Saturday, 21 December 2019

Ambil Sikap Skeptis


oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Banyak dan panjang sebenarnya pemahaman skeptis ini. Bisa dipahami dari sudut filsafat, bisa juga dari sudut pandang agama. Akan tetapi, intinya, skeptis adalah sikap “meragukan atau ketidakpercayaan”.

            Para pemikir atau ilmuwan sejati selalu skeptis terhadap informasi atau ilmu yang baru didapatnya. Mereka selalu ragu dan tidak percaya. Akan tetapi, mereka tidak berhenti dalam keraguan. Mereka melakukan berbagai penelusuran hingga keraguan itu hilang berganti menjadi sebuah “keyakinan”.

            Mereka tidak takut untuk ragu agar mendapatkan keyakinan. Dari merekalah kita mendapatkan banyak sekali pengetahuan yang bermanfaat. Dalam hal agama Islam pun para “ahli ilmu kalam” banyak yang membebaskan diri dulu dari Islam. Mereka keluar dulu dari Islam, kemudian meragukan dan tidak percaya terhadap inti-inti ajaran Islam. Bahkan, mereka ragu terhadap kebenaran “rukun iman”. Mereka pelajari semua agama, semua inti keyakinan. Mereka mencari mana agama yang paling benar dan mencari bukti-bukti yang objektif dan ilmiah. Pada akhirnya, mereka menjadi ulama-ulama besar yang hasil penelitiannya menguatkan keyakinan umat Islam.

            Dalam merespon berita-ceritera-kisah tentang Uighur, Xinjiang, Cina, dunia terbagi dua kubu, yaitu kubu yang percaya saat ini ada kamp konsentrasi penyiksaan dan ada yang tidak percaya, bahkan di Xinjiang diyakini bahwa semua etnis bahagia. Mereka yang percaya ada pembantaian paling tidak, ada 22 negara. Mereka yang tidak percaya, ada 37 negara lebih. Bagi yang tidak pernah ke Xinjiang menyaksikan langsung, bisa terombang-ambing isu-isu yang beredar. Akan tetapi, mereka yang percaya pada negaranya, cukup mengambil sikap percaya pada negaranya. Hasilnya, tetap, dunia terbagi dua kubu, yaitu mereka yang percaya dan tidak.

            Sungguh, di dunia ini banyak pembohong dan pendusta.  Bagi mereka yang menginginkan kebenaran dengan disertai bukti kuat, sebaiknya mengambil sikap skeptis. Ragukan saja kedua kubu di dunia itu. Ambil sikap tidak percaya saja keduanya. Tidak apa-apa. Itu bagus. Kemudian, teliti sendiri, cari bukti sendiri, bisa sendirian, bisa berkelompok. Bebaskan diri dari segala keberpihakan. Peneliti harus netral, tidak pro ke salah satu kubu. Dia harus berada di tengah. Caranya, bisa mempelajari banyak buku tentang Cina, Uighur, Turki, Perang Dunia, Perang Dingin, dan peristiwa lain yang terhubung. Bisa pula dengan datang langsung ke Xinjiang, Cina, lalu melakukan observasi, pengamatan, wawancara, dokumentasi. Bisa juga melalui teman atau kenalan yang sedang berada di Cina sebagai turis, mahasiswa, atau pekerja. Syaratnya, mereka harus orang-orang yang jujur dan cerdas.

            Hasilnya, dari penelusuran kita, akan didapat data atau informasi yang lebih akurat dan bisa dipertanggungjawabkan. Jika jujur, kita akan mengemukakan semua bukti yang didapatkan untuk menguatkan keyakinan kita dan keyakinan orang banyak. Kita akan memberikan pencerahan dan manfaat bagi orang lain. Pahalanya besar sekali dari Allah swt.

            Jika kita berbohong atau ikut menyebarkan kebohongan, dosanya luar biasa dan harus ditanggung dengan penderitaan yang sangat mengerikan. Berbohong ke tukang warung beda dosanya dengan berbohong ke seluruh dunia karena kerusakan yang ditimbulkannya juga berbeda. Jangan berbohong.

            Ambil sikap skeptis, lalu lakukan penelitian sendiri, jujurlah dengan hasilnya. Jika niat kita baik, Allah swt bersama kita. Jika niat kalian buruk, syetan  bersama kalian.

            Sampurasun

No comments:

Post a Comment