Monday, 23 December 2019

Sumbangan untuk Uighur

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Awalnya, saya tidak begitu “ngeh” atau perhatian dengan tulisan Dina Sulaeman yang mempertanyakan tentang sumbangan untuk etnis Uighur, Xinjiang, Cina. Hal tersebut disebabkan saya belum tahu ada lembaga-lembaga yang mengumpulkan uang dari masyarakat untuk disalurkan ke Uighur. Akan tetapi, hari ini saya mulai melihat beberapa iklan sumbangan tersebut. Keanehan mulai terlihat pada beberapa waktu lalu postingan para “pembela Uighur” sangat keras dan masif mengampanyekan berita dari “Wall Street Journal” sekaligus menyindir-nyindir NU, Muhammadiyah, dan MUI menerima “suapan” dari Cina, bahkan meledek Presiden Jokowi tidak pro terhadap umat Islam, khususnya Uighur, Cina. Kemudian, postingan mereka mulai melunak dengan narasi mengiba, minta dikasihani, serta merayu umat Islam untuk peduli dan membantu kaum muslim Uighur yang katanya sedang dibantai. Mereka bilang jumlahnya jutaan. Sekarang postingannya berubah menjadi iklan donasi untuk Uighur. Begitulah.

            Upaya mengumpulkan bantuan untuk mereka yang membutuhkan adalah sangat bagus dan itu berpahala sekaligus membangun jaringan silaturahmi. Akan tetapi, yang namanya uang itu sensitif, harus jelas.

            Saya sebagai anggota masyarakat, boleh dong bertanya tentang sumbangan itu. Tidak perlu marah, jawab saja dengan baik dan jelas. Kalau jawabannya jelas dan meyakinkan, banyak umat yang tertarik untuk ikut memberikan sumbangan. Kalau tidak jelas, ya … begitulah.

            Pertama. Berkali-kali saya katakan bahwa dunia ini terbagi dua kubu antara yang percaya ada pembantaian (22 negara) dengan yang tidak percaya, malah mendukung Cina (37 negara).

            Mengapa berpegang pada 22 negara Barat-Kapitalis itu? Mengapa tidak berpegang pada keyakinan 37 negara lainnya yang di dalamnya ada mayoritas muslim?

            Dasar keyakinannya apa?

            Kedua. Dalam iklan sumbangan itu disebutkan bahwa jutaan Uighur teraniaya. Kalau disebut jutaan, berarti lebih dari satu juta.

            Jumlah jutaan itu berdasarkan perhitungan siapa?

            Pernahkah lembaga pengumpul sumbangan itu datang ke Xinjiang, lalu menghitung sendiri dengan pasti jumlah itu? Kapan menghitungnya? Di mana? Bagaimana caranya?

            Ketiga. Kalau pengumpulan sumbangan itu berdasarkan keyakinan atas foto-foto dan video yang tersebar di Medsos, bukankah foto-foto itu sudah diklarifikasi oleh para “netizen” sendiri dan sebagian besar—jika tidak semuanya--adalah hoax dan penipuan?

            Bagaimana bisa mengumpulkan donasi berdasarkan ilustrasi-ilustrasi itu?

            Keempat. Sumbangan yang terkumpul itu nantinya diantarkan menggunakan kendaraan apa? Pesawat terbang? Kapal laut?

            Soalnya, saya mau bandingkan dengan donasi-donasi yang pernah diberikan ke Afghanistan, Palestina, dan Rohingya. Kalau ketiga negara ini jelas datanya, jelas jalurnya, dan pemerintah Indonesia pun membuka aksesnya.

            Kelima. Bentuk bantuannya apa? Uang atau barang?

            Kalau uang, berarti harus bawa banyak uang rupiah, lalu ditukarkan dengan uang yang berlaku di Xinjiang.

            Kalau barang, berarti harus beli dulu.

            Di mana belinya? Di Indonesia, lalu diangkut ke Uighur? Beli di Beijing, lalu diantarkan ke Uighur?

            Lewat mana bantuan itu disalurkan? Darat? Laut? Udara?

            Keenam, lewat wilayah mana masuk ke Cina untuk membawa bantuan itu? Beijing, Shanghai, Hongkong, lewat Turki, atau langsung ke Xinjiang?

            Ketujuh. Bagaimana cara masuk ke Xinjiang dengan membawa banyak barang atau uang?

            Dibagikan langsung?

            Rasanya mustahil deh. Hal itu disebabkan Duta Besar Cina yang ada di Indonesia sebagai perwakilan pemerintah Cina sudah mengatakan bahwa saat ini tidak ada kejadian apa-apa di Xinjiang.

            “Kami ini sebagaimana negara lainnya yang sedang mengatasi terorisme dan radikalisme dengan cara deradikalisasi,” begitu katanya kira-kira.

            Apalagi jika seperti yang digambarkan oleh para anti-Cina bahwa aparat keamanan Cina sangat represif terhadap Uighur, bahkan melakukan penyiksaan dan pembantaian di dalam kamp konsentrasi. Tentunya, sumbangan untuk Uighur tidak akan pernah bisa sampai ke tujuan. Di samping itu, pemberian bantuan itu bisa dianggap sebagai penghinaan pada pemerintah pusat Cina. Pemerintah Cina tidak akan pernah membiarkan siapa pun masuk dan menentang keyakinan serta kebijakannya di wilayah yang dikuasainya. Uighur, Xinjiang adalah di bawah kendali penuh Beijing.

            Sungguh, saya bodoh soal ini. Karena merasa diri tidak mengerti dan bodoh soal sumbangan ini, saya bertanya kepada siapa pun melalui tulisan ini.

            Seperti saya bilang, jangan marah. Jawab saja dengan baik. Kalau jawabannya baik, jelas, dan meyakinkan, banyak umat yang tergerak untuk memberikan sumbangan. Anggap saja tulisan saya ini iklan tambahan bagi lembaga pengumpul dana untuk Uighur agar lebih meyakinkan masyarakat. Kalau jawabannya tidak baik, tidak jelas, dan tidak meyakinkan, yaaa … begitulah.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment