto: CNN Indonesia



Foto: Indoposco.id

            Saya dapat berita ini dari “chanel youtube Miftah’s TV”, nih alamatnya https://www.youtube.com/watch?v=alFcsQDZjGc kalau mau lihat langsung sendiri mah.  

            Penghinanya menggunakan nama akun @pawletariat. Bunyi hinaannya seperti ini:

“Azzzsksksks Jokowi make baju adat Baduy cocok bgt, tinggal bawa madu + jongkok di perempatan”

            Dia mencuitkan hinaannya itu pada 8 : 40 AM 16 Agustus 2021.

            Coba perhatikan, bagaimana bisa itu disebut sebagai kritikan?

            Apa yang dia kritik?

            Kebijakan yang mana?

            Aturan dan eksekusi yang mana?

            Kalimat dia mah cuma sampah.

            Sudah saya bilang, Jokowi itu cuek saja, tidak bereaksi apa pun. Akan tetapi, yang dadanya bergemuruh kan pendukung Jokowi dan para pecinta Suku Baduy. Kalimat hinaan itu mengandung hinaan kepada Jokowi sekaligus hinaan pada Suku Baduy.

            Dari kalimatnya kan jelas pakaian seperti itu seolah-olah pakaian pedagang madu di perempatan jalan.

            Kalaupun memang Suku Baduy suka berjalan kaki puluhan kilometer untuk berdagang madu, apa salahnya?

            Mereka melakukan hal yang benar, tidak korupsi, tidak menghina orang, tidak melakukan penipuan. Berdagang madu itu bukan pekerjaan hina.


Foto: Kompasiana.com


            Pakaian yang digunakan Jokowi itu khusus memang dibuat untuk Jokowi dari bahan alam asli yang dilarang dijahit dengan menggunakan mesin. Pembuatnya juga langsung tokoh terkemuka Baduy, Tetua Adat Masyarakat Suku Baduy Jaro Saija. Bagi yang tahu bagaimana ketekunan dan daya spiritualitas Suku Baduy, apalagi tetuanya, akan sangat paham ketinggian nilai pakaian itu.

            Sudah saya bilang, pendukung Jokowi itu makin kencang serangannya. Pemilik akun yang menghina itu dicari nama asli dan identitasnya. Seorang yang bernama Akhmad Sahal yang memiliki akun @sahal_AS melacaknya. Hasilnya, ternyata nama asli penghina itu adalah Mohammad Bernie yang bekerja sebagai wartawan Tirto.id. Orang makin mudah mengenalinya.

            Akibatnya, dia mendapat bulian yang sangat gencar dari mana-mana. Bahkan, ada yang mewanti-wanti dengan ancaman teluh atau santet, Mohammad Bernie bisa muntah darah atau mungkin bakal diisi paku di kepalanya.

            Ngeri ya?

            Ini persoalannya bukan dengan Jokowi, tetapi dengan Suku Baduy. Kalau soal kebencian kepada Jokowi sebagai presiden, terserahlah, itu jadi urusan perdata dengan Jokowi yang cuek itu, tetapi bermasalah dengan Suku Baduy, itu soal lain lagi yang harus dihadapi.

            Meskipun demikian, saya yakin orang-orang Baduy itu orang yang baik, tidak mungkin melukai orang lain. Mereka itu sudah hidup ribuan tahun dengan kelapangan dada, keluasan hati, kemuliaan sikap, tetap “ngasuh ratu”, ‘membimbing para pemimpin’ dengan ajaran dan perilakunya yang luhur itu.

            Masa iya akan menjatuhkan keluhuran mereka dengan menyakiti orang lain?

            Apalagi gara-gara kelakuan wartawan dengan kemampuan kemarin sore. Tidak mungkin serendah itu warga Suku Baduy.


Foto: Art World – IndeksNews

            Akan tetapi, saya tidak yakin dengan orang-orang di luar Suku Baduy yang sangat menghormati Suku Baduy. Mereka bisa saja melakukan serangan-serangan gaib itu. Mudah-mudahan Mohammad Bernie sadar dan baik-baik saja, tidak ada yang melakukan penyerangan. Soalnya, dia sudah menerima “hadiah besarnya” sebagai penghina Jokowi dan Suku Baduy.

            Dia sudah dibuli habis, ditakut-takuti santet atau teluh, lalu meminta maaf atas perilakunya. Kemudian, dia menyatakan bahwa sudah berhenti dan tidak lagi bekerja sebagai  wartawan Tirto.id. Dari pihak Tirto.id pun menegaskan bahwa Mohammad Bernie memang sudah tidak lagi bekerja di perusahaannya dan mereka tidak bertanggungjawab atas perilaku Bernie. Urusan Bernie adalah urusan pribadinya dan bukan urusan Tirto.id.

            Dibuka identitasnya, dibuli habis, diancam teluh atau santet, kehilangan pekerjaan, dan dibiarkan bertanggung jawab sendiri oleh perusahaannya sudah merupakan hadiah besar bagi Bernie. Semoga hal ini menjadi pelajaran bagi kita semua dan tidak perlu lagi terjadi terhadap siapa pun.

                Sampurasun.


Foto: Suara.com