oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kalau Taliban ingin
berhubungan dengan Negara Indonesia, mudah saja dalam pandangan orang
Indonesia. Akan tetapi, akan dirasakan sangat berat buat Taliban yang punya
tradisi keras, pemikiran tunggal, dan telah hidup lama dalam penyingkiran
selama Afghanistan dikuasai pemerintahan yang didukung Amerika Serikat (AS).
Dalam pertemuan dengan Taliban di Doha, Qatar, Menteri
Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menegaskan bahwa Indonesia meminta Taliban
untuk melakukan tiga hal. Pertama, membentuk
pemerintahan yang terbuka, inklusif; kedua,
menghormati dan menjaga hak-hak perempuan; ketiga, memastikan agar Afghanistan tidak menjadi tanah tempat
berkembang biaknya kegiatan dan aktivitas terorisme.
Pemerintahan yang terbuka, inklusif, artinya
penyelenggaraan pemerintahan yang bisa diawasi, diuji, dikritik, dan
bertanggung jawab kepada rakyat. Jika pemerintahan tidak bisa diawasi oleh
rakyat dan tidak bertanggung jawab kepada rakyat, misalnya, mengklaim diri
hanya bertanggung jawab kepada Tuhan, itu artinya pemerintahan yang tertutup.
Semua orang sulit menilai pertanggungjawaban kepada Tuhan dan tidak bisa
memastikan dengan benar bagaimana penilaian Tuhan terhadap sebuah proses
pemerintahan. Manusia hanya bisa menilai apa yang dilihat dan dirasakan manusia.
Perempuan adalah manusia juga yang memiliki hak untuk
hidup, berkembang, dan menentukan mana yang baik dan benar untuk dirinya
sendiri. Perempuan tidak boleh dipandang sebagai manusia rendahan yang hidupnya
selalu di bawah kekuasaan kaum pria.
Terorisme adalah kegiatan yang merupakan ancaman
menakutkan bagi perdamaian dan keharmonisan hidup manusia. Tak ada keamanan dan
kenyamanan, baik secara lahir maupun batin jika hidup diganggu oleh
tindakan-tindakan terorisme.
Ketiga syarat itu mudah bagi orang Indonesia karena
memang sudah kesehariannya melakukan hal seperti itu. Akan tetapi, akan
dirasakan berat oleh Taliban yang berpikran tunggal dan menganggap kelompoknya
yang paling benar. Mereka akan kesulitan jika harus diawasi oleh rakyat dalam
menjalankan pemerintahan. Mereka lebih suka membunuh para aktivis, akademisi,
dan para pengkritik. Taliban akan kesulitan jika harus mengangkat derajat
perempuan sama dengan kaum pria karena kebiasaan mereka yang kerap merendahkan dan
membatasi kehidupan perempuan. Taliban pun harus bersusah payah untuk
membersihkan Afghanistan dari kelompok-kelompok teroris. Buktinya, baru
beberapa hari saja mereka berkuasa, sudah ada serangan teror yang diduga menimbulkan
korban lebih dari seratus jiwa, termasuk tentara AS di bandar udara
internasional Afghanistan. Serangan teror itu dilakukan kelompok “Isis-K (Isis Khorasan)”. Khorasan itu
nama wilayah yang mencakup Pakistan, Iran, Afghanistan, dan Asia Tengah.
Indonesia memang sudah sebaiknya tetap waspada dan
berhati-hati terhadap Taliban. Selama Taliban tidak dapat memenuhi permintaan
Menlu RI Retno Marsudi, tidak perlu percaya penuh kepada mereka. Langkah
pemerintah Indonesia sudah tepat memindahkan operasional Kedutaan Besar
Indonesia dari Kabul, Afghanistan ke Islamabad, Pakistan. Hal itu disebabkan
sudah menjadi kewajiban pemerintah Indonesia untuk melindungi rakyat dan
petugasnya yang berada di Afghanistan yang kini dalam situasi tidak menentu.
Sampurasun.
Sumber:
https://www.republika.co.id/berita/qyh1ve382/menlu-retno-bertemu-perwakilan-taliban-di-qatar
https://www.tribunnews.com/internasional/2021/08/26/apa-itu-isis-k-kelompok-militan-yang-ancam-keselamatan-warga-afghanistan-di-bandara-kabul?page=2
No comments:
Post a Comment