Saturday 28 August 2021

Taliban Wajib Menertibkan Dirinya Sendiri

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Pada awal menguasai Afghanistan, 15 Agustus 2021, banyak janji manis dan lembut disampaikan Taliban. Mereka berjanji akan membuat situasi lebih aman, perempuan bisa bersekolah, para pejabat dan pegawai yang mendukung pemerintahan lama akan diampuni, semua elemen akan diajak membangun Afghanistan bersama-sama, rakyat tidak perlu kabur ke luar negeri karena semuanya akan dilindungi. Akan tetapi, berita yang berkembang selanjutnya adalah Taliban banyak melakukan kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan. Janji manis mereka ternyata tidak sesuai di lapangan. Berbeda antara kata dan perbuatan.

            Seorang walikota perempuan pertama di Kota Maidan Shahr, Provinsi Wardak, Afghanistan, Zarifa Ghafari, awalnya diajak para elit Taliban untuk tetap bekerja membangun Afghanistan. Akan tetapi, dalam kenyataannya di lapangan, Taliban mengepung rumah Zarifa dan memukuli penjaga rumahnya. Zarifa hendak ditangkap dan mungkin dibunuh karena Taliban tidak menyukai perempuan menjadi pemimpin.

            Beruntung Zarifa Ghafari berhasil kabur ke Jerman dan diterima dengan baik oleh Perdana Menteri Rhine-Westphalia Utara (NRW) dan kandidat Kanselir Serikat Armin Laschet (CDU) di Düsseldorf. Meskipun pemerintah dan rakyat Jerman sangat menerimanya dengan baik, tetapi Zarifa tetap merindukan kebisingan, hiruk pikuk, celotehan, dan keriangan rakyat Afghanistan. Kini semuanya menjadi tidak menentu.

            Kejadian ini hanya salah satu contoh tidak nyambungnya antara kata, janji, dan praktik yang dilakukan Taliban. Peristiwa tragis lainnya masih banyak.

            Ada dua hal yang bisa saya duga tentang hal ini, yaitu pertama, Taliban memang pendusta, pembohong. Mereka bermulut manis, tetapi sebetulnya di dalam hatinya kotor dan penuh kebohongan.

            Kedua, sistem informasi, komunikasi, dan komando di dalam tubuh Taliban sendiri memang berantakan. Sangat mungkin memang para elit Taliban berniat tulus untuk berubah dan membangun Afghanistan dengan lebih baik dan bekerja sama dengan seluruh elemen Afghanistan, termasuk memberikan kebebasan pada perempuan untuk mengembangkan potensi dirinya. Akan tetapi, di level menengah dan di level komando lapangan, niat baik para pemimpin puncak Taliban tidak dilaksanakan dengan baik. Mereka masih betah dan yakin dengan perilakunya kejinya seperti 25 tahun yang lalu.

            Melihat hal seperti itu, agar Afghanistan dipercaya oleh negara-negara lain untuk bekerja sama dalam berbagai bidang demi kemakmuran, Taliban harus mampu menertibkan dirinya sendiri dari level atas hingga level bawah. Kalau perilaku mereka tetap berantakan dan tetap bergaya teroris, tak akan ada negara yang mau bekerja sama dengan mereka. Itu artinya kekacauan menjadi kehidupan mereka, kebodohan adalah ciri mereka, dan kemiskinan adalah gaya hidup mereka.

            Cina mungkin tidak akan peduli dengan itu semua. Bagi mereka yang penting adalah untung dalam berbisnis dengan Taliban. Akan tetapi, Cina juga akan berhitung ulang jika Taliban  tidak mampu membentuk pemerintahan Islam yang terbuka karena akan mempersulit bisnis ke masa depannya dan akan mendapatkan tekanan luar biasa dalam pergaulan internasional yang akan membuat Cina kehilangan banyak kepercayaan dari masyarakat internasional.

            Perbaikan diri sangat diperlukan oleh Taliban. Jika tidak mampu memperbaiki dirinya, Taliban harus sadar dan menggandeng beberapa negara untuk menjadi mentor mereka dalam mengubah situasi menjadi lebih modern dan terbuka demi kemajuan Afghanistan.

            Sampurasun.

 

Sumber:

 

https://www.tribunnews.com/internasional/2021/08/25/sempat-pasrah-akan-dibunuh-taliban-wali-kota-pertama-di-afghanistan-berhasil-kabur-ke-jerman

 

https://www.youtube.com/watch?v=yJG1uq7hfVA&t=10s




No comments:

Post a Comment