Sunday, 8 August 2021

Jokowi Vs PDIP

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Akhir-akhir ini Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sangat rajin mengkritik keras Presiden Jokowi. Pada dasarnya mengkritik itu boleh, bahkan harus, tetapi ada etikanya, ada tempatnya. Jokowi itu berasal dari PDIP dan dicalonkan menjadi presiden atas dukungan PDIP, artinya mereka itu memiliki hubungan yang khusus dan sangat erat seharusnya. Kalau PDIP ingin mengkritik, sampaikanlah dengan baik di tempat tertutup dan di lingkungan yang lebih pribadi karena sesama keluarga sendiri dalam partai dan politik, tidak perlu di tempat terbuka, apalagi di media massa dan media sosial. Berbeda dengan PKS yang menyatakan dirinya oposisi dan berada di luar pemerintahan. Wajar jika PKS mengkritik keras di media massa dan media sosial karena memang mereka oposan. Paling-paling, saling hantam dengan para pendukung Jokowi.

            Beberapa pengamat menilai bahwa perilaku aneh beberapa tokoh PDIP itu diakibatkan kekecewaan Megawati Soekarnoputeri dan anaknya, Puan Maharani yang kini menjabat sebagai Ketua DPR RI itu. Mereka kecewa karena Jokowi lebih mempercayai menteri dari partai lain untuk memimpin penanganan Covid-19, bukan dari PDIP. Jokowi lebih memilih percaya kepada Luhut Binsar Pandjaitan dan Airlangga Hartarto yang berasal dari Partai Golkar karena telah melihat kerja-kerja keras keduanya. Kekecewaan Megawati dan Puan pun ditambah oleh Jokowi dan anaknya, Gibran yang kini menjabat sebagai Walikota Solo, lebih dekat dan akrab dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi untuk menjadi Presiden RI setelah Jokowi. Padahal, PDIP sedang menjual dan memasarkan Puan Maharani untuk menjadi Presiden RI pengganti Jokowi pada 2024. Sayangnya, Puan memiliki tingkat kepercayaan yang sangat rendah dari masyarakat untuk menjadi presiden. Hal-hal seperti itulah yang dianggap menjadi pemicu Puan sangat keras dalam mengkritik Jokowi di ruang-ruang publik.

            PDIP tahu bahwa Jokowi memiliki pendukung yang sangat banyak dan kuat, jumlah pemilihnya ada sekitar 85,6 juta orang. Jika Jokowi dan Gibran mendukung Ganjar Pranowo, para pengikut Jokowi yang sering disebut “Jokower” akan memberikan dukungan kepada Ganjar, bukan kepada Puan. Oleh sebab itu, Puan bersikap keras di ruang publik adalah tampak seperti untuk mencari dukungan dari orang-orang yang “anti-Jokowi”. PDIP berusaha untuk mendapatkan dukungan dari para pembenci Jokowi agar mendukung Puan untuk menjadi presiden.

            Pertanyaannya, maukah para anti-Jokowi menjadi para pendukung Puan?

            Berhasilkah PDIP menarik simpati dari para pembenci Jokowi?

            Hal yang jelas adalah PDIP telah mendapatkan perlawanan dari Jokower. Para Jokower dengan senang hati bertarung melawan PDIP. Mereka mengingatkan bahwa suara PDIP itu menjadi besar karena ada Jokowi di sana dan mereka menjelaskan bahwa memilih Jokowi bukan karena PDIP, tetapi karena rekam jejak keberhasilan Jokowi menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI, dan kepercayaan mereka semakin tinggi selama Jokowi menjadi presiden.

            Sesungguhnya, pemilihan presiden itu masih lama. Hal yang harus dikerjakan sekarang adalah bahu-membahu, bergotong royong untuk mengatasi pandemi dan meningkatkan ekonomi rakyat. Ingat tidak perlu sejak sekarang sudah mabuk kekuasaan dan bikin ricuh karena situasi sedang rumit dan dirasakan oleh umat manusia sedunia, terutama Indonesia.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment