oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Taliban sekarang sedang
berada di atas angin Afghanistan. Mereka berkuasa penuh atas Afghanistan.
Kemenangan Taliban atas pemerintahan lama yang didukung
Amerika Serikat (AS) membuat dunia memperhatikan mereka. Sebagian besar negara
bersikap “wait and see”, ‘menunggu
dan melihat” apa yang dilakukan Taliban di Afghanistan, Indonesia pun termasuk negara yang bersikap hati-hati
terhadap situasi politik di Afghanistan. Hal yang jelas dilakukan pemerintah RI
adalah telah mengevakuasi WNI yang ada di Afghanistan. Itu menunjukkan arti
bahwa ada kekhawatiran dan kehati-hatian terhadap situasi yang terjadi. Langkah
yang bagus dilakukan pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan rakyatnya di
tengah situasi yang masih belum menentu.
Meskipun demikian, ada negara yang “nyosor” langsung mendekat ke Taliban, yaitu Cina. Negara ini
menyatakan siap bekerja sama dengan Taliban dengan syarat Taliban dapat
membentuk pemerintahan Islam yang terbuka. Taliban pun ternyata memang berharap
sangat besar bahwa Cina dapat berinvestasi di Afghanistan. Kekuatan Cina dapat
menjadi daya tawar yang tinggi bagi Taliban terhadap negara-negara lainnya.
Bahkan, kini Cina semakin dekat dan menjadi pembela Taliban.
Ketika tersiar kabar yang dibawa AS bahwa Taliban ketika
menduduki Afghanistan dalam waktu cepat telah menimbulkan korban, Cina pasang
badan membela Taliban. Menurut AS, Taliban menyatroni rumah-rumah di
Afghanistan dan melakukan pembunuhan, eksekusi, dan pemaksaan terhadap perempuan
dan anak-anak perempuan untuk dinikahi. Cina dengan segera menyerang AS dengan
menuntut bahwa AS pun harus bertanggung jawab atas korban-korban yang berjatuhan
selama AS berkuasa 20 tahun di Afghanistan. Makin mesra tampaknya hubungan
antara Cina dan Taliban.
Hal yang lucu adalah justru terjadi di Indonesia. Para
provokator politik yang memprovokasi rakyat Indonesia untuk membenci Cina,
terus terjadi sampai hari ini meskipun banyak bohongnya, banyak hoax-nya.
Disebutnya Cina menguasai Indonesia. Pemerintah Indonesia adalah antek-antek
Cina. Akan tetapi, pada saat yang sama memuji-muji Taliban yang justru sedang
mesra dengan Cina. Selain itu, Cina sekarang menjadi negara besar yang bersikap
melindungi Taliban karena ada kepentingan bisnis di Afghanistan.
Bagi saya ini hal yang lucu. Indonesia dikata-katai
sebagai antek-antek Cina, sementara Taliban dipuji, padahal di belakangnya ada
Cina juga. Mereka yang mengatai-ngatai Indonesia dan memuji Taliban, orang-orangnya
masih yang itu-itu juga, kelompoknya masih sama. Para provokator ini memang
tidak memiliki tujuan yang jelas. Mereka hanya ingin rakyat Indonesia tetap
bodoh, tersesat, dan gampang ditipu sesuai kepentingan mereka sendiri.
Orang normal kalau membenci Indonesia karena berbisnis
dengan Cina, seharusnya membenci juga Taliban karena berbisnis juga dengan
Cina. Kalau membenci yang satu dan memuji yang satu lagi, jelas itu menunjukkan
bahwa mereka tidak memiliki tujuan yang jelas.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment