oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Dalam beberapa tulisan yang
lalu selalu saya jelaskan bahwa jika mendapatkan suatu informasi, harus dicek
kebenarannya. Jangan langsung percaya.
Siapa yang menyebarkan informasi itu?
Dia bisa dipercaya tidak?
Informasinya masuk akal tidak?
Mengapa kita percaya dia?
Berita tentang Uighur, Xinjiang kembali mengemuka.
Sebelumnya, memang sudah terjadi masalah di wilayah itu, bahkan sudah sejak dua
ratus tahun yang lalu. Pemerintah Cina pun mencari jalan untuk
menyelesaikannya, termasuk datang ke Indonesia dan berdiskusi dengan Ormas
besar. Kali ini muncul lagi berita yang hampir sama. Kali ini sumber beritanya berasal
dari media “Wall Street Journal” (WSJ),
media barat. WSJ memberitakan adanya kekejian dan pelanggaran Ham terhadap
muslim Uighur. Beritanya masuk ke Indonesia dan ditambah-tambahi semakin heboh
karena menyeret tiga Ormas Islam besar, yaitu NU, Muhammadiyah, dan MUI yang
dituduh mendapatkan suap agar diam menutupi kesadisan di Uighur oleh pemerintah
Cina. Demikian pula di dunia, berita ini pun mendapatkan reaksi beragam.
Manusia terbagi dua dalam menghadapi berita ini. Ada yang
percaya dan ada yang tidak sekaligus membantah. Sebut saja mereka yang percaya
adalah Grup A dan mereka yang tidak percaya adalah Grup B.
Grup A bisa diwakili negara-negara Barat dan kapitalis,
yaitu: Australia, Austria, Belgium, Kanada, Denmark, Estonia, Finland, France,
Germany, Iceland, Ireland, Japan, Latvia, Lithuania, Luxemburg, The
Netherlands, New Zealand, Norway, Spain, Sweden, Switzerland, dan UK (Inggris).
Karena percaya, mereka pun melakukan protes ke Cina.
Grup B bisa diwakili oleh Indonesia, NU, Muhammadiyah,
MUI, Turki, dan Arab Saudi. Karena tidak percaya, mereka tidak melakukan
protes, tetapi memberikan masukan kepada Cina untuk menyelesaikan masalah
Uighur sambil menghormati Cina untuk mengambil kebijakannya sendiri dalam
mengatasi masalah dalam negerinya.
Siapa yang akan kita percayai? Grup A atau Grup B?
Itu adalah pilihan kita. Akan tetapi, untuk mempercayai
salah satu pihak, kita harus punya alasan jelas dan masuk akal pula.
Mengapa kita harus percaya mereka?
Ulah kabawa
sakaba-kaba.
Insyaallah, disambung
lagi agar kita lebih paham rekam jejak WSJ dalam membuat berita yang
mempengaruhi keadaan dunia.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment