oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Prank itu artinya lucu-lucuan,
senda gurau, kelakar, bercandaan, tetapi ada juga arti lain, yaitu menipu dan
mengibuli. Di dunia ini, termasuk di Indonesia istilah prank memang sering digunakan
untuk hal-hal yang lucu, main-main, misalnya, prank pocong, prank manusia
semak-semak, atau prank polisi-polisian. Meskipun main-main, di dalamnya memang
mengandung penipuan, tidak sebenarnya.
Tak heran jika sekarang-sekarang ini istilah prank dialamatkan
pada orang yang berbohong dan menipu. Ada banyak prank yang terjadi di
Indonesia ini sejak zaman Soekarno sampai dengan hari ini yang sifatnya
nasional, diketahui oleh masyarakat senegara. Kalau ditulis semua, bisa
puluhan, bahkan mungkin ratusan prank yang terjadi dan berskala nasional.
Prank yang terjadi akhir-akhir ini dan diketahui
masyarakat luas adalah prank keluarga Akidi Tio yang akan menyumbang 2 triliun
untuk masyarakat Sumatera Selatan yang terdampak Covid-19. Akan tetapi, sampai
hari ini uang 2 T itu tidak jelas pencairannya. Masyarakat menunggu dan tidak
ada buktinya. Itu telah disebut prank.
Ketika penyerahan secara simbolis bantuan 2 T itu, banyak
orang yang kaget dan mendukung niat dari keluarga Akidi Tio. Dia memastikan
niatnya itu di hadapan Kapolda Sumsel, Gubernur Sumsel, aparat kesehatan, dan
diviralkan oleh Humas Polda Sumsel. Mereka yang hadir pada acara itu
orang-orang penting. Tak heran banyak orang bergembira, termasuk saya karena
ada orang baik yang ingin membantu orang-orang yang sedang kesusahan disaksikan
pejabat penting. Akan tetapi, akhirnya dia harus berurusan dengan kepolisian
karena tidak ada buktinya.
Hal
itu pun membuat saya harus menghapus tulisan saya dari blog dan FB saya tentang
kebaikan keluarga itu. Hal itu disebabkan tidak sesuai dengan kenyataan dan
bisa menyesatkan.
Kepolisian
sudah lebih sigap untuk lebih memastikan nasib keluarga Akidi Tio. Salah
satunya karena mereka pun harus membersihkan nama baik kepolisian yang
digunakan sebagai media untuk menerima bantuan dari keluarga Akidi Tio. Itu
tindakan yang sangat bagus, tidak merasa malu untuk bersikap bahwa mereka pun
merasa ditipu.
Prank
yang juga menasional adalah prank Ratna Sarumpaet yang mengaku digebukin
sekelompok pemuda sampai wajahnya bengkak-bengkak. Padahal tipu. Wajah
bengkaknya itu adalah akibat dari proses operasi plastik. Banyak yang tertipu.
Anggota DPR sekelas Fadli Zon ikut tertipu dan menyebarkan berita itu ke
masyarakat luas. Demikian pula banyak petinggi lain yang dulu pendukung Capres
Prabowo tertipu. Ratna Sarumpaet pun harus dipenjara untuk
mempertanggungjawabkan prank-nya itu.
Prabowo
yang sekarang telah menjadi Menhan pun sempat menjadi korban prank ketika masih
menjadi Capres. Dia diberi informasi prank bahwa dirinya telah menang unggul
menjadi presiden mengalahkan Jokowi. Dia sempat sujud. Padahal, tipu.
Presiden
Soekarno pun pernah kena prank pada 1950. Saat itu ada orang yang mengaku
sebagai Raja dan Ratu dari Suku Anak Dalam yang bisa merebut Irian Barat dari
kekuasaan Belanda. Ternyata, Raja yang bernama Idrus itu adalah tukang becak
dan Ratu yang bernama Markonah adalah pekerja seks komersial. Media-media
memberitakannya. Mereka pun ditangkap.
Pada
zaman Presiden Soeharto pun ada prank yang mendapat perhatian masyarakat. Saat
itu sekitar 1970-an ada seorang perempuan hamil bernama Cut Zahara Fona. Dia mengaku bahwa janin yang ada di
dalam perutnya bisa bicara dan pandai mengaji. Wakil Presiden Adam Malik pun
mendengarkan suara itu dari perutnya. Bahkan, ulama besar sekelas Buya Hamka
ikut berkomentar tentang hal itu. Akan tetapi, setelah diteliti, ternyata di
kain perempuan itu ada tape recorder yang menghasilkan suara mengaji. Saat itu
tape recorder masih barang mewah.
Pada
zaman Presiden Megawati juga ada prank. Saat itu Menteri Agama adalah Said Agil
Al Munawar. Mereka mempercayai ada seorang ustadz yang mendapat bisikan bahwa
di sekitar batu tulis di Bogor ada harta karun Prabu Siliwangi. Harta itu bisa
membayar hutang-hutang negara. Setelah dilakukan penggalian ternyata zonk. Tak
ada harta karun itu.
Pada
zaman Presiden SBY, sekitar 2007, ada seorang yang bernama Joko Suprapto yang
mengaku bisa mengubah air menjadi bahan bakar. Dimulailah proyek “Blue Energy” atau “Banyu Geni”. SBY sangat tertarik. Akan tetapi, akhirnya Joko
mengaku bahwa dirinya berbohong dan meminta maaf.
Masih
banyak prank lain yang berskala nasional. Akan tetapi, akan terlalu banyak jika
ditulis di sini. Kita ambil hikmahnya saja. Kita harus mengakui bahwa kita
adalah manusia yang lemah. Sehebat apa pun kita, sepintar apa pun kita,
setinggi apa pun jabatan dan kehormatan kita, pada akhirnya kita harus sadar
bahwa kita ini rentan dan ringkih. Jika Allah swt tidak melindungi dan
memberikan petunjuk, kita akan hidup dalam ketertipuan.
Allah
swt Maha Pelindung. Dia Sang Maha Pemberi Petunjuk.
No comments:
Post a Comment