Sunday 1 December 2019

Seandainya Indonesia Khilafah Hari Ini


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Saya ini sebetulnya oke-oke saja mau sistem politik apa pun asal ada “kesepakatan”. Mau kerajaan, presidensial, parlementer, republik, kekaisaran, ataupun kekhalifahan, it’s ok. Akan tetapi, sistem yang pasti saya tolak adalah sistem kerasulan karena kerasulan sudah selesai ditutup oleh Muhammad saw. Tak ada lagi nabi setelah beliau. Sistem yang berlaku sekarang di Indonesia adalah berdasarkan “kesepakatan” para pendiri bangsa waktu itu. Mereka yang tidak mau tunduk pada kesepakatan sudah dikalahkan secara politik dan militer. Jadilah sistem politik kita seperti sekarang ini.

            Kalau mau mengganti sistem politik sekarang, batalkan dulu kesepakatan lama, lalu buat kesepakatan baru. Mari berandai-andai, kita sepakat untuk mengganti sistem politik dengan sistem kekhalifahan pada hari ini atau minggu ini atau bulan ini atau tahun ini.

            Kalau kita sepakat mengganti dengan sistem kekhalifahan, memang siapa orang yang akan menjadi khalifah di Indonesia sebagai pemimpin 267 juta rakyat ini?

            Sehebat apa sih dia?

            Kalau kita tanya ke NU, mungkin jawabannya orang yang paling tepat untuk menjadi khalifah adalah Maruf Amin, Said Aqil Siradj, atau Habib Luthfi. Kalau kita tanya ke Muhammadiyah, mungkin jawabannya adalah Khalifah Haedar Nashir, Syafii Maarif, Amien Rais, atau Din Syamsudin. Kalau kita tanya ke Persis, mungkin jawabannya adalah Aceng Zakaria atau Yusril Ihza Mahendra. Kalau kita tanya ke FPI jawabannya mungkin Rizieq Shihab. Kalau kita tanya ke HTI, mungkin jawabannya Khalifah Ismail Yusanto.

            Akan berbeda pula jika kita tanya ke kelompok-kelompok nasionalis dan ke kelompok nonmuslim. Jawabannya akan sangat beragam dan memunculkan banyak nama.

            Jadi, siapa atuh orang yang pantas menjadi khalifah jika Indonesia menggunakan sistem kekhalifahan saat ini?

            Dengan banyaknya kelompok dan banyaknya aspirasi, kita akan menggunakan sistem pemilihan untuk memunculkan seorang khalifah. Itu artinya kita harus menggunakan cara-cara demokrasi karena pemilihan umum adalah salah satu ciri demokrasi.

            Balik lagi ke pemilihan bukan?

            Kalau tidak mau menggunakan pemilihan, kita akan terjebak pada pertarungan fisik yang bisa menghancurkan segalanya dan jatuh menjadi bangsa yang sangat terbelakang dan sangat miskin. Setiap kelompok menganggap pemimpinnya yang  paling pantas untuk menjadi khalifah.

            Kalau sudah semrawut dan saling bunuh, siapa yang rugi? Siapa yang untung?

            Kita yang rugi. Orang asing yang untung.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment