Saturday, 28 August 2021

Syarat Mudah dari Indonesia yang Berat buat Taliban

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kalau Taliban ingin berhubungan dengan Negara Indonesia, mudah saja dalam pandangan orang Indonesia. Akan tetapi, akan dirasakan sangat berat buat Taliban yang punya tradisi keras, pemikiran tunggal, dan telah hidup lama dalam penyingkiran selama Afghanistan dikuasai pemerintahan yang didukung Amerika Serikat (AS).

            Dalam pertemuan dengan Taliban di Doha, Qatar, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menegaskan bahwa Indonesia meminta Taliban untuk melakukan tiga hal. Pertama, membentuk pemerintahan yang terbuka, inklusif; kedua, menghormati dan menjaga hak-hak perempuan; ketiga, memastikan agar Afghanistan tidak menjadi tanah tempat berkembang biaknya kegiatan dan aktivitas terorisme.

            Pemerintahan yang terbuka, inklusif, artinya penyelenggaraan pemerintahan yang bisa diawasi, diuji, dikritik, dan bertanggung jawab kepada rakyat. Jika pemerintahan tidak bisa diawasi oleh rakyat dan tidak bertanggung jawab kepada rakyat, misalnya, mengklaim diri hanya bertanggung jawab kepada Tuhan, itu artinya pemerintahan yang tertutup. Semua orang sulit menilai pertanggungjawaban kepada Tuhan dan tidak bisa memastikan dengan benar bagaimana penilaian Tuhan terhadap sebuah proses pemerintahan. Manusia hanya bisa menilai apa yang dilihat dan dirasakan manusia.

            Perempuan adalah manusia juga yang memiliki hak untuk hidup, berkembang, dan menentukan mana yang baik dan benar untuk dirinya sendiri. Perempuan tidak boleh dipandang sebagai manusia rendahan yang hidupnya selalu di bawah kekuasaan kaum pria.

            Terorisme adalah kegiatan yang merupakan ancaman menakutkan bagi perdamaian dan keharmonisan hidup manusia. Tak ada keamanan dan kenyamanan, baik secara lahir maupun batin jika hidup diganggu oleh tindakan-tindakan terorisme.

            Ketiga syarat itu mudah bagi orang Indonesia karena memang sudah kesehariannya melakukan hal seperti itu. Akan tetapi, akan dirasakan berat oleh Taliban yang berpikran tunggal dan menganggap kelompoknya yang paling benar. Mereka akan kesulitan jika harus diawasi oleh rakyat dalam menjalankan pemerintahan. Mereka lebih suka membunuh para aktivis, akademisi, dan para pengkritik. Taliban akan kesulitan jika harus mengangkat derajat perempuan sama dengan kaum pria karena kebiasaan mereka yang kerap merendahkan dan membatasi kehidupan perempuan. Taliban pun harus bersusah payah untuk membersihkan Afghanistan dari kelompok-kelompok teroris. Buktinya, baru beberapa hari saja mereka berkuasa, sudah ada serangan teror yang diduga menimbulkan korban lebih dari seratus jiwa, termasuk tentara AS di bandar udara internasional Afghanistan. Serangan teror itu dilakukan kelompok “Isis-K (Isis Khorasan)”. Khorasan itu nama wilayah yang mencakup Pakistan, Iran, Afghanistan, dan Asia Tengah.

            Indonesia memang sudah sebaiknya tetap waspada dan berhati-hati terhadap Taliban. Selama Taliban tidak dapat memenuhi permintaan Menlu RI Retno Marsudi, tidak perlu percaya penuh kepada mereka. Langkah pemerintah Indonesia sudah tepat memindahkan operasional Kedutaan Besar Indonesia dari Kabul, Afghanistan ke Islamabad, Pakistan. Hal itu disebabkan sudah menjadi kewajiban pemerintah Indonesia untuk melindungi rakyat dan petugasnya yang berada di Afghanistan yang kini dalam situasi tidak menentu.

            Sampurasun.

 

Sumber:

 

https://www.republika.co.id/berita/qyh1ve382/menlu-retno-bertemu-perwakilan-taliban-di-qatar

 

https://www.tribunnews.com/internasional/2021/08/26/apa-itu-isis-k-kelompok-militan-yang-ancam-keselamatan-warga-afghanistan-di-bandara-kabul?page=2

No comments:

Post a Comment