Wednesday 11 August 2021

Berdamai dengan PPKM

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kita semua selalu berharap bahwa PPKM berakhir, tetapi kenyataannya tidak berakhir sampai hari ini. Hal itu menunjukkan bahwa masih sangat banyak bahaya yang bisa menyerang kita kapan saja. Pemerintah itu memiliki menteri kesehatan yang di bawahnya dipenuhi para dokter, ada para ahli epidemiolog, ada ahli kebijakan publik, ada ahli hubungan internasional, dan lain sebagainya. Dari masukan-masukan merekalah pemerintah mengambil kesimpulan, lalu menentukan keputusan yang kemudian dipastikan pelaksanaannya oleh aparat negara.

            Perpanjangan PPKM Level 2, 3, 4 yang diberlakukan di Pulau Jawa-Bali adalah menunjukkan bahwa kasus Covid-19 mengalami penurunan, terutama di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Hal itu bisa dilihat dari tidak adanya penunjukkan dari pemerintah pusat wilayah mana yang harus ada di level 2, 3, atau 4. Artinya, pemerintah pusat menyerahkan kewenangan itu kepada kepala daerah masing-masing. Para gubernur, bupati, atau walikota yang harus menilai kondisi daerahnya masing-masing. Para kepala daerah itu yang lebih mengenal daerahnya sendiri dibandingkan pemerintah pusat. Oleh sebab itu, di Pulau Jawa dan Bali akan ada perbedaan level dalam pelaksanaan PPKM, bergantung situasi dan kondisi setiap daerah. Akan ada daerah yang sangat ketat, agak longgar, dan sangat longgar.

            Karena PPKM ini ternyata tidak juga diberhentikan, tak ada jalan lain bagi kita, kecuali berdamai dengan PPKM. Kita harus menjalani berbagai pembatasan itu hingga kita terbiasa dengan pembatasan itu. Tinggal kita menurunkan level PPKM itu dengan cara masyarakat melaksanakan 5M dan pemerintah melaksanakan 3T. Pemberontakan terhadap PPKM adalah hal yang sia-sia. Kita memang ingin terbebas, tetapi kita juga harus memikirkan orang-orang yang sakit, para Lansia, dan orang-orang rentan lainnya yang mudah sekali terserang virus. Untuk sementara, memang baru ada PPKM yang terbaik untuk dijalankan, belum ada cara lain yang bisa dilakukan. Kalau ada yang lebih baik dan bisa dipertanggungjawabkan dalam forum ilmiah, itu adalah sangat bagus. Akan tetapi, sampai hari ini tidak ada orang pintar, orang beriman, atau orang yang dianggap suci dan hebat yang mampu memberikan jalan keluar lain. Itu kenyataannya.

            Sebenarnya, dalam hidup ini kita sudah banyak dibatasi, tetapi kita sudah terbiasa dengan pembatasan itu dan memahami hal tersebut. Contoh kecil adalah di pantai.  Kalau kita ke Pantai Ancol, misalnya, ada pembatas yang dibuat oleh pihak pengelola agar wisatawan tidak berenang terlalu jauh karena membahayakan wisatawan sendiri. Kalau terlalu jauh, kita bisa tenggelam atau terhisap arus laut dan akhirnya menemui kematian. Demikian pula dengan rambu-rambu lalu lintas yang dibuat untuk menyelamatkan pengguna jalan, siapa pun dia. Jika kita tidak mematuhi pembatasan itu, risiko kematian akan kita tanggung dan orang-orang terdekat kita akan mengalami kesusahan. Begitu juga dengan PPKM yang dibuat untuk menyelamatkan kita, harus kita patuhi agar kita terhindar dari risiko kematian. Kita harus saling mengingatkan untuk mematuhi PPKM agar level PPKM di daerah kita dalam level yang sangat rendah. Dengan demikian, kita tetap beraktivitas, bekerja, berbisnis, tetapi kesehatan tetap terjaga dari bahaya Covid-19.

            Kalaulah ada yang bilang bahwa bukan PPKM yang menentukan hidup dan matinya manusia, tetapi Allah swt yang menentukannya, ya sudah cabut saja semua rambu-rambu lalulintas. Tak ada lagi lampu merah, kuning, hijau; tak lagi larangan belok kiri belok kanan; tak ada lagi pintu penjaga perlintasan kereta api; tak ada lagi peringatan pembatasan kecepatan. Biarkan semua orang berkendaraan semaunya, seenaknya, dan nikmatilah tabrakan beruntun dan kecelakaan di jalan raya, toh hidup dan mati itu Allah swt yang menentukan.

            Iya kan?

            Sesungguhnya, memang hidup dan mati itu Allah swt yang punya takdir, tetapi kita manusia wajib menjaga diri kita, hidup kita tetap sehat dan selamat agar dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri sendiri, bagi orang-orang terdekat, dan bagi manusia lainnya.

            Takdir itu urusan Allah swt. Urusan kita mah wajib menjaga diri kita dan orang-orang di seputar kita.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment